Rollercoaster PJJ

  • Whatsapp
banner 768x98

Oleh: Dini Rusfita Sari,S.Pd,Gr
(Guru Kimia SMAN1 Parungpanjang)

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini merupakan pengalaman pertama bagi saya, walaupun saya tergolong guru yang masih muda dan lumayan melek teknologi, akan tetapi ketika dihadapkan dengan PJJ saya masih perlu banyak belajar dan adaptasi. Sesuai dengan himbauan dari pemerintah, di awal pelaksanaan PJJ saya hanya memberikan tugas yang berkaitan dengan gaya hidup sehat agar terhindar dari virus corona. Tugas tersebut antara lain meminta siswa-siswi untuk membuat cairan desinfektan di rumah.

Menugaskan mereka mengaplikasikan gaya hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari dan mendokumentasikannya, serta menugaskan mereka untuk membuat himbauan agar orang-orang selalu menggunakan masker. Himbauan tersebut wajib mereka upload di media sosial masing-masing. Disinilah kreatifitas setiap guru diuji, guru harus mampu merancang pembelajaran yang menarik, menyenangkan, sekaligus bermanfaat bagi para siswa di masa pandemi seperti ini.

Memasuki awal tahun ajaran baru, saya mendapat amanah kembali untuk menjadi wali kelas XI IPA 1, menjadi wali kelas bukan hal pertama bagi saya dan rekan-rekan yang lain. Hanya saja kali ini ada perasaan yang berbeda, saya merasa sedikit dag dig dug seperti akan naik rollercoaster. Bagaimana tidak, saya akan menjadi orang tua dari 36 siswa yang belum saya kenali karakternya satu persatu, dan itu membuat saya didera perasaan was-was.

Kekhawatiranpun muncul di benak saya, apakah saya bisa menjadi wali kelas yang baik, apakah saya bisa membimbing anak-anak saya dengan baik. Menurut saya, diperlukan formula khusus untuk bisa menghandle mereka semua agar dapat mengikuti PJJ walaupun tanpa harus tatap muka langsung di kelas.

Bulan pertama PJJ berjalan, setiap hari selalu dilewati dengan perasaan dag dig dug dan was-was. Bukan hal yang mudah untuk memastikan semua siswa bimbingan saya terus berpartisipasi aktif selama PJJ. Kendalanya beragam, mulai dari siswa yang tidak memiliki hp, terkendala kuota, maupun terkendala signal di rumahnya. Ya, wilayah parungpanjang yang katanya dekat dengan Jakarta pada kenyatannya masih terkendala dengan signal. Namun, seiring berjalannya waktu satu persatu masalah akhirnnya dapat diselesaikan.

Terkait dengan kendala kepemilikan hp, Alhamdulillah kepsek SMAN 1 Parungpanjang Bapak Dudung Nurullah Koswara, M.Pd memberikan kebijakan yang patut diacungi jempol, seluruh siswa yang tidak memiliki HP dipinjami tablet dari sekolah. Tentu saja selain para orangtua yang merasa bahagia, kami pun para wali kelas merasa sedikit lega dengan adanya kebijakan ini.

Setelah mendapat satu kebahagiaan, kebahagiaan kami sebagai walas ditambah lagi. Saya mendapat kabar bahwa siswa-siswi mendapat bantuan kuota belajar dari pemerintah. Sungguh memang suatu anugerah bagi semua, jika sekolah dan pemerintah bisa bersinergi dengan baik.

Menjalani peran sebagai wali kelas di masa PJJ ini, sungguh memberikan kesan tersendiri bagi saya. Seperti saya katakan di awal, rasanya seperti naik rollercoaster karena banyak deg-degannya, banyak hal tak terduganya, banyak kesalnya juga. Kok kesal? Iya saya sempat kesal karena chat saya hanya dibaca dan tidak dihiraukan oleh beberapa siswa, kesal karena telepon saya direject oleh siswa, kesal karena kenapa saya begitu peduli dengan nasib mereka sedangkan mereka acuh tak acuh terhadap diri mereka sendiri.

Sedih memang, tapi yang namanya ibadah memang selalu ada godaannya. Selain itu, PJJ pun memberikan banyak hikmah bagi saya. Saya menjadi lebih peka terhadap keadaan siswa-siswi saya, karena keadaan ekonomi mereka yang sebagian besar memang tidak baik-baik saja apalagi semenjak pandemi ini.

PJJ membuat saya belajar untuk lebih bersabar terhadap tingkah polah anak-anak yang sedikit banyaknya membuat saya harus menarik nafas panjang, merenung, dan berpikir keras. Mudah-mudahan segala keikhlasan dan kesabaran Bapak/Ibu guru selama PJJ ini membawa banyak berkah untuk semuanya

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90