Pewarta: Dwi Arifin
(Koran SINAR PAGI)-, Duta Baca merupakan pelopor yang menjadi inspirasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas. Berdasarkan rangkuman dari Perpusnas RI, Duta Baca sebagai ujung tombak dalam kampanye budaya membaca diharapkan dapat berperan meningkatkan indeks literasi masyarakat. Melalui mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan literasi. Mensosialisasikan buku sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. Mendorong pengimplementasian Gerakan Wisata Pustaka Ceria dan Wajib Kunjung Perpustakaan. Serta meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat hingga daya bacanya.
Ngindana Aghists Zulfa, Duta Baca Provinsi Jawa Tengah, kepada media cetak dan online Koran SINAR PAGI saat mengisi interaktif “30 Menit Weekend Bersama Jurnalis”, dirinya mengungkapkan berbagai strategi menumbuhkan minat baca di tengah masyarakat.
Sebagai Duta Baca dari Kabupaten Banyumas, coba jelaskan tentang pencapaian di Tingkat Provinsi Jawa Tengah yang tahun lalu diraih?
Pencapaian tahun 2024 di tingkat Provinsi Jawa Tengah merupakan hasil dari kerja keras bersama seluruh elemen, baik pemerintah daerah, komunitas literasi, maupun masyarakat. Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah meningkatnya partisipasi masyarakat Banyumas dalam program-program literasi, termasuk meningkatnya angka kunjungan ke perpustakaan daerah hingga terbentuknya komunitas membaca di berbagai kecamatan. Selain itu, program inovatif seperti “Gerakan Baca Bersama Desa” berhasil mendapatkan perhatian di tingkat provinsi sebagai model pengembangan budaya baca yang inklusif.
Menurut Ngindana Aghists Zulfa, apa yang menjadi keunggulan Duta Baca dari Banyumas sehingga meraih prestasi di Tingkat Jawa Tengah?
Keunggulan Duta Baca dari Banyumas terletak pada pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dan berkelanjutan. Kami tidak hanya fokus pada peningkatan akses buku, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan literasi. Inovasi digital, seperti perpustakaan daring dan media sosial untuk kampanye literasi, juga menjadi kekuatan kami, sehingga jangkauan edukasi literasi menjadi lebih luas, terutama bagi generasi muda.
Setelah meraih prestasi tersebut, apa yang akan menjadi tindak lanjut atau program yang akan dijalankan ke depan?
Langkah ke depan adalah memperluas jangkauan program literasi dengan fokus pada desa-desa terpencil melalui penyediaan perpustakaan keliling. Selain itu, kami berencana mengintegrasikan literasi digital dalam program pelatihan masyarakat, sehingga literasi tidak hanya mencakup buku cetak, tetapi juga keterampilan teknologi informasi yang relevan. Gerakan membaca berbasis keluarga juga akan kami galakkan untuk memperkuat budaya membaca dari lingkup terkecil, yakni keluarga.
Sebagai Duta Baca, bagaimana langkah termudah untuk menumbuhkan budaya baca di lingkungan terdekat?
Langkah termudah adalah dengan menjadi contoh nyata. Saya sering memulai dengan berbagi buku kepada teman-teman atau keluarga dan mendiskusikannya. Selain itu, menciptakan ruang baca yang nyaman di rumah atau lingkungan, serta memanfaatkan momen santai untuk membaca bersama, bisa sangat efektif. Untuk yang sudah memiliki hobi membaca, kita dapat meningkatkan daya bacanya dengan mengajak mereka mengeksplorasi genre atau topik baru melalui klub baca atau diskusi literasi.
Sebagai Duta Baca, apa yang paling kontekstual diharapkan dari tumbuhnya budaya baca di masyarakat sesuai perkembangan zaman yang cenderung beralih ke digital?
Tumbuhnya budaya baca di era digital diharapkan dapat memperkaya kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan informasi secara bijak. Literasi digital, termasuk kemampuan untuk memilah informasi yang valid, menjadi sangat penting. Perpustakaan digital, e-book, dan platform literasi daring bisa menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak orang, terutama generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Duta Baca berperan dalam pengimplementasian Gerakan Wisata Pustaka Ceria dan Wajib Kunjung Perpustakaan. Menghadapi momen libur sekolah dan pergantian tahun, program seperti apa yang dapat mendukung gerakan tersebut?
Kami merencanakan program seperti “Liburan Literasi” yang mencakup kegiatan membaca bersama, lomba resensi buku, dan kunjungan edukatif ke perpustakaan. Selain itu, perpustakaan daerah dapat mengadakan pameran buku bertema budaya lokal dan kelas-kelas menulis kreatif yang melibatkan siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Coba jelaskan seperti apa manajemen yang ideal untuk mengisi masa liburan dengan rutinitas membaca?
Manajemen yang ideal melibatkan perencanaan sederhana, seperti menyusun daftar bacaan sesuai minat individu atau keluarga. Orang tua dapat membantu anak-anak memilih buku yang menarik dan relevan. Selain itu, alokasikan waktu khusus setiap hari untuk membaca bersama sebagai aktivitas keluarga, misalnya setelah makan malam atau di pagi hari.
Coba ceritakan pengalaman yang paling menarik dari hobi membaca yang selama ini dijalani?
Pengalaman paling menarik adalah ketika saya menemukan buku yang benar-benar mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Salah satunya adalah buku bertema kepemimpinan yang mendorong saya untuk menjadi lebih berani dalam mengambil inisiatif, termasuk dalam mempromosikan literasi di Banyumas.
Sebagai Duta Baca memiliki target untuk meningkatkan daya baca untuk mengasah potensi dalam diri, langkah apa yang dijalani untuk hal itu?
Saya selalu menyisihkan waktu khusus setiap hari untuk membaca, minimal 30 menit. Selain itu, saya sering mengikuti diskusi literasi atau webinar yang memperkaya wawasan. Membuat jurnal membaca juga membantu saya mencatat pelajaran penting dari buku-buku yang telah saya baca.
Sebagai mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, mohon dijelaskan hubungan antara budaya baca dengan pengembangan masyarakat Islam?
Budaya baca berperan penting dalam pengembangan masyarakat Islam, karena Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Melalui membaca, masyarakat dapat memahami ajaran Islam dengan lebih mendalam, serta mengaplikasikan nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya baca juga menjadi fondasi untuk membangun masyarakat yang kritis dan solutif dalam menghadapi tantangan zaman.
Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memajukan budaya baca. Duta Baca bukanlah satu-satunya penggerak; diperlukan dukungan dari pemerintah, komunitas, dan seluruh masyarakat untuk menciptakan ekosistem literasi yang berkelanjutan. Dengan sinergi tersebut, kita dapat mencapai tujuan bersama, yaitu masyarakat yang cerdas, kritis, dan berdaya saing.
Selama 5 Windu Media Massa “SINAR PAGI” Diprediksi Miliki Lebih Dari 10 Juta Publik Baca