(Jakarta)-, Masyarakat butuh media massa dan media massa tidak akan hidup tanpa dukungan masyarakat. Kehadiran media massa di Indonesia sudah terbukti dibutuhkan sejak pra kemerdekaan hingga saat ini atau pasca kemerdekaan. Lalu seperti apa proses kerja jurnalistik serta perkembangan media massa di era digitalisasi?… Untuk mengungkap hal itu, Jurnalisindependenbersatu.com membuka interaktif khusus bersama Presiden Komunitas Jurnalis Berhijab / KJB, Salsabila Alkatiri S.I.Kom, tentang “Karya Jurnalistik Yang Berkualitas Untuk Masyarakat”
Presiden Komunitas Jurnalis Berhijab / KJB, Salsabila Alkatiri S.I.Kom menjelaskan sebagai Komunitas Jurnalis, kami / anggota KJB menjadikan kode etik jurnalistik sebagai panduan dalam membuat karya reportase. Serta terus melakukan evaluasi dan saling mengingatkan mengenai kode etik jurnalistik di KJB.
“KJB merupakan komunitas dari jurnalis Berhijab yang tergabung dan bukan organisasi, sehingga aturan resmi jurnalistik mengacu pada kode etik masing-masing dari media jurnalis itu bekerja” jelasnya mengawali interaktif mengisi halaman weekend bersama Jurnalisindependenberstu.com
Sehingga peran komunitas, seperti KJB bermanfaat untuk saling mengingatkan lewat diskusi-diskusi sesama jurnalis mengenai kode etik profesi jurnalistik. Dan sebagai organisasi yang diharapkan berperan untuk meningkatkan kualitas karya jurnalistik, KJB pernah mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kapabilitas wartawan itu sendiri.
Menurutnya untuk menghasilkan karya jurnalistik yang penuh dengan referensi terbaik, ada banyak proses yang harus ditempuh. Diawali proses pengumpulan data dan verifikasi, dimulai dari beberapa langkah. Seperti observasi dan riset data sebelum terjun ke lapangan. Lanjut dengan wawancara bersama narasumber yang relevan dan terpercaya. Dilanjutkan dengan verifikasi informasi dari berbagai sumber, baik dari media online atau cross check kabar dari sosial media. Serta melakukan analisis penulisan, setelah mengumpulkan informasi.
Selain itu untuk menjaga keamanan dokumentasi pra hingga pasca liputan. Hal yang sangat penting sebagai bukti karya original jurnalistik dan melindungi privasi narasumber. Biasanya dimulai dengan menyerahkan File atau materi mentah ke bank data di kantor untuk mengumpulkan materi sebelum diolah/ diedit. Berupaya melakukan pengamanan dengan membuat aturan hanya pihak yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang bisa akses file/materi sebelum ditayangkan. Selanjutnya backup data secara berkala, baik pada materi yang belum tayang ataupun yang sudah diedit menjadi tayangan jurnalistik. Serta membuat pengelompokan materi secara tematik.
“Setelah publikasi, bisa juga menghapus data yang sifatnya sensitif atau yang tidak lagi diperlukan setelah publikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kebocoran data atau identitas narasumber yang sifatnya rahasia” ucapnya
Ketika berupaya mengumpulkan berbagai referensi tersebut. Salsabila Alkatiri S.I.Kom menceritakan ketika menemukan hambatan atau kesulitan mengakses narasumber yang dibutuhkan, maka yang dilakukan adalah dengan menghubungi narasumber berulang kali (follow up) dengan berbagai metode alat komunikasi (lewat telepon, lewat WA atau media sosial jika memungkinkan). Bisa juga dengan cara koneksi pribadi dengan narasumber, misalnya dengan menghubungi asisten pribadi narasumber atau dengan cara lain mencari informasi kegiatan narasumber, sehingga bisa hadir di acara tersebut dan selanjutnya melakukan doorstop.
“Bisa juga mencari narasumber alternatif yang masih memiliki relevansi topik yang sama atau menghubungi pakar (pengamat) di bidang terkait untuk menambah khazanah topik pemberitaan. Serta upaya terakhir bisa juga menggunakan sumber informasi tersier seperti hasil riset yang sudah ada”ungkapnya
Salsabila Alkatiri S.I.Kom mengungkapkan selama menjadi jurnalis ada paradigma yang dipegang untuk mengukur atau menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas. Yang pertama obyektitas, terus menjaga netralitas dan berimbang dalam menyajikan karya dari berbagai sudut pandang. Serta memberikan gambaran yang lengkap terhadap isu yang disajikan, sesuai dengan fakta di lapangan.
Selanjutnya terus berupaya memilih narasumber untuk menghimpun referensi terbaik bahan beritanya dengan pemilihan narasumber dimulai sejak topik atau isu berita akan dibuat. Setelah itu menentukan klasifikasi narasumber yang dibutuhkan dengan cara analisa jabatan Narasumber, langsung menuju kepada tingkat atas atau narasumber pimpinan lembaga / instansi terkait dengan isu pemberitaan. Narasumber yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya. Narasumber yang memiliki pengalaman dan reputasi yang baik. Narasumber yang dikenal oleh tim liputan, guna memudahkan akses pemberitaan.
Saat ditanya perihal strategi seperti apa yang dijalankan untuk memperluas relasi hingga membangun kesinergisan antara narasumber dengan media massa?…
Salsabila Alkatiri S.I.Kom menjawab menurut saya caranya dimulai dengan terus menjaga hubungan dengan narasumber, misalnya menghubungi sebelum atau setelah wawancara. Menjaga etika dalam setiap interaksi, baik lisan maupun tulisan. Mengirimkan link tayangan pemberitaan sebagai protofolio narasumber. Menjaga kredibilitas dan kepercayaan dengan narasumber lewat menyajikan berita yang akurat. Jika memungkinkan, meluangkan waktu hadir dalam acara yang diundang oleh narasumber.
Dalam menghadapi persaingan antara media sosial dengan media massa, untuk menarik publik agar lebih memilih sumber informasi dari media massa. Apa yang terus diupayakan atau diprogramkan oleh organisasi?…
“Selalu menjaga dan meningkatkan kualitas karya jurnalistik. Menampilkan program yang lebih interaktif, yang menjadi ciri khas masing masing media. Misalnya jurnalisme investigatif. Mengikuti perkembangan teknologi dan digitalisasi, sehingga media massa tidak ketinggalan jaman”jelasnya wartawati yang berpengalaman meliput ibadah haji dan menjadi juara diberbagai perlombaan karya jurnalistik.
Sebagai Presiden KJB yang secara tidak langsung mengamati tentang perkembangan media massa, pra hingga pasca kemerdekaan di Indonesia.
“KJB menyimpulkan bahawa perkembangan media massa pra kemerdekaan hingga saat ini, menurut saya kalau sebelum kemerdekaan peran media dalam memperjuangkan kemerdekaan membawa narasi narasi perjuangan. Namun setelah kemerdekaan, media massa lebih berperan sebagai alat pembangunan dalam berbagai sektor. Dan saat ini media massa berperan sebagai kontrol pemerintahan dengan adanya kebebasan pers”katanya
Sedangan kini di era digitalisasi, media tumbuh dengan subur dan cenderung sulit dikendalikan. Sehingga tugas media massa saat ini bertambah juga untuk memerangi hoax, bukan ikut-ikutan menyebarkan hoax.
Media Massa juga sebagai perpanjangan suara rakyat kepada pemerintah. Jadi secara keseluruhan perkembangan media massa di Indonesia mencerminkan adanya perubahan besar, dari pra hingga pasca kemerdekaan yakni dari alat perjuangan politik dalam masa penjajahan menjadi instrumen pembangunan nasional dan sistem demokrasi.
Pewarta: Dwi Arifin (Jakarta)-, Anggota dewan dari Fraksi PDI-Perjuangan, Puan Maharani kembali ditetapkan menjadi Ketua DPR RI periode 2024-2029 dalam…