Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)
Berulang saya katakan sosok Dedi Mulyadi sejak jadi Bupati Purwakarta adalah diantara kepala daerah yang unik dan berkarakter. Ia adalah diantara 1001 kepala daerah yang punya karakter, kapasitas diri dan keberpihakan pada rakyat kecil terutama.
Label stigmatik sosok musyrik, agamanya diragukan, identik Sunda wiwitan, bukannya membuat Ia hilang dan tenggelam, malah menjadi “password” orang makin ingin tahu. Siapa Dedi Mulyadi? Kenapa Dedi Mulyadi? Ada apa dengan Dedi Mulyadi?
Dedi Mulyadi adalah tokoh yang identik tidak tinggal diam bila ada orang kecil terutama yang teraniaya. Ia pasti akan membantu, dimana pun orang itu berada. Ia selalu membantu dan berusaha “mengadvokasi” deritanya.
Masih hangat kasus Vina Cirebon, Supriyani Konawe Selatan, terbaru Sunhaji Magelang. Dedi Mulyadi selalu hadir berkontribusi dan memotivasi. Sejumlah orang dengan mudah mengatakan pencitraan dan demi konten youtube. Apa kata orang, Dedi Mulyadi tetap jalan.
Tahun ini Ia terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat, dengan pemilih lebih dari 60 persen. Ini sebuah pencapaian Dedi Mulyadi yang luar biasa. Ada orang yang mengatakan “Rakyat Jawa Barat memilih Dedi Mulyadi bukan karena kaos dan baliho, melainkan karena rasa”.
Ada vibrasi positif Dedi Mulyadi yang menggelembung di tanah Jawa Barat karena belasan tahun Ia ber_frekuensi dengan rakyat kecil yang Ia datangi. Faktanya, Ia berani membantu sejumlah orang tak mampu dan memeluknya, walau bau keringat dan derita mereka yang tak ringan.
Dedi Mulyadi tidak hanya identik sebagai kepala daerah, pemimpin daerah, Ia pun identik dengan guru, maha guru bagi orang Sunda terutama. Orasi, narasi, visi dan artikulasi Dedi Mulyadi memberi wacana mencerdaskan. Ia sangat nalar dalam menjelaskan gagasannya.
Bahkan ketika sejumlah orang Sunda, Ki Sunda sudah mulai pesimis, ragu dan apatis tentang unikasi dan nilai nilai kesundaan, sosok Dedi Mulyadi malah makin meronta dan berapi api.
Ketika Sunda dan pribumi nusantara dirasa menghadapi penyakit inferiority complex karena faktor eksternal. Karena adanya para pendatang yang lebay dan halu mengagung agungkan leluhurnya. Dedi Mulyadi batinnya merintah dan memberontak.
Dedi Mulyadi seolah “bersumpah” bahwa leluhurnya orang Sunda dan nusantara, jauh lebih baik dari leluhur bangsa asing yang datang ke tanah nusantara. Narasi Dedi Mulyadi ini secara akademik dan fakta sangat bisa dipertanggung jawabkan.
Sangat disayangkan, narasi narasi Dedi Mulyadi ada yang menolak. Malah mereka “bermahabbah” pada bangsa pendatang yang halu, tahul dan menyimpangkan sejarah. Cerita halu para pendatang dinikmati, motivasi Dedi Mulyadi dicurigai.
Kini saatnya Dedi Mulyadi membuktikan bahwa dalam kepemimpinannya, rakyat Jawa Barat khususnya bisa lebih istimewa. Dedi Mulyadi dengan “kekuasannya”, plus relasi kuasa dengan Presiden RI, sangat mungkin untuk berdaya optimal.
Semoga Jawa Barat lebih istimewa dan terus membaik dalam kepemimpinan Dedi Mulyadi. Lembur diurus, kota ditata. Rakyat diurus, pejabatnya ditata untuk lebih melayani. Mampukah Dedi Mulyadi membawa Jawa Barat lebih istimewa? Semoga.