Sabtu, Februari 8, 2025

Wanita Ulama Banyumas Ungkapkan Fundamental Pengendalian Diri Menjelang Masa Panen Umat Islam

Pewarta: Dwi Arifin

(Koran SINAR PAGI)-, Hubungan antara bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan dapat diibaratkan sebagai bulan menanam, menyirami tanaman, dan memanen. Dalam perumpamaan ini, bulan Rajab adalah saat yang tepat untuk menanam amal sholeh, bulan Sya’ban merupakan saat untuk merawatnya, dan bulan Ramadhan menjadi momen saat untuk memanen pahala.

Di masyarakat Indonesia pada bulan Rajab dan Sya’ban, sering dijadikan momen untuk membacakan do’a menjumpai kedatangan bulan ramadhan, “Allahumma bariklana fi rajaba wa syabana wa balighna ramadhan” (Ya Allah Berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, sampaikan usia kami di bulan Ramadhan).

Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Pesawahan Rawalo Banyumas menjelaskan berdasarkan isi do’a tentang penyambutan bulan ramadhan itu. Maka perlu ada yang diprogramkan sebagai upaya menyambut kedatangan Romadhan, 2 bulan sebelumnya.

“Dalam doa menyambut bulan rajab, “allohumma bariklana fi rajaba wa sya’bana, waballighna romadhona”, Tersirat bahwa Rajab memiliki keterkaitan dengan bulan Ramadlan. Dikuatkan dengan sebuah hadist yang menyebutkan yang menyebutkan : “Inna rajaba syahrulloh, wasya’bana Syahri wa romadlona syahru ummati” yang artinya bahwa bulan Rajab adalah bulannya Allah, sementara Syaban adalah bulannya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Romadlan adalah bulannya ummat islam” jelasnya kepada media cetak dan online Koran SINAR PAGI (22/1/2025)

Rajab disebut sebagai bulan Allah, karena di bulan ini Allah menunjukan ke-Maha Kuasa-an Nya, dengan sebuah peristiwa yang luar biasa yaitu Isro’ Mi’raj. Peristiwa dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam didampingi malaikat Jibril menempuh perjalanan dari Makkah, Madinah, Baitul Maqdis dan kemudian naik ke Sidratul Muntaha dalam satu malam. Sebuah peristiwa besar yang hampir mustahil saat itu tetapi benar-benar terjadi atas kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka bulan ini adalah bulan Allah, bulan Allah menunjukkan kuasa-Nya, bulan Allah menunjukkan Rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang dilanda ‘ammul huzni (tahun kesedihan), bulan yang diberkahi dimana dengan birrulloh atau kebaikan Allah, umat nabi Muhammad mendapatkan perintah sholat 5 waktu dalam sehari semalam.

Maka bulan ini semacam prakondisi mental, bagi umat islam untuk menguatkan keimananya kepada Allah dan kemudian akan diuji dengan menjalankan perintah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadlan. Dengan kesiapan keimanan yang kokoh, umat islam akan mampu menghadapi berbagai cobaan dalam menjalankan perintah Allah dengan teguh dan akan dapat mengisi bulan Ramadlan dengan nilai-nilai positif sebagai wujud meneladani sifat-sifat Allah dalam kehidupan sehari-hari.

“Ada beberapa tips menyambut bulan Ramdlan antara lain dapat berwujud: melatih diri menjauhi perbuatan buruk, memperbanyak puasa sunnah, memperbanyak waktu membaca dan mengkaji al-Qur’an serta perbanyak sholat malam”ucapnya muslimah yang aktif di Divisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banyumas

Menurut Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si, seperti apa pandangannya saat melihat momen-momen yang ada pada bulan ramadhan?…

Momen bulan ramadlan disebutkan dalam kutipan hadist di atas sebagai bulannya ummat Nabi Muhammad SAW. Di bulan Ramadlan umat Nabi Muhammad disyariatkan berpuasa satu bulan penuh, dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan berhubungan badan dengan pasanganya dari terbitnya fajar hingga datangnya waktu maghrib. Syariat ini bertujuan membentuk manusia menjadi orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183). Syariat ini adalah bentuk kasih sayang Allah agar manusia lebih dekat kepada fithrah nya yang bersih, sehingga bisa lebih dekat dengan Allah dengan derajat takwanya (QS Al-Hujarat:13).

“Bulan ramadlan bahkan menjadi bulan Istimewa, karena menjadi masa panen umat islam meraih pahala kebaikan. Bulan Ramadlan disebutkan setiap kebaikan dilipatgandakan, setiap doa dikabulkan, setiap dosa diampuni, dan Surga merindukan orang-orang yang menghidupkan bulan Ramadlan. Maka bagi setiap muslim, Ramadlan adalah bulan yang sangat dinanti-nantikan”ungkapnya

Target apa yang seharusnya diraih saat puncak bulan Ramadhan?…

Sebagai bulan yang istimewa, maka sudah semestinya setiap muslim mempersiapkan bulan Ramadlan dengan baik. Ramadlan adalah bulan dimana umat islam dididik baik fisik maupun jiwa. Puasa bukan hanya menahan haus dan lapar, tetapi juga Latihan mengelola diri, mengendalikan nafsu. Puasa berasal dari kata “shaum” yang bermakna “imsak” yaitu menahan diri, maka inti dari puasa adalah pengendalian diri.

Sehingga semestinya dengan ramadlan, kita bukan hanya mentargetkan puasa satu bulan penuh, tapi bagaimana kita bisa melatih ego kita lebih peka terhadap sesama, menjadi pribadi yang pemaaf, murah hati, suka menolong dan tidak mudah tersulut emosi. Puasa juga melatih tubuh kita agar terbiasa melakukan kebaikan seperti terbiasa sholat malam, membaca al-Qur’an, bersedekah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Target utama berpuasa adalah melatih berbuat baik agar menjadi “habbit” dan melatih jiwa agar bisa mengendalikan diri dari berbagai hal yang akan membawa dampak buruk bagi tubuh dan jiwa.

Selanjutnya upaya apa saja yang seharusnya dijalankan agar capain di Ramadhan dapat berlanjut di bulan syawal?…

Bulan Ramadlan bukan Cuma bulan panen kebaikan, tetapi bulan manusia berlatih membuat habbit baik. Agar capaian bulan Ramadlan dapat berlanjut di bulan syawal, kita bisa membuat trethmen pada diri kita antara lain :

Pertama berlatih istikomah. Istikomah atau konsisten merupakan wujud kematangan kondisi mental, dimana dalam keadaan apapun kita dapat terus menjaga kebiasaan baik untuk dilakukan. Dengan istikomah atau konsistensi kebaikan-kebaikan di bulan Ramadlan tidak hanya bersifat sporadis, tetapi menjadi sesuatu yang sustainable.

Kedua, membuat “schedule” kegiatan ibadah sehari-hari. Dengan harapan schedule ini akan menuntun kita dalam menjalankan kegiatan sehari-hari agar tidak jauh dari habbit baik bulan Ramadlan. Missal, schedule membaca al-Qur’an satu halaman setiap habis sholat fardlu, membiasakan puasa senin kamis, membuat schedule waktu istirahat agar bisa sholat malam.

Ketiga, memberi reward pada diri atas setiap kebaikan yang sudah dilakukan. Kadang kita kurang mengparesiasi diri sendiri, sehingga yang ada bukan termotivasi tetapi justru membentuk mental putus asa. Missal, merasa putus asa tidak bisa menghatamkan al-Qur’an dalam waktu tertentu, padahal sudah berusaha membaca setiap habis sholat.

Ke empat, mengkombinasikan kegiatan baik dengan kegiatan yang sudah berjalan. Agar kebiasaan baik tidak menjadi sesuatu yang mengganggu, bisa dilakukan kombinasi kegiatan. Misalkan, kebiasaan membaca di waktu pagi, di kombinasi antara membaca al-Qur’an dengan membaca buku.

Dan kelima, membuat pengaturan diri serta memilih lingkungan yang tepat agar bisa terhindar masuk dalam perbuatan yang tidak sesuai dengan kebiasaan Ramadlan. Lingkungan adalah faktor sosial yang ikut memberi andil besar pada perilaku seseorang. Dengan tetap menjaga lingkungan terbaiknya, ia akan menjaga habbit nya.

Publik Baca Meningkat, Pemkab Banyumas Apresiasi Kinerja Publikasi Koran SINAR PAGI

media cetak & Online
media cetak & Online
Sungguh-sungguh, semangat, hati-hati, berkarya, bekerjasama & Berdo'a

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru