Ketika membahas pendidikan berbasis kejuruan, sistem sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia dan program Ausbildung di Jerman sering menjadi sorotan. Keduanya menawarkan model pendidikan yang berorientasi pada keterampilan praktis, namun memiliki pendekatan, filosofi, dan hasil yang cukup berbeda. Sebagai praktisi pendidikan, kita dapat memetik pelajaran berharga dari masing-masing sistem untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Ausbildung: Pendidikan Kejuruan Dual System
Ausbildung di Jerman adalah bentuk pendidikan kejuruan berbasis dual system, menggabungkan pembelajaran di sekolah kejuruan (Berufsschule) dengan pelatihan langsung di perusahaan. Program ini berlangsung antara 2 hingga 3,5 tahun, tergantung bidang yang dipilih, seperti keperawatan, teknologi otomotif, atau pariwisata.
Hal menarik dari Ausbildung adalah kolaborasi erat antara pemerintah, sekolah, dan perusahaan. Peserta tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung bekerja dan menghasilkan produk atau jasa nyata. Lebih menarik lagi, mereka mendapat gaji bulanan selama masa pelatihan. Sistem ini memastikan lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar industri sehingga tingkat pengangguran lulusan Ausbildung sangat rendah.
Namun, tantangan Ausbildung adalah kebutuhan akan komitmen tinggi dari peserta dan perusahaan. Tidak semua individu cocok dengan pola pembelajaran yang sangat disiplin ini dan perusahaan juga harus siap berinvestasi dalam pelatihan jangka panjang.
SMK: Keterampilan dalam Pendidikan Formal
Sedangkan di Indonesia, SMK merupakan bagian dari jenjang pendidikan menengah yang bertujuan menghasilkan lulusan siap kerja. Program ini biasanya berlangsung selama tiga tahun, dimana siswa mempelajari teori di kelas, sekaligus praktik kejuruan di workshop sekolah atau dunia usaha melalui program praktik kerja lapangan (PKL).
Keunggulan SMK terletak pada cakupan bidang keahlian yang luas, mulai dari teknologi konstruksi dan bangunan, teknologi manufaktur dan rekayasa, energi dan pertambangan, teknologi informasi, kesehatan dan pekerjaan sosial, agribisnis dan agriteknologi, kemaritiman, bisnis dan manajemen, pariwisata serta seni dan ekonomi kreatif (Sumber Keputusan Kepala BSKAP Kemendikbudristek No. 024/H/KR/2022). Kurikulumnya mengacu pada standar kompetensi yang dirancang untuk memenuhi mayoritas kebutuhan pasar kerja lokal (saat ini sudah banyak kesempatan lulusan SMK yang membidik kebutuhan pasar internasional).
Namun, tantangan yang dihadapi cukup signifikan, seperti infrastruktur yang belum optimal dan kesenjangan antara materi yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan nyata industri. Akibatnya, lulusan SMK seringkali membutuhkan pelatihan tambahan sebelum benar-benar siap bekerja. Selain beberapa tantangan, tentu ada upaya positif lain yang telah dilakukan di sekolah menengah kejuruan saat ini. Misalnya, dengan adanya program Teaching Factory (TEFA), Badan Layanan Umum (BLU atau BLUD), dan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) yang tujuan umumnya adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam bidang kejuruannya agar sesuai dengan kebutuhan industri atau meningkatkan peluang siswa menjadi wirausahawan.
Persamaan: Fokus pada Keterampilan Praktis
Baik SMK maupun Ausbildung memiliki fokus utama yang sama; mempersiapkan siswa dengan keterampilan kerja yang relevan. Di SMK, siswa mengikuti kurikulum yang mencakup teori dan praktik di bidang tertentu, seperti teknologi, bisnis, atau kesehatan. Hal serupa terlihat dalam Ausbildung yang merupakan sistem pendidikan vokasi berbasis kerja di Jerman.
Dalam Ausbildung, peserta mendapatkan pelatihan praktis di perusahaan sambil belajar teori di sekolah kejuruan (Berufsschule). Sedangkan di SMK, pelatihan kerja dilakukan melalui praktik kerja lapangan (PKL) yang umumnya berlangsung selama beberapa bulan.
Kedua sistem ini mendukung peran besar dunia usaha dan industri dalam proses pendidikan, memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Perbedaan Utama: Pola Penerapan dan Kolaborasi dengan Industri
- Struktur Pembelajaran
SMK di Indonesia lebih berorientasi pada sekolah. Siswa belajar di kelas selama tiga tahun, dengan sebagian waktu dialokasikan untuk praktik kerja lapangan (PKL). Sebaliknya, dalam Ausbildung, sistemnya adalah dual system, dimana peserta menghabiskan waktu hampir setara antara belajar di sekolah kejuruan dan bekerja di perusahaan.
- Kolaborasi dengan Dunia Industri
Salah satu keunggulan Ausbildung adalah kedalaman kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan industri. Perusahaan di Jerman memiliki peran sentral, mulai dari proses rekrutmen peserta Ausbildung hingga penentuan kompetensi yang diajarkan. Selain itu, peserta biasanya menerima gaji selama menjalani pelatihan. Di SMK, upaya untuk meningkatkan kolaborasi dengan industri saat ini digalakkan melalui program link and match 8+i yang prosesnya masih terus digenjot agar lebih optimal.
- Pengakuan Sertifikasi dan Kesempatan Karier
Lulusan Ausbildung mendapatkan sertifikasi resmi yang diakui secara nasional dan internasional. Sertifikasi ini membuka peluang kerja tidak hanya di Jerman, tetapi juga di negara lain. Walaupun saat ini lulusan SMK di Indonesia banyak yang bisa bekerja di luar negeri melalui program pemerintah (Kemnaker), namun tidak dipungkiri masih ada yang menghadapi tantangan untuk mendapatkan pengakuan kompetensi yang sama di luar negeri. Sehingga, sebagian besar hanya bekerja di tingkat lokal atau sebagai tenaga kerja informal.
Inspirasi untuk Pendidikan Indonesia
Melihat keberhasilan Ausbildung, ada beberapa hal yang dapat diadaptasi ke Indonesia. Pertama, memperkuat kemitraan antara sekolah dan industri sehingga lulusan SMK lebih sesuai dengan kebutuhan pasar. Kedua, optimasi implementasi pemberian insentif kepada perusahaan untuk terlibat dalam pelatihan siswa. Misalnya, dengan program insentif pajak (supertax deduction program) yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2019. Ketiga, optimasi pemerataan standar pelatihan guru (baik guru kejuruan atau non-kejuruan) agar mereka tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki pengalaman praktis di bidangnya (reskilling dan upskilling).
Sebaliknya, keberagaman bidang di SMK bisa menjadi inspirasi bagi Jerman untuk lebih fleksibel dalam menghadirkan program kejuruan yang sesuai dengan berbagai lapisan masyarakat.
Dengan mengintegrasikan keunggulan keduanya, mudah-mudahan kita bisa membangun generasi muda yang tidak hanya terampil, tetapi juga adaptif menghadapi tantangan dunia kerja global. Pendidikan kejuruan pada akhirnya adalah kunci untuk membangun ekonomi yang berdaya saing tinggi. Mari jadikan pembelajaran lintas negara sebagai pijakan untuk terus maju!
Referensi:
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023). Laporan Pendidikan Vokasi di Indonesia.
- German Federal Institute for Vocational Education and Training (BIBB). (2023). The Dual Vocational Training System in Germany.
- OECD. (2022). Education at a Glance 2022: Germany and Indonesia Comparative Studies.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Diakses tanggal 20 November 2024 dari https://kurikulum.kemdikbud.go.id/
Penulis: Dini Siti Anggraeni S.Pd., M.Si. (PNS Provinsi Jawa Barat/Diaspora sementara di Jerman) merupakan guru proyek IPAS SMK, sekaligus Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang saat ini sedang menjadi diaspora (cuti di luar tanggungan negara) di Jerman. Ia adalah peraih I SEAMEO ESD Japan Award Tahun 2016 (Tingkat Asia Tenggara) dan Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Jawa Barat Tahun 2019.
(Sumber: disdik.jabarprov.go.id)