Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Kepala SMAN1 Parungpanjang)
Kalau kita baca buku begitu banyak teori tentang peran dan fungsi seorang kepala sekolah. Kalau kita baca sejumlah kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah pun cukup banyak. Namun sebenarnya bila kita simplikasi tugas kepala sekolah mungkin hanya ada tiga.
Apa ketiganya? Pertama seorang kepala sekolah harus mampu membuat semua anak di satuan pendidikan bahagia dan berprestasi. Kedua semua GTK di satuan pendidikan harus bahagia dan berprestasi. Ketiga semua fasilitas sekolah harus dibangun, diperbaiki dan dirawat.
Bahagia anak didik, pendidik dan sekolah tidak kumuh akan mendatangkan iklim sekolah yang sehat. Iklim sekolah yang sehat akan melahirkan kesehatan kolektif dan ujungnya pelan tapi pasti akan lahir prestasi.
Sekolah sehat, aman, nyaman dan membuat bahagia semua warganya itulah prestasi sebenarnya. Intelektualitas, prestasi akademik, nama besar sekolah dan bangunan yang wah tidak lebih penting dari kebahagiaan warganya. Seorang kepala sekolah harus menjadi “pembahagia”.
Kepala sekolah pemberi kebahagiaan bagi semua warga civitas akademikia tentu tak mudah. Kebanyakan kepala sekolah selalu menjadi cerita bagi warga sekolah. Tidak sedikit para guru “menggosip” tentang kepala sekolahnya. Bila gosipnya positif sungguh beruntung, namun bila gosipnya mayoritas negatif sungguh pilu.
KH Agus Salim mengatakan, “Memimpin adalah menderita”. Hamengku Buwono IX mengatakan, “Tahta untuk rakyat”. Sejumlah kata bijak memberi penguatan kepada para pemimpin agar lebih baik dalam memimpin. Memimpin itu untuk kebaikan orang lain. Begitu pun para kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan dan pemimpin pemelajaran.
Hakekatnya di setiap satuan pendidikan tidak boleh ada anak tidak bahagia. Tidak boleh ada pendidik dan warga lainnya yang tidak bahagia. Semua harus bahagia dan seirama dalam menciptakan iklim pemelajaran yang baik. Bila semuanya bahagia maka ada kecenderungan bekerja lebih semangat dan dedikatif.
Anak didik dan pendidik yang bahagia di satuan pendidikan dipastikan tidak akan terlambat masuk ke sekolah. Bahkan dipastikan anak didik dan pendidik senang berlama-lama di sekolah. Anak didik dan pendidik akan senang berada di ruang kelas dan saling belajar. Proses saling belajar antara pendidik dengan anak didik adalah hal yang harus dikembangkan. Pendidik belajar dari keragaman anak didik. Anak didik belajar dari pengalaman dan pengetahuan pendidiknya.
Kebahagiaan bersama dalam satu rumah besar bernama satuan pendidikan adalah utama. Terkait kebahagiaan warga sekolah tidak selalu identik dengan bangunan mewah sekolah atau bangunan kumuh sekolah. Kebahagiaan warga sekolah sangat terkait dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam “memanage” semua potensi dan aspirasi warganya.
Bahagia itu adanya dihati dan pikiran. Bangunan, fasilitas dan faktor ekternal lainnya adalah stimulan. Suburkan pikiran positif dan hati yang penuh tasyakur bagi warga satuan pendidikan. Pikiran positif dan volume tasyakur kolektif warga satuan pendidikan akan lebih baik. Pendidik yang baik tidak terlalu mengutamakan kesejahteraan dirinya, melainkan kesejahteraan anak didiknya.
Sekolah sebagai salah satu rumah ibadah terbaik di muka bumi akan lebih wow bila di dalamnya penuh dengan warga yang bermental dedikatif. Ungkapan bijak mengatakan, “Bekerja itu ibadah”. Akan lebih baik lagi bila ungkapannya berubah menjadi “Ibadah itu adalah bekerja” memberi manfaat bagi sesama.
Bekerja memberi manfaat pada sesama tentu lebih baik dari melakukan sesuatu hanya bermodus kepentingan pribadi. Bahkan ibadah terbaik bukanlah untuk kebahagian diri sendiri melainkan kebahagiaan bagi orang lain. Orang sukses adalah orang-orang yang bahagia dan menebarkan kebahagiaan. Terutama bagi anak didik !