Love Unifah Rosyidi

  • Whatsapp
banner 768x98

Oleh: Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd.
(Entitas Dewan Pembina PGRI)

Entah sudah berapa buku yang sudah tercetak ber_ISBN, berbicara tentang PGRI. Buku-buku tersebut akan menjadi kenangan litarasi dan organisasi. Bahkan buku berjudul “PGRI Wajah Guru Indonesia” adalah buku paling Saya banggakan.

Mengapa buku ini paling Saya banggakan ? Diantaranya karena sudah dua kali cetak dan tersebar disejumlah guru dan pengurus PGRI. Plus dalam buku itu ada pengantar langsung dari Prof. Dr. H. Mohamad Surya, Sang Legended PGRI.

Plus dalam buku itu ada pula tokoh perempuan yang Saya kagumi yakni Prof. Dr. Unifah Rosyidi. Nah, tokoh perempuan inilah yang selalu Saya tulis, bahkan akhir-akhir ini. Tokoh perempuan ini memang tokoh perempuan yang wow dan ruarrr biasa.

Sejumlah tulisan yang terkadang disebut Ketua Umum PB PGRI ditujukan pada Prof. Dr. Unifah Rosyidi. Tokoh perempuan ini telah menjadi bagian hidup Saya, terutama dalam karir di PGRI. Hal-hal pribadi, organisasi dan dialog intelektual sering bersamanya.

Diantara mengapa saya beri judul “Love Unifah Rosyidi” adalah karena Ia akan menjadi sejarah terbaik bagi PB PGRI. Sejarah akan mencatat Ia adalah satu-satunya atau salah satu perempuan yang pernah menjadi Ketua Umum PB PGRI. Suatu saat bisa jadi ada perempuan yang lebih hebat memimpin PB PGRI. Sungguh luar biasa.

PGRI adalah organisasi yang menghargai keberanian luar biasa dan kompetensi, tidak menyoal gender di PGRI. Ini sangat positif dalam sejarah PGRI, pernah ada perempuan memimpin PB PGRI. Faktanya anggota PGRI sangat banyak kaum perempuan yang berprestasi.

Sebagian pembaca mungkin bisa menterjemahkan mengapa banyak tulisan Saya yang kritis dan terlihat menyerang Unifah Rosyidi ? Ada yang mengatakan karena beda prinsip, ada pula yang berpikir karena masalah persahabatan pribadi.

Dari dulu dan sampai saat ini Saya selalu menulis, diskusi dan tentang PGRI dan juga Unifah Rosyidi. Ini bisa jadi karena Saya cinta PGRI dan “Cinta Unifah Rosyidi”. Bisa jadi demikian. Mengapa bentuk cinta Saya mengkritik pada PGRI dan Unifah Rosyidi ? Itulah dinamika rasa dan organisasi.

Simpulan, sebagai rasa cinta pada PGRI dan Unifah Rosyidi, Saya sarankan Kongres PGRI tahun 2024 harus ada Ketua Umum PB PGRI baru dari pemimpin terbaik daerah. Unifah Rosyidi Saya sarankan tidak usah mencalonkan lagi. Saya mencintainya, agar Ia tidak pernah kalah.

Bila Unifah Rosyidi tidak mencalonkan diri sama dengan Ia tidak pernah kalah. Kalau Ia malah mencalonkan diri, Saya pastikan Ia akan kalah. Saya mencintainya dan semoga Ia tidak mencalonkan diri. Cukup Ia di PGRI puluhan tahun dalam struktur sejak era Prof. Surya dan Dr. Sulistiyo.

Sebaiknya Ia menjadi tokoh pembina PB PGRI saja. Ini jauh akan lebih terhormat dan tetap bisa mengendalikan PGRI dengan asupan pemikiran dan perspektifnya. Saya pun maaf masih muda lebih baik jadi entitas Dewan Pembina PGRI. Menulis tiada henti dan terus aktif di PGRI.

Saya love PGRI, Saya Love Unifah Rosyidi. Mari sama-sama menjadi entitas Dewan Pembina PGRI. Tidak usah masuk struktur PB PGRI dan tak usah berkontestasi di Kongres tahun 2024. Biarkanlah “anak-anak” Unifah Rosyidi yang berkontestasi. Agar PB PGRI ada warna baru, aroma baru.

Pemerintah dan kebatinan guru anggota PGRI Indonesia akan sangat suka dan setuju bila Kongres PGRI tahun 2024 ada pemimpin baru PB PGRI. Saya DNK dan Unifah Rosyidi, sebaiknya menjadi Dewan Pembina, menjadi orangtua asuh dari semua pengurus PGRI, mulai ranting sampai PB PGRI.

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90