Senin, Juli 14, 2025

Wacana Mewujudkan Generasi Berkualitas Lewat Program Makan Gratis Ataukah Hanya Sekedar Janji Manis??

Oleh : Rindi Sartika (Ibu Rumah Tangga)

Salah satu kebijakan atau program yang dikampanyekan oleh Presiden dan wakil Presiden terpilih adalah dengan memberikan makan bergizi secara gratis baik itu untuk para pelajar, santri, ibu hamil dan menyusui, juga balita di berbagai kabupaten atau kota. Ide ini muncul dikarenakan semakin tingginya angka stunting dan gizi buruk di Indonesia. Sehingga presiden dan wakil presiden terpilih mengklaim akan meningkatkan dan memperbaiki gizi buruk dengan program makan siang gratis tersebut.

Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lemburmuncang, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung sudah mulai dilakukan uji coba pemberian makanan bergizi gratis.
Sebanyak 180 siswa SD Lemburmuncang menjadi penerima manfaat dari program ini.

Diungkapkan Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Marlan Nirsyamsu uji coba tersebut tidak hanya diadakan di Kabupaten Bandung, tetapi juga di beberapa kota dan kabupaten lainnya.
Marlan menjelaskan bahwa pihaknya hanya diminta untuk menyediakan lokasi untuk pelaksanaan uji coba. Namun, Marlan menyatakan bahwa pemerintah Kabupaten Bandung (Pemkab) sudah siap melakukan sosialisasi program ini.

Merujuk pada kebijakan dan program yang diharapkan bisa menjadi solusi menekan angka stunting, tidak sedikit justru program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menyisakan kritik dari masyarakat. Kritik ini mencuat karena mulai terlihat upaya tambal sulam pelaksanaan program dan juga perkataan mereka tentang program ini yang masih menyisakan ragu. Mulai dari adanya pemangkasan anggaran menjadi lebih kecil, yang awalnya Rp 15.000 kini menjadi Rp. 7500, untuk setiap porsinya. Maka, dengan anggaran sekecil itu akankah didapat makanan yang memiliki gizi dan nutrisi yang tinggi? atau juga polemik perubahan susu sapi yang akan diganti dengan susu ikan.Yang dimana susu ikan itu adalah susu analog hasil dari hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang diolah menyerupai susu. Untuk memproses ini tentu dibutuhkan proses yang panjang, biaya yang cukup besar dan juga pemanasan yang cukup tinggi dalam proses HPI tersebut. Yang tentu saja akan mengurangi nutrisi dan gizi dalam ikan sehingga ketika sudah menjadi susu rasanya nilai kandungan gizi nya pun akan semakin hilang. Belum lagi masih sedikitnya industri dalam negri yang memproduksi HPI ini. Maka, ini justru akan membuka peluang besar bagi penyedia pangan luar negri untuk berlomba-lomba berinvestasi dalam program ini. Alhasil lagi-lagi korporasi lah yang akan mendapat keuntungan besar dari produksi susu ikan ini. Kemudian mencegah angka stunting lewat program Makan Bergizi Gratis rasanya bukan solusi yang menyentuh akar masalahnya. Karena ini hanyalah termasuk permasalahan cabang yang berawal dari tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Kebutuhan dasar masyarakat yang sulit terpenuhi diakibatkan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan yang berkorelasi dengan minimnya pendapatan di masyarakat. Padahal kebutuhan hidup kian hari kian meningkat.Maka keadaan ekonomi yang sulit inilah yang menjadi pencetus meningkatnya stunting atau gizi buruk. Dan yang menjadi inti puncak masalahnya adalah karna diberlakukannya sistem demokrasi kapitalis di negri ini,dimana negara yang seharusnya melayani rakyat, justru hanya bertindak sebagai regulator saja. Negara yang katanya ingin memberikan kesejahteraan pada rakyat nyatanya hanya sebatas teori belaka. Karena jika benar direalisasikan, masalah ekonomi yang mencekik ini harusnya dapat ditekan dan kenaikan harga pangan pun harusnya dapat dikendalikan.

Pemimpin seyogyanya harus mampu melayani rakyat dengan sepenuh hati, bukan malah menjanjikan program-program tidak pasti yang dikomersilkan dan berujung ingin mendapatkan keuntungan.Sehingga akhirnya lagi-lagi rakyat lah yang menjadi korban.
Berbeda dengan penerapan sistem islam. Pemimpin dalam islam akan merasa berhasil ketika menyaksikan semua kebutuhan masyarakatnya terpenuhi.

Berupaya membangun peradaban manusia yang unggul dengan membentuk generasi berkualitas. Salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan dasar setiap masyarakat yakni sandang, pangan dan papan. Negara memiliki tanggung jawab penuh dalam mempermudah rakyat untuk mendapatkan makanan bergizi lewat meratanya distribusi pangan sehingga kelangkaan pangan dapat dicegah. Menjaga kestabilan harga sehingga harga pangan tetap terjangkau. Mengalokasikan anggaran di baitul mal untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.

Maka, generasi berkualitas hanya akan terwujud dengan menerapkan sistem islam secara kaffah, sistem yang akan mewujudkan kesejahteraan secara hakiki bukan demokrasi kapitalis yang hanya akan melanggengkan kepentingan pebisnis termasuk dalam program Makan siang gratis.

Wallahualambissawab

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru