Oleh : Susi Tresnawati
Dalam 3,5 tahun terakhir, Kabupaten Bandung telah menunjukkan transformasi luar biasa dalam bidang infrastruktur, menjadi bukti nyata dari komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perubahan paling mencolok terlihat pada kondisi infrastruktur jalan, membangun banyak jembatan, dan membangun Rumah Sakit-Rumah Sakit.
Jalan-jalan yang sebelumnya banyak yang rusak parah, berlubang, dan sulit dilalui, kini mayoritas telah diperbaiki dan dicor, sehingga menjadi mulus dan nyaman untuk dilalui. Pembangunan Jembatan diantaranya Jembatan cikeruh, Jembatan Rancamanyar, Jembatan Cidurian. Juga berhasil membangun 5 RSUD, padahal sebelum periode Pemerintahan saat ini, selama 20 tahun, Kabupaten Bandung hanya mampu membangun 3 rumah sakit daerah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPURT) Kabupaten Bandung Zeis Zultaqawa mengatakan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bandung meningkat signifikan selama 3,5 tahun terakhir. Ratusan kilometer jalan mulus, memperlancar mobilitas warga, mendukung perekonomian dan meningkatkan kwalitas hidup masyarakat. strategis yang menghubungkan desa-desa terpencil hingga revitalisasi fasilitas publik seperti sekolah, pasar, dan pusat kesehatan, langkah-langkah ini telah membawa dampak signifikan terhadap perekonomian, mobilitas, dan kesejahteraan warga.
Infrastruktur adalah elemen kunci dalam sistem kapitalis karena mendukung produktivitas ekonomi, distribusi barang dan jasa, serta perkembangan teknologi. Dalam konteks kapitalisme, infrastruktur tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan publik, tetapi juga sebagai peluang investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Infrastruktur sering diprivatisasi untuk menarik investasi swasta.
Sistem kapitalis cenderung memprioritaskan pembangunan infrastruktur di daerah yang dianggap menguntungkan secara ekonomi, seperti kota besar, sehingga daerah terpencil sering kali tertinggal. Di tingkat internasional, negara berkembang sering menjadi target investasi infrastruktur, tetapi dengan syarat yang sering menguntungkan investor asing lebih daripada komunitas lokal. Negara sering kali berperan sebagai fasilitator, bukan pengelola utama. Negara mendukung pembangunan infrastruktur melalui kebijakan insentif, subsidi, atau kemitraan publik-swasta (PPP). Namun, peran negara dapat menjadi kontradiktif karena kepentingan publik sering kali bertentangan dengan kepentingan swasta yang mencari keuntungan.
Infrastruktur itu memang penting, bahkan Islam telah menjalankannya sejak lama, yakni dalam sistem Pemerintahan Islam. Pada masa itu, infrastruktur melejit dengan pesat. Perbedaannya, semua orang bisa menikmati tanpa pungutan biaya. Jadi negara tidak perlu merasa rugi jika jalannya dilewati rakyatnya. Jika negara membutuhkan untuk membangun jalan, jembatan, dan lainnya, maka negara tidak perlu berhutang atau bergantung pada pihak lain atau negara lain. Dalam Islam, infrastruktur dipandang sebagai salah satu pilar membangun peradaban. Penyediaan layanan kepada masyarakat, kegiatan ekonomi, dan upaya perwujudan kesejahteraan, sangat tergantung pada infrastruktur yang ada.
Oleh sebab itu, pembangunan infrastruktur meniscayakan negara mengambil peran yang sangat penting. Syariat menetapkan penyediaan infrastruktur menjadi tanggung jawab negara dan harus dilakukan secara independen, tidak tergantung pada asing. Instrumen negara dalam pembangunan infrastruktur berbasis kemaslahatan rakyat. Pembangunan infrastruktur akan diserahkan pada ahlinya dengan pembiayaan oleh negara. Infrastruktur harus memenuhi pandangan pada dunia keruangan secara keseluruhan dan negara akan memastikan pembangunan infrastruktur tepat guna sesuai kebutuhan rakyat dan negara.
Penerapan sistem Islam telah memberikan contoh terbaik sepanjang sejarah, selama 13 abad menorehkan kecemerlangan di semua bidang, termasuk infrastruktur. Pada masa akhir Kekhalifahan Utsmani, dunia Islam berupaya dipersatukan dengan jalur kereta api Hijaz. Diperintahkan oleh Sultan Abdul Hamid II pada 1900, jalur kereta api Hijaz dibangun untuk memudahkan jemaah haji saat menuju Makkah. Sebelumnya, mereka melakukan perjalanan dengan menunggangi unta selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Demikianlah era keemasan kekhalifahan, infrastruktur maju pesat dan kukuh untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Wallahu’alam bishawab.