Pewarta: Dwi Arifin
(Koran SINAR PAGI)-, Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 dengan memperkuat pemahaman Ahlussunnah Wal Jamaah. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama- Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama / IPNU – IPPNU berkolaborasi dengan Banom NU Katapang, Muslimat NU, MWC NU, Fatayat NU, GP Ansor dan Banser Katapang. Ngaji Kitab Hujjah Ahlusunnah Wal Jama’ah karangan KH. Ali Ma’sum. Bersama dengan narasumber & pengurus, pimpinan MWC NU Katapang, jajaran pengurus Banom NU & Tokoh NU Katapang. Acara berlangsung di Ponpes Nurul Bahri Al Mashoolih, Minggu, 27 Oktober 2024, Pukul 08.00 WIB s.d Selesai.
Ketua Tanfidziyah Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Katapang, Ustadz Awan Mulyana Al Murzani saat menghadiri acara tersebut. Sempat menjelaskan tentang Jamiyah atau struktur NU hingga jama’ah atau orang-orang yang melaksanakan amalan NU di Masyarkat. Serta 3 pilar NU yaitu amaliah, harakah, dan fikrah.
Menurutnya selama ini NU dalam mengamalkan agama berupaya memegang mazhab 4 Imam, mulai dari Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Serta Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi, para imam-imam yang menjadi pegangan bidang aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Sedangkan dalam Tasawuf, NU mengikuti Imam al-Ghazali & Imam Junaid al-Baghdadi dan bersikap Tawazud atau seimbang antara akal dan naqli.
Konsep beragama tersebut menjadi aturan agar dalam menjalankan agama bersanad hingga kepada Rosululloh atau Nahdlatul Ulama tetap berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.
KH. Asep Setiawan, S.Pd.I, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Bahri Al Mashoolih mengungkapkan sudah semestinya manusia melalui pengajian seperti ini menempuh jalan untuk menjadi aliman.
“Kun ‘aliman, aw muta’alliman, aw mustami’an, aw muhibban; Wa la takun khamisan!
Yang artinya: “Jadilah orang yang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mendengarkan (orang alim yang menjelaskan ilmunya) atau orang yang mencintai (ilmu). Janganlah menjadi orang kelima!”
Yaitu mereka yang membenci terhadap ilmu dan orang yang mencari ilmu, karena merekalah orang-orang yang dijelaskan akan cenderung celaka Dunia dan Akhirat.
KH. Asep Setiawan, S.Pd.I mengingatkan pentingnya tetap mengaji kitab-kitab ulama secara langsung kepada ulama, karena saat ini banyak yang memilih sumber rujukan dalam beragama dari internet, padahal belum tentu kejelasan sumber yang disampaikannya.