Penulis: Drs. H. Sukadi M.I.L
(Praktisi Pendidikan, Kepala SMA Bina Dharma 1 Bandung)
Pembelajaran merupakan proses mengubah peserta didik menjadi lebih baik. Perubahan yang diharapkan terjadi pada diri peserta didik meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti bahwa peserta didik dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam dirinya. Tanpa adanya perubahan, pembelajaran tidak terjadi.
Ada kalanya, guru abai dengan hal ini. Pembelajaran sering dimaknai dengan “penyampaian” materi ajar kepada peserta didik. Setelah materi tersampaikan tak ada tindak lanjut untuk mengetahui apakah dalam diri peserta didik telah terjadi perubahan atau belum. Banyak guru yang hanya mengejar target tersampaikannya seluruh materi pelajaran yang dituntut dalam kurikulum, tanpa memperhatikan ketercapaian maksud pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran seperti ini tidak memiliki makna bagi peserta didik. Mereka datang ke sekolah dengan maksud belajar, tetapi sepulang sekolah tak ada perubahan yang dicapai peserta didik.
Agar Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik apabila guru di sekolah melakukan langkah-langkah tepat dalam setiap proses pembelajaran. Langkah-langkah yang dimaksud meliputi hal-hal berikut ini.
Pertama, guru hendaknya menetapkan target-target pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dilangsungkan. Target pembelajaran atau tujuan pembelajaran ini disusun sesuai dengan kondisi peserta didik, muatan kurikulum, dan kebutuhan untuk menyiapkan masa depan peserta didik. Tujuan pembelajaran ini dirumuskan secara realistis dan mudah diukur. Tujuan pembelajaran harus benar-benar menjadi target pembelajaran, tidak hanya sekedar memenuhi syarat administratif. Oleh sebab itu, guru mesti paham betul dengan tujuan yang dirumuskan sebelum pembelajaran berlangsung. Selama ini, masih banyak guru yang menyusun tujuan pembelajaran sekedar memenuhi persyaratan administratif, sehingga pembelajaran tidak mencapai target yang diharapkan.
Kedua, pembelajaran dilakukan secara kontekstual. Artinya, pencapaian tujuan pembelajaran harus sesuai dengan konteks di mana peserta didik berada, apa yang dibutuhkan mereka, dan memperhatikan jangkauan daya pikir mereka. Pembelajaran seperti ini selain memberikan makna bagi peserta didik juga memantik mereka bersemangat untuk terlibat dalam pembelajaran. Jika peserta didik menganggap bahwa apa yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan pola pikirnya, dan sesuai dengan kondisi psikologis mereka, maka peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar.
Ketiga, kaitkan dengan nilai-nilai hidup. Pembelajaran akan bermakna apabila dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, baik nilai-nilai hidup yang diambil dari agama maupun dari budaya bangsa. Salah satu hakikat pembelajaran adalah transfer of value ‘meneruskan nilai-nilai hidup’ dalam masyarakat. Pembelajaran tidak akan bermakna apabila tercerabut dari nilai-nilai hidup. Oleh sebab itu, setiap pembelajaran, apa pun materinya, hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai hidup yang dianut dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai ini harus menjadi “stressing” dalam setiap pembelajaran. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, setiap pembelajaran hendaknya bermuara pada upaya menumbuhkan sikap dan karakter pelajar Pancasila.
Keempat, pilih materi esensial. Untuk memberikan makna dalam pembelajaran, mustahil semua materi pembelajaran disajikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas belajar. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat memilih materi esensial dalam setiap pembelajaran. Dari materi esensial inilah guru membelajarkan peserta didik secara tuntas. Dengan cara ini, guru lebih leluasa melangsungkan proses pembelajaran dan berimprovisasi menggunakan berbagai media dan metodologi sehingga pembelajaran menarik dan menghasilkan makna bagi peserta didik.
Kelima, libatkan emosi peserta didik dalam pembelajaran. Emosi yang dimaksud adalah perasaan peserta didik. Guru harus pandai membawa peserta didik hanyut perasaanya dalam situasi pembelajaran. Jika situasi pembelajaran menuntut peserta didik untuk bersedih, guru hendaknya mampu membawa suasana sedih dalam kelas. Jika situasi pembelajaran menuntut peserta didik untuk empati, pantik emosi mereka untuk empati. Jika situasi pembelajaran menuntut peserta didik untuk marah terhadap suatu keadaan, maka guru harus pandai membawa peserta didik pada situasi marah, dan seterusnya. Pendek kata, pembelajaran harus melibatkan emosi peserta didik. Di sini, kesan pembelajaran akan mendalam sebab emosi peserta didik terlibat secara langsung. Untuk mencapai langkah ini, guru harus pandai bermain peran dan pandai menciptakan iklim pembelajaran yang mendorong peserta didik terlibat emosinya.
Keenam, beri kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengekspresikan hasil belajarnya. Salah satu indikator pembelajaran yang bermakna dalam diri peserta didik ialah apabila mereka diberi kesempatan yang luas untuk mengekspresikan hasil belajarnya dalam kehidupan, terutama di lingkungan sekolah. Guru memfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk mengekspresikan atau mempraktikkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata melalui kegiatan-kegiatan di sekolah atau kegiatan di masyarakat. Melalui cara ini, peserta didik akan merasakan arti dan pentingnya belajar untuk menyiapkan hidup di masyarakat.
Apabila enam langkah tersebut di atas diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, maka pembelajaran akan terasa maknanya. Inilah sebetulnya ending goal ‘tujuan akhir’ yang diharapkan dari setiap kegiatan pembelajaran, apa pun mata pelajarannya, dan ini pula pembelajaran yang diharapkan dalam Kurikulum Merdeka. Wallahu a’lam.
Hari Santri 2022, Ulama BKPRMI Jabar: “Didiklah Santri Melebihi Zamannya”