Koran SINAR PAGI – Jika kita berbicara terkait perihal olah raga dengan tantangan dan peluang selalu sangat menarik untuk dibahas, karena dua hal tersebut merupakan prosedur hidup yang seolah-olah harus tetap kita jalankan sebagai manusia yang masih mempunyai nyawa. Artinya, disetiap aktivitas kita sebagai orang yang sedang bekerja dan berusaha dalam bidang apapun harus dapat membaca dan memahami, serta mengambil keputusan untuk menanggapi tantangan dan peluang tersebut.
Tidak terkecuali dalam sektor pendidikan, khususnya pendidikan olahraga, dimana setiap pelakunya harus mampu beradaptasi dalam memandang setiap tantangan dan peluang tersebut yang tentunya berkaitan dengan aktivitas pendidikan olahraga.
Apalagi sekarang ini kita sudah memasuki era moderenisasi, dimana kita para pelaku, sebagai manusia harus bisa menerima perkembangan zaman ini dengan bijak dan disiplin, agar kita tetap menjadi insan yang mampun bersaing dikemudian hari, bukan justru malah membuat kita menjadi insan yang malas dan tidak bertanggung jawab dengan apa yang kita lakukan.
Orasi ilmiah ini sedikit akan membahas mengenai bagaimana kedudukan pendidikan olahraga sebagai salah satu sektor yang cukup penting untuk memajukan individu bangsa dalam menanggapi tantangan dan peluang yang ada khususnya di era society 5.0, sehingga diharapkan akan membuka wawasan dan pemikiran kita akan pentingnya memahami konsep dasar pendidikan olahraga dimasa yang akan datang.
Mengawali pembahasan ini, mari kita lihat bersama data hasil Tingkat Partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga yang berdampak pada Tingkat Kebugaran Jasmaninya, yang penulis ambil dari laporan Sport Development Indeks/Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) Deputi Pembudayaan Olahraga KEMENPORA. Terlihat data bahwa : sejak tahun 2021 sampai 2023 angkanya mengalami penurunan, dimana tahun-tahun sebelumnya mencapai angka 28% lebih, sedangkan pada tahun 2023 partisipasi masyarakat dalam berolahraga menurun sebesar ± 3% menjadi hanya sebesar 25,4% saja. Itu artinya, hanya sekitar 2-3 dari 10 orang masyarakat Indonesia yang berolahraga.
Dan jika dilihat berdasarkan Gender/Jenis Kelamin nampaknya terjadi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, dimana tingkat partisipasi berolahraga perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Hal tersebut berdampak pada Tingkat Kebugaran Jasmani masyarakatnya, dimana dihasilkan fakta mengejutkan bahwa sebanyak 77,12% usia anak menuju remaja awal (10-15 tahun) memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang sampai kurang sekali, serta lebih parah lagi bahwa data menunjukan sebanyak 83,55% pada usia remaja sampai dewasa (16-30 tahun) memiliki tingkat kebugaran jasmani dengan kategori kurang sampai kurang sekali.
Hal tersebut menandakan bahwa secara umum masyarakat Indonesia jarang sekali melakukan aktivitas olahraga, sehingga berdampak pada kebugaran jasmaninya
Jika dilihat dan dianalisis dari berbagai sumber, terlihat ada dua faktor besar yang kiranya menghambat masyarakat kurang beraktivitas olahraga, sehingga mengalami kualitas kebugaran jasmani yang kurang baik. Pertama adalah karena menganggap tidak punya waktu untuk melakukan aktivitas olahraga. Dilansir dari IPSOS 2021 tentang “Global Views on Sport and Exercise” sebanyak 37% masyarakat beranggapan bahwa hambatan untuk tidak olahraga adalah tidak punya waktu. Yang sebetulnya kemungkinan besar masalah ini relevan dengan situasi perkembangan zaman sekarang ini, dimana orang-orang sekarang ini lebih sibuk dengan gedget nya masing-masing ketika ada waktu luang, dibandingkan dengan menggantinya dengan berolahraga.
Peryataan ini didasarkan pada hasil survei yang bersumber dari detik.com, yang menyajikan data bahwa Indonesia di tahun 2023 kemarin jumlah penggunaan internet mencapai angka 212,9 juta. Angka tersebut mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Berdasarkan data yang dirilis We Are Social menyebutkan total populasi Indonesia mencapai 276,4 juta jiwa, dimana penduduk Indonesia yang berselancar di dunia maya itu ada 212,9 juta pengguna yang mana itu mengalami kenaikan 5,2% atau 10 juta dari tahun 2022.
Pengguna internet Indonesia menghabiskan waktu rata-rata selama 7 jam 42 menit dalam seharinya. Berbicara mengenai perangkat untuk internetan, orang Indonesia masih dominan dilakukan lewat gadget atau smartphone dengan rata-rata waktu 4 jam 53 menit. Kalau menggunakan perangkat lain seperti komputer dan tablet hanya 2 jam 49 menit.
Data tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan masyarakat itu tidak memiliki banyak waktu karena hampir 30% digunakan untuk “Screen Time” atau hanya sekedar melihat layar di Handphone. Padahal, dari beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa anak-anak yang kurang gerak akibat screen time yang berlebihan berpotensi menderita sindrom metabolik di masa dewasa. Mereka juga memiliki risiko tinggi mengalami obesitas dan kebugaran fisik yang rendah.
Hal ini tentunya sangat memprihatinkan dan menjadi PR serta tantangan kita bersama, khususnya para praktisi olahraga, untuk mencari strategi mengenai bagaimana membuadayakan olahraga yang teratur kepada masyarakat, sehingga kebugaran jasmaninya dapat meningkat.
Tantangan kedua adalah perkembangan zaman yang begitu pesat, dimana sekarang ini kita sedang berada pada suatu masa dari konsep Revolusi Industri 4.0 nya. Revolusi industry 4.0 adalah fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Hal ini tentunya menuai banyak sekali tanggapan, yang tentunya mengakibatkan pro dan kontra. Namun, untuk menghadapi kondisi perkembangan zaman di tahap revolusi industri 4.0, muncul suatu konsep pemikiran baru, yaitu konsep Society 5.0, dimana konsep ini merupakan suatu konsep masyarakat modern yang menyeimbangkan antara manusia sebagai pelaku dengan teknologi sebagai objeknya. Lalu apa hubungannya era Society 5.0 dengan Revolusi Industru 4.0 ?
Era Society 5.0 adalah sebuah solusi dan tanggapan yang dimana Revolusi Industri 4.0 penuh dengan inovasi teknologi. Dengan adanya Era Society 5.0 adalah untuk mewujudkan masyarakat yang nyaman dan dapat menikmati hidup dengan adanya inovasi teknologi hebat. Era Society 5.0 adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019 yang menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia (Human Center) sebagai respons terhadap perubahan cepat dan kompleks dalam dunia teknologi dan industri, yang juga dikenal sebagai Revolusi Industri 4.0 tadi. Konsep ini bertujuan untuk mengatasi ketidakpastian yang kompleks dan ambigu yang mungkin terjadi akibat disrupsi industri. Era Society 5.0 menekankan pentingnya mengintegrasikan inovasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Robotik untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, sambil tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh sebab itu, Masyarakat di era 5.0 yang akan mengintegrasikan mesin serta kecerdasan buatan diyakini akan membantu manusia dengan lebih maksimal. Jadi, masyarakat bisa fokus menciptakan inovasi dan berkreasi dengan ide-ide baru secara lebih aktif. Lalu apa saja yang perlu dibutuhkan oleh masyarakat, terutama para pendidik dan peserta didiknya dalam menghadapi era Society 5.0 ini…?
Tentunya dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter. Berbicara mengenai pendidikan di era society 5.0 tentu saja berkaitan dengan perubahan sistem pembelajaran di era tersebut. Era revolusi sangat berkaitan dengan kecakapan Abad ke-21 yang berhubungan dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Oleh karena itu, pendidik di era society 5.0 harus memiliki kecakapan abad ke-21 yang dikenal dengan istilah 6C, yaitu karakter (character), kewarganegaraan (citizenship), berfikir kritis (critical thinking), kreatif (creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication). Salah satu ciri dari implementasi kecakapan 6C dalam pembelajaran di abad ke-21 adalah munculnya aspek humanis dalam pendidikan, seperti pendidikan dan kurikulum yang berpusat pada nilai dan karakter, tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan materi mata pelajaran.
Sementara itu, pada abad ke-21 pelajar diharapkan memiliki kompetensi yang disebut dengan kemampuan enam literasi dasar yaitu baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya dan kewarganegaraan. Namun pada era society 5.0 yang akan dihadapi nanti, tidak hanya dibutuhkan enam literasi dasar saja, namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berfikir kritis, bernalar, kreatif, komunikatif, kolaboratif, memiliki kemampuan problem solving, serta memiliki karakter yang mencerminkan pancasila.
Selain itu, kegiatan pembelajaran di era society 5.0 tidak hanya berfokus pada satu sumber seperti buku, melainkan dapat menerima informasi dari berbagai macam platform teknologi dan informasi seperti internet dan media sosial. Oleh karena itu, peran pendidikan dan pembelajaran sangat penting di era society 5.0 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas generasi unggul yang berkarakter. Disamping itu, dalam kontek masyarakat di era society 5.0 diperlukan gaya hidup aktif dan sehat, karena itu akan menjadi variabel penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hidup.Berdasarkan kajian yang telah dijelaskan tersebut, maka sebetulnya yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apa yang harus dilakukan atau langkah nyata apa yang sekiranya diperlukan oleh para pelaku olahraga, baik sebagai praktisi ataupun akademisi dalam menghadapi kemajuan era di 5.0 ini…?
Mari kita lihat terlebih dahulu dari segi kebijakannya. Dalam UU No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, disebutkan pada BAB V tentang Ruang Lingkup Olahraga di Pasal 17 menyatakan bahwa Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan : 1) Olahraga Pendidikan; 2) Olahraga Masyarakat; 3) Olahraga Prestasi.
Pada bagian ini sudah jelas, bahwa kedudukan Pendidikan Olahraga masuk pada ruang lingkup kegiatan yang pertama, yaitu masuk pada kategori Olahraga Pendidikan. Dimana kemudian pada pasal 18 ayat 1 nya disebutkan bahwa olahraga pendidikan penyelenggaraannya bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan guna membangun gaya hidup sehat aktif sepanjang hayat. Kemudian juga pada ayat 2 nya disebutkan bahwa: Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan, baik pada jalur pendidikan formal melalui kegiatan intrakurikuler dan/ atau ekstrakurikuler, maupun nonformal melalui bentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya bahwa setiap pendidikan olahraga yang dilakukan dapat melalui jalur formal seperti di sekolah-sekolah, maupun non formal seperti di akademi-akademi olahraga.
Nah, khususnya di sekolah-sekolah kita mengenal dan mengetahui satu mata pelajaran yang membidangi kegiatan olahraga, yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan atau lebih dikenal dengan singkatan PJOK. Namun, nampaknya ada hal yang menarik pada bagian ini, yaitu mengenai paradigma dari sebagian orang yang mungkin ini juga masih sering terjadi dikalangan para guru PJOK itu sendiri, yaitu mengenai hakekat dari Pendidikan Jasmani dan juga Pendidikan Olahraga. Walaupun pada dasarnya aktivitas ini dilakukan oleh jasmani/tubuh, akan tetapi kedua arti tersebut memiliki konsep yang berbeda.
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan siswa serta merangsang interaksi siswa dengan siswa lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang – cabang olahraga tertentu. Kepada siswa diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah “hasil” dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Yang sering terjadi pada pembelajaran “pendidikan olahraga” adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan siswa. Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan.
Melihat perbedaan kedua konsep tadi secara singkat, jelas nampaknya terlihat bahwa pada dasarnya antara Pendidikan jasmani dengan Pendidikan olahraga memiliki beberapa perbedaan dalam segi implementasinya. Pendidikan Jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara pendidikan olahraga. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional melalui aktivitas fisik. Artinya program pendidikan jasmani merupakan sebuah program pendidikan melalui aktivitas gerak atau permainan dan olahraga, dimana dalam pelaksanaannya mengandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu dipilih hanya sebagai alat untuk mendidik.
Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk “kelompok mampu‟ kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut “perasaan berhasil” tadi, dan anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring dengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan.
Nah.., sedangkan dalam konsep Pendidikan Olahraga atau bisa dikenal dengan sebutan Sport Education itu ialah suatu Kurikulum dan atau model pengajaran yang dirancang untuk penyampaian program pendidikan jasmani di tingkat sekolah dasar dan menengah, sebagai bagian dari proses pendidikan untuk mengembangkan dan membina potensi jasmani dan rohani seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat, sehingga nantinya orang tersebut akan merasa senang untuk berolahraga, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Internasional Council of Sport and Physical Education mengatakan bahwa pendidikan olahraga dapat diartikan sebagai setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam.
Tujuan dari pendidikan olahraga yaitu untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani pada setiap manusia. Selain itu, pendidikan olahraga juga bertujuan untuk melahirkan sosok warga negara yang sportif, jujur dan sehat, bukan sosok warga yang bringas, sadis, dan brutal. Namun lebih dari itu, pada hakekatnya tujuan dari pendidikan olahraga itu sendiri sebetulnya adalah untuk mempersatukan peserta didik dalam rangka memajukan olahraga yang ada saat ini.
Model ini juga pada dasarnya agar dapat membuat peserta didik memiliki sifat yang kompetitif, dapat melatih keterampilan motorik, melatih keterampilan khusus olahraga yang diajarkan kepada peserta didik agar dapat berprestasi dan memenangkan kejuaraan. Maka dari itu, segala materi yang diajarkan dalam ruang lingkup pendidikan olahraga adalah hanya sebatas pada teknik-teknik di cabang olaharaga yang dipelajarinya, serta menggunakan aturan yang sudah menjadi standar agar mereka merasakan seperti ada pada situasi dan kondisi perlombaan/pertandingan yang sesungguhnya. Singkatnya adalah bahwa pendidikan olahraga merupakan pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan ada interface, tidak sama namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau big muscle activity, bukan fine muscle activity. Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan.
Maka dari itu, mari kita coba runtun setiap pembahasan tadi menggunakan pendekatan analisis SWOT, sehingga nanti kita akan mendapatkan hasil kajian bagaimana menanggapi tantangan dan memanfaatkan peluang pada sektor Pendidikan Olahraga di era Society 5.0 ini.
Sedikit pengulasan mengenai analisis SWOT itu sendiri adalah merupakan suatu metode atau cara dalam mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluan dan ancama pada suatu organisasi. Walaupun banyak teori yang menyebutkan bahwa kebanyakan penggunaan analisis SWOT ini digunakan untuk bidang bisnis di perusahaan, namun secara realnya teknik analisis ini juga bisa digunakan di sektor-sektor lain. Khususnya pada bidang olahraga, analisis SWOT juga sudah banyak digunakan dalam beberapa penelitian dalam merencanakan strategi untuk kemajuan dan peningkatan olahraga. Maka dari itu, Sekarang mari kita bahas satu persatu.
Strenght (Kekuatan)
1. SDM (Para Akademisi & Praktisi) yang berkualitas
Para pakar di bidang Pendidikan Olahraga, khususnya di Indonesia sangat banyak dan cukup memiliki kompetensi yang berstandar, baik nasional maupun internasional. Ini nampaknya menjadi salah satu kekuatan yang kita miliki. Tidak hanya itu, para programer atau pembuat web dan aplikasi, kiranya kita memiliki banyak sekali talenta.
2. Penggunaan gedget yang semakin meningkat. Ini juga menjadi salah satu kekuatan yang bisa kita gunakan, terutama dalam percepatan informasi terkait dengan penyebarluasan program pendidikan olahraga.
3. Kebijakan Pemerintah mengenai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang sekiranya harus mulai dari sekarang harus diimplementasikan, sehingga kebijakan tersebut juga nampaknya bisa menjadi salah satu kekuatan untuk mengatasi tantangan di era Society 5.0.
4. Hasil riset yang menunjukan, bahwa generasi milenial lebih tertarik atau suka dengan kegiatan olahraga.
Weakness (Kelemahan)
1. Fasilitas yang terkadang masih sangat minim di setiap satuan pendidikan, tidak hanya mengenai sarana dan prasarana, tetapi juga keluasan akses internet yang masih sangat terbatas dan belum merata.
2. Kurang dilibatkannya orang tua sebagai pengawas dan pengontrol peserta didik di luar sekolah, sehingga tidak peserta didik justru menampilkan karakter yang kurang baik di luar sekolah.
Oportunity (Peluang)
1. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat, karena ini akan menjadi peluang bagi para pelaku di sektor pendidikan olahraga untuk bisa berkolaborasi dengan para pelaku usaha ataupun industri olahraga untuk membuat platform digital, sebagai langkah dalam meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat untuk berolahraga.
2. Kampanye melalui jalur Formal dan Non formal. Hal tersebut maksudnya adalah, sekarang ini sudah mulai dibentuknya sekolah-sekolah khusus olahraga di beberapa daerah, seperti di Jakarta, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Jawa Timur dan Kalimantan Timur, ini akan menjadi peluang untuk meningkatkan tujuan pendidikan keolahragaan kita.
Threats (Ancaman)
1. Games (Permainan-Permainan) digital yang semakin banyak, yang cenderung akan lebih menarik minat pengguna, terutama dikalangan anak-anak sampai dewasa. Ini kiranya yang menjadi ancaman, khususnya di sektor pendidikan olahraga, karena dikhawatirkan akan mengurangi aktivitas fisik masyarakat dan akhirnya menyebabkan penurunan kembali indeks kebugaran jasmani masyarakat.
2. Berkurangnya jam pelajaran olahraga di sekolah, khususnya ini terjadi di kelas XII. Bahkan ada isu yang sempat beredar bahwa mata pelajaran olahraga ini akan ditiadakan bagi siswa di sekolah menengah atas, khususnya kelas XII, dengan alasan agar bisa konsentrasi pada ujian akhir sekolah.
Berdasarkan kajian dari analisis SWOT tersebut, nampaknya sudah dapat tergambarkan hal apa yang sekiranya bisa kita lakukan untuk menghadapi tantangan dan membaca peluang tersebut. Setidaknya disini saya akan memberikan dua hal yang sekiranya menjadi sangat penting untuk dilakukan, yaitu :
Pertama, berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam mengolah berbagai informasi dan fakta secara rasional dan sistematis guna memperoleh kesimpulan yang akurat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pengolahan di sini dimaksudkan sebagai suatu upaya menghubungkan, membandingkan, dan atau mengevaluasi antara informasi dan fakta. Oleh karena itu, data menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan.
Perlu kiranya membuat suatu ekosistem dikalangan para pelaku olahraga, baik guru, para pelatih, akademisi dan praktisi lain untuk mampu berpikir kritis yang memungkinkan tanggung jawab profesional terinternalisasi menjadi sebuah kebiasaan dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Disinilah diperlukan yang namanya penalaran logis, interpretasi, analisis, dan evaluasi informasi yang akurat untuk membuat keputusan yang dapat diterima dan dapat diandalkan oleh sebagian besar pihak.
Kedua, adalah Inovasi. Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu upaya dalam memperbaiki sesuatu hal tidak hanya berhenti dengan berpikir kritis saja, namun harus ada langkah nyata selanjutnya yang tentunya berpedoman pada cara berpikir kritis tadi, yaitu adalah dengan cara berinovasi atau melakukan pembaharuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru baik berupa perangkat atau cara kerja. Perkembangan teknologi informasi, termasuk kecerdasan buatan di zaman sekarang ini, tentunya menjadi peluang dalam memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pelaku olahraga untuk melakukan inovasi. Materi dari guru atau penagajar tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, namun sekarang dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang lain seperti internet, youtube, website, dan beberapa media sosial. Sumber belajar ini sangat mudah diakses oleh peserta didik, dimana diawal sudah ditampilkan data mengenai penggunaan gedget yang telah megalami peningkatan, dan tentunya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Karena, jika guru hanya mengandalkan pertemuan formal mingguan 2×40 menit, kecil kemungkinan tujuan pembelajaran akan tercapai, terutama terkait peningkatan kebugaran jasmani siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata seperti membuat program aktivitas fisik harian agar siswa mempunyai gerak yang cukup. Kegiatan aktivtas harian ini sebagian besar dilakukan di luar sekolah dengan pantauan guru atau pelatihnya. Namun kiranya, jika pemantauan tersebut dilakukan secara tradisional tentu saja besar kemungkinan untuk tidak dapat dilakukan secara optimal, apalagi dalam menghadapi jumlah siswan yang banyak. Maka dari itu, disinilah kiranya perlu dilakukannya tindakan kolaborasi untuk membuat perangkat teknologi seperti misalnya “Pemantau Aktivitas Fisik Harian” yang dapat memonitor aktivitas fisik para penggunannya. Dengan perangkat tersebut, guru dapat dengan mudah memantau aktivitas fisik siswa secara akurat dan akuntabel.
Salah satu contoh kita ambil dari Negara Asutralia, sebagaimana kita ketahui bahwa negara ini menjadi salah satu negara di Asia yang bidang keolahragaannya sangat baik. Salah satu program untuk membangun aktivitas fisik adalah dengan menerapkan kegiatan olahraga setelah jam sekolah. Para profesional di bidang olahraga bekerjasama mencari dukungan pemerintah untuk membiayai program ini dan membentuk kemitraan dengan pihak sekolah, club olahraga lokal dan juga masyarakat. Program ini dibiayai pemerintah di setiap daerah untuk anak-anak usia sekolah dasar agar bisa mendapatkan akses gratis untuk melakukan aktivitas fisik setelah jam pelajaran sekolah, yaitu sekitar jam 15.00 – 17.30. Dimana program ini berlandaskan pada prinsip FISH (Fun, Inklusif, Safe/Aman dan High Involvement/Terlibat Aktif), yang tujuannya secara umum adalah memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang berkualitas, aman dan terstruktur.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai di lingkungan sekolah, di club olahraga, misalnya di club sepakbola, balai kota, dll. Kegiatan inipun dilaksanakan bukan hanya oleh guru saja, tetapi orang tua, mahasiswa, anggota club, dan juga sukarelawan yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut. Bahkan tidak hanya itu, pada program ini juga siswa dapat terlibat sebagai pengelolanya. Hal ini berdasarkan pada pemikiran bahwa masa depan negara tergantung pada anak-anak dan generasi mudanya. Segala inisiatif untuk peningkatan dan pelestarian nilai dan kegiatan olahraga dianggap sebagai investasi untuk masa depan.
Disamping itu, terdapat beberapa fakta dari hasil penelitian tentang bagaimana aktivitas olahraga memiliki efek positif pada otak manusia dan bagaimana olahraga berdampak positif pada fungsi kognitifnya. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa dengan olahraga memungkinkan terjadinya pertumbuhan sel otak, sel-sel saraf atau neuron menjadi lebih kuat dan tangguh, pengiriman implus menjadi lebih cepat dan pelepasan hormon meningkat. Sehingga dengan dampak tersebut aktivitas olehraga mengakibatkan peningkatan kemampuan untuk menyimpan memori, meredakan stress, kecemasan dan depresi, serta juga menjaga sel saraf untuk tetap sehat.
Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan tadi, maka kiranya ada beberapa poin penting yang dapat dijadikan kesimpulan pada basahan ini, yaitu:
1. Perkembangan zaman yang begitu pesat sekarang ini memang menjadi sebuah tantangan tersendiri disemua sektor, tidak terkecuali olahraga. Namun, hal tersebut kiranya tidak perlu dibuat cemas dan dianggap menjadi masalah besar, karena di setiap permasalahan pasti selalu akan ada solusi. Justru setiap tantangan tersebut harus dijadikan peluang untuk kita mennjadi lebih baik.
2. Profesionalitas dari setiap pekerjaan perlu dibentuk menjadi sebuah ekosistem yang berkesinambungan, sehingga para pelaku olahraga akan terlatih dan terbiasa untuk selalu berpikir kritis dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Pendidikan olahraga pada dasarnya bertujuan untuk mempromosikan masyarakat untuk mau berolahraga, dimana sebetulnya secara tidak langsung bertujuan meningkatkan bukan hanya kualitas hidup dirinya tetapi juga untuk tercipta masyarakat yang berkualitas.
KATA MUTIARA
Sebelum mengakhiri presentasi ini, mohon ijin kiranya memberikan sedikit kata-kata mutiara atau motivasi sebagai pengingat kita semua. Saya kutip dari bukunya Prof. Santosa Giriwijoyo, dimana ada kalimat dikatakan bahwa :