Mimbar Jum’at: “Mencari Ilmu Sebagai Sumber Kasih Sayang Pada Diri”

  • Whatsapp
banner 768x98

Pewarta: Dwi Arifin

Koran SINAR PAGI (Kabupaten Bandung)-, “Tiada sesuatu setelah kematian nabi yang lebih mulia selain orang berilmu” ucapan ini keluar dari Sufyan Ats-Tsauri. Pentingnya dan mulianya ilmu untuk kehidupan manusia menjadi bahasan khusus Ustadz Ruslan Gunawan S.Ag pada pengajian minggu yang lalu di Majelis Syubbanul Uluum Margaasih.

Maka bagi seorang muslim harusnya tidak ada halangan untuk mencari ilmu. Jangan sampai jabatan, harta, kondisi sakit dan urusan dunia kita menjadi penghalang mencari ilmu. Karena pada dasarnya urusan dunia kita sudah banyak yang dijamin oleh Alloh. Sedangkan ilmu merupakan tuntutan yang harus dicari untuk memperolehnya, hal ini disampaikan Ustadz Ruslan mengingatkan kepada santri diawal dakwahnya.

Setelah manusia mengalami masa baligh, ilmu untuk mengenal Alloh dan rosulnya harus menjadi prioritas. Karena melaui ilmu ini akan mengantarkan manusia kepada kebaikan dan keselamatan. Maka rutinkan dan miliki majelis ilmu yang membahas Al-Qur’an, as-sunah dan kitab para ulama. Karena awal dari ketaatan, beramal dengan landasan kesadaran ibadah, tuntunannya ilmu.

Dipertengahan dakwahnya, Ustadz Ruslan membacakan ayat tentang orang yang lalai dari mengisi akal dan hatinya oleh ilmu. Dalam ayat Al-quran Al-isro ayat 179:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”

Kalau akal hatinya tidak diisi oleh ilmu, maka hawa nafsunya yang menguasainya. Ibnu Qoyim Al Jauziyyah mengungkapkan Hatiadalah raja, dan organ tubuh adalah pasukan yang menjalankan perintah. Dan tidak ada satu amal pun yang tegak melainkan perintahnya, dan tidak ada satu amal pun yang tegak melainkan amal itu keluar dari hati.

Perlu dicatat bahwa mencari ilmu sebagai bentuk kepatuhan untuk melaksanakan perintah Alloh. Mencari ilmu juga sebagai bentuk kasih sayang pada diri sendiri. Renungilah nasihat dari Ali Bin Abi Tholib , “ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya”. Kalau kita menempatkan ilmu dalam diri, maka ilmu akan menempatkan posisi Dunia dan Ahirat kita.

Karena ilmu menjadi pemimpin setiap amal, ilmu akan menjadi alat ukur untuk menghisab tentang amal kita di Dunia sebelum kelak dihisab di Ahirat. Bukankah kita diperintah untuk menghisab diri sebelum kelak dihisab. Kalau bukan dengan ilmu, dengan apa kita akan menghisab diri kita saat ini?…ucap Ustadz Ruslan melemparkan pertanyaan kepada para santrinya.

Setelah Rosul meninggal, Rosul mewarisakan Al-qur’an dan as-sunah (ilmu). Kelak di Ahirat, Rosul akan mengetahui bahwa kita umatnya dengan mengamallkan ilmu darinya. Seperti guru akan tau siapa murid-muridnya yang belajar padanya. Diantara ciri yang akan mudah diketahui oleh Rosul kepada umatnya ialah dengan bekas wudhu dan sholat yang memancar jadi cahaya pada wajahnya.

Pada ayat lain dijelaskan bahwa manusia akan dipanggil bersama pemimpinnya atau ilmu yang diamalkannya. “(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya dari ilmu) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” [al-Isrâ`/17:71-72]

Saat penutupan dakwahnya Ustadz Ruslan menyimpulkan seorang muslim idealnya memiliki kerinduan saat ilmu disebut-sebut. Seperti seorang yang merindukan kekasihnya, saat kekasihnya disebut namanya. Mencari ilmu merupakan sesuatu ibadah yang tidak bisa diwakili. Mencari ilmu juga merupakan ibadah para sahabat yang diteruskan oleh ulama terdahulu. Sehingga dalam kisahnya Imam Ahmad saat ditanya ditengah perjalanannya mau sampai kapan mencari ilmu, Imam Ahmad menjawab “tidak ada ibadah yang diterima, jika tanpa ilmu”. Dari jawaban itu mereka yang bertanya lalu ikut serta bersama Imam Ahmad mencari ilmu. Dan mereka yang disibuk mencari, mengamalkan dan mengajarkan ilmu, mereka cenderung ditakdirkan meninggal dalam kebiasaannya.


banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90