Pewarta: Dwi Arifin
(Koran SINAR PAGI)-, Peserta Musabaqoh Tilawatil Qur’an dan Hadits (MTQH) ke-39 tingkat provinsi Jawa Barat, cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits (KTIQ & KTIH) menempuh proses penilaian bagaikan calon doktor.
Ketua Dewan Hakim cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits (KTIQ & KTIH), Prof. Dr. H. Agus Ahmad Safei M. Ag menjelaskan ada sebanyak 28 peserta KTIQ dan KTIH 18 peserta terdiri dari putra dan putri. Para pesertanya dibawah usia 25 tahun, mereka bisa saja dari kalangan mahasiswa, Madrasah Aliyah atau siapapun yang memiliki keahlian Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits.
“Dalam proses perlombaannya ada tahapan secara langsung menuliskan Karya Tulis Ilmiah sekitar 10-15 halaman, tanpa menggunakan internet dengan perangkat laptop yang steril. Selanjutnya ada uji publik dihadapan para Dewan Hakim yang rata-rata Profesor, sehingga mereka mengalami proses seperti calon atau sedang promosi doktor” jelasnya saat wawancara khusus bersama media cetak dan online Koran SINAR PAGI di Sutan Raja Hotel Soreang (19/6/2025)
KTIQ dan KTIH dari para peserta yang dilombakan hingga mencapai puncaknya atau final untuk menentukan para juara. Dinilai mulai dari bobot materi, kedalaman isi, teori gagasan yang dipakai hingga daya jelajah bacaan, kaidah dan gaya bahasanya. Serta ada batasan yang ditentukan melalui Plagiarisme Checker maksimal 25%.
Menurutnya KTIQ dan KTIH yang dihasilkan berbasis karya ilmiah populer yang aktual, logis, empiris dan sistematis, serta gagasan yang solid dan komunikatif.
Selain itu ada penilaian tentang kematangan dalam menyampaikan materi saat presentasi, menjawab pertanyaan dengan argumentasinya, pemilihan kata, bahasa tubuh hingga emosionalnya.
“Tema yang dibahas KTIQ dan KTIH ialah tentang penguatan ekoteologi dan toleransi, serta ketahanan pangan dan keluarga. Dengan berbagai tema itu, MTQH berupaya berkontribusi mendukung program pemerintah pusat” ungkapnya guru besar Bidang Sosiologi Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang aktif menjadi tim penilai PNS Berprestasi di Jawa Barat.
Melalui perlombaan tersebut diharapkan dapat membangun tradisi di pesantren menghasilkan karya tulis, karena berdasarkan jumlah pesantren di Jawa Barat yang mencapai puluhan ribu. Masih sangat sedikit yang mampu untuk menghasilkan karya tulis untuk dikonsumsi publik.
“Cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits di MTQH merupakan strategi kebudayaan untuk membangkitkan tradisi menulis para ulama terdahulu atau sebagai tonggak perkembangan islam” ucapnya
Dengan perlombaan seperti ini juga dapat memotivasi banyak pihak untuk merubah kebiasaan yang awalnya sebagai konsumen pesan menjadi produsen pesan melalui karya tulisnya. Serta menjadi pelopor keahlian jurnalistik berbasis pesantren atau keagamaan di lingkungannya.
Kedepannya hasil Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an dan Hadits (KTIQ & KTIH) dari para peserta dan pemenang akan dibukukan, lalu disebar ke perpustakaan perguruan tinggi atau pesantren agar dapat menjadi sumber referensi bagi publik.
Media Cetak Diprediksi Lebih Menyehatkan Akal Pikiran Dibandingkan Media Sosial
33 Tokoh Pupuler di Media Massa Peraih Cendra Mata “Jejak Prestasi” Dari Jurnalis Independen Bersatu