Penulis: Dwi Arifin (Kepala Pusat Pengembangan Relasi Media Massa Organisasi Profesi Jurnalis Independen Bersatu)
“Pada masa jayanya, koran terbit sehari dua kali, pada waktu pagi dan sore hari untuk menemani para publik bacanya”
Media cetak berbentuk Koran, Majalah, Tabloid, Buletin dan buku sejak dulu telah hadir di tengah-tengah masyarakat hingga saat ini di era digital, bahan bacaan tersebut masih tetap diminati masyarakat.
Bahan bacaan media cetak cenderung memiliki proses yang cukup lebih selektif dalam menyajikan karya tulis berkualitasnya, sehingga media cetak masih menjadi referensi utama dibandingkan media sosial.
Media cetak secara langsung juga dapat menumbuhkan budaya baca hingga daya baca. Kehadiran media cetak yang tersimpan di ruang tamu kantor atau ruang layanan publik dapat merangsang orang-orang di sekitarnya untuk memiliki budaya baca.
Kehadiran media cetak juga dapat memperkuat daya baca, karena menjadi wadah bagi para penulis untuk mempublikasikan karya tulisnya.
Budaya baca erat dengan minat dan rutinitas yang dijalani oleh para pembaca karya tulis. Sedangkan daya baca cenderung berhubungan dengan kemampuan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak atau baik dari proses membacanya atau karya khusus dari ilmu yang diperolehnya dari bahan bacaan.
Indikator perkembangan budaya baca terlihat dari bertambahnya rutinitas membaca buku & keminatan menambah jumlah bacaan. Sedangkan indikator daya baca dapat dilihat dari hasil apa yang dibacanya. Misalnya ketika membaca buku dapat merangkum, mengembangkan, melengkapi atau membuat karya tulis yang lebih baik dari apa yang telah dibacanya atau menghasilkan karya yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.
Media Cetak Diprediksi Lebih Menyehatkan Akal Pikiran Dibandingkan Media Sosial