Penulis: Drs. H. Sukadi, M.I.L. (Penulis Buku PPKn & Guru Pendidikan Pancasila SMA Negeri 1 Bandung)
Salah satu tema yang dipilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2024 adalah “Pancasila untuk Dunia”. Tema ini sangat menarik perhatian dan mengundang berbagai pertanyaan dari publik, salah satunya adalah “Bagaimana Pancasila bisa menjadi ideologi dunia?… Apakah bisa nilai Pancasila diterima oleh masyarakat dunia?”
Bukan hanya pertanyaan itu yang muncul, tetapi juga ada pertanyaan skeptis yang menyatakan “Jika Pancasila akan dijadikan sebagai ideologi dunia, sudah sejauh mana perwujudan ideologi Pancasila ini di level bangsa sendiri?… Jika bangsa sendiri saja masih jauh dari memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai Pancasila, bagaimana mungkin Pancasila dijadikan sebagai ideologi dunia”.
Berbagai pertanyaan dan pemikiran di atas wajar muncul dari kalangan masyarakat kita, sebab bangsa Indonesia saat ini sudah mulai melek terhadap kehidupan politik bangsanya. Salah satu wujud dari kemelekan terhadap politik bangsanya ialah aktif dan kritis mengikuti berbagai kebijakan pemerintah, di antaranya ialah kebijakan “menduniakan Pancasila”.
Mungkinkah Pancasila Menjadi Ideologi Dunia?…
Pertanyaan pertama yang penulis coba analisis dari topik “menduniakan nilai-nilai Pancasila” ialah “Mungkinkah Pancasila menjadi ideologi dunia?”
Rumusan Pancasila yang sah dan diakui sebagai dasar negara kita terdiri atas lima nilai, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita resapi nilai-nilai Pancasila dari sila pertama sampai dengan sila kelima, maka kita mendapati 5 kata kunci, yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Kata-kata kunci ini merupakan nilai yang bersifat universal, yang menjadi kebutuhan dan selalu melekat pada masyarakat dunia pada umumnya.
Salah satu bukti keuniversalan nilai Pancasila ialah bahwa nilai-nilai ini mendapat sambutan yang cukup baik di masyarakat dunia internasional. Salah satunya ialah saat Presiden Soekarno menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat pada tanggal 17 Mei 1956. Saat itu, Presiden Soekarno mendapat kesempatan untuk menyampaikan Pancasila sebagai prinsip hidup bangsa Indonesia. Setelah dijelaskan sila per sila, Presiden Soekarno mendapatkan apresiasi dengan tepuk tangan yang meriah. Hal ini menandakan bahwa nilai-nilai Pancasila yang disampaikan Bung Karno dapat dipahami dan dimengerti oleh anggota Kongres Amerika Serikat. Soekarno menyatakan bahwa lima prinsip hidup bangsa Indonesia yang terwujud dalam sila Pancasila merupakan solusi terhadap berbagai persoalan bangsa-bangsa di dunia, baik itu persoalan religi, kemanusiaan, kemajemukan, politik, maupun keadilan dan hukum.
Keuniversalan nilai-nilai Pancasila pun diakui oleh seorang pakar ilmu politik dari Universitas Dortmund Jerman, Profesor Thomas Meyer. Dalam diskusi yang bertema “Relevance of Progressive Politics in Indonesia and Experiences in Europa” di Jakarta pada tanggal 19 September 2017 silam. Meyer mengatakan bahwa dasar negara Indonesia, Pancasila, telah menjadi bahan kajian akademisi politik di Eropa. Menurut Meyer, ideologi Pancasila dinilai lebih baik ketimbang neoliberalisme dan fundamentalisme keagamaan yang menjadi kekuatan politik terbesar di dunia saat ini. “Saya percaya, ideologi demokrasi sosial (Pancasila) adalah yang paling cocok di abad ke-21,” ujar Meyer. Pengakuan Meyer ini merupakan bukti nyata bahwa para pemikir bidang politik di Eropa pun secara ilmiah telah membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila relevan dengan kebutuhan manusia.
Masih banyak bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa Pancasila bisa menjadi ideologi dunia karena keuniverasalan dan kemampuannya mengatasi berbagai persoalan dunia. Salah satunya ialah kekaguman dari Komunitas “Sant’Egidio” yang berkantor di Roma, Italia. Komunitas ini telah memiliki penyebaran komunitas di 73 negara di dunia. Komunitas ini menyatakan bahwa mereka merasa kagum atas harmoni kemajemukan bangsa Indonesia. Andrea Riccardi, pendiri komunitas ini mengatakan, “Saya kagum terhadap Pancasila yang mampu persatukan bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya dan agama.” Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila dipandang oleh orang luar sebagai salah satu solusi atas permasalahan dunia saat ini, baik persoalan kemajemukan, religi, kemanusiaan, perdamaian, perhelatan politik, dan keadilan sosial (ekonomi).
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/01/tersohornya-pancasila-di-mata-dunia)
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Pancasila bisa menjadi ideologi dunia, karena beberapa alasan, diantaranya ialah:
- Sifatnya yang universal sehingga bisa diterima oleh manusia dari kalangan mana pun;
- Dibuktikan dalam perjalanan sejarah hidup bangsa Indonesia yang tetap bersatu dalam keragaman agama dan budaya serta paham politik;
- Ditunjukkan oleh bangsa Indonesia dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dunia yang menyertakan bangsa Indonesia. Ide-ide dan gagasan duta-duta bangsa Indonesia dalam menyelesaiakan persoalan perdamaian, kemanusiaan, dan hak asasi manusia diwarnai oleh nilai-nilai Pancasila. Ide-ide ini dengan mudah diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Ini menunjukkan bahwa ideologi Pancasila dapat diterima oleh bangsa lain.
Menjadikan Pancasila sebagai Ideologi Dunia
Jika Pancasila hendak dijadikan sebagai ideologi dunia, maka beberapa syarat harus dilalui bangsa kita . Pertama, bangsa Indonesia harus membuktikan dirinya sebagai bangsa yang tetap bersatu dalam keragaman berbagai aspek kehidupan. Ini modal penting bagi bangsa kita, sebab dunia tidak akan menganggap Pancasila sebagai solusi persoalan dunia jika bangsa kita sendiri sebagai pencetus dan pemilik ideologi Pancasila tidak bisa menyelesaikan persoalan hidupnya dengan ideologi Pancasila. Untuk itu, pemahaman dan penghayatan serta pengamalan Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan di semua level masyarakat harus dilakukan secara terstruktur dan massif. Dunia akan lebih yakin atas kehebatan Pancasila sebagai ideologi solutif atas persoalan di abad ke-21 apabila bangsa Indonesia sendiri memberikan keteladanan dalam implementasi nilai-nilai Pancasila.
Kedua, tokoh-tokoh Indonesia di dunia yang mendapat tugas menjadi duta untuk penyelesaian persoalan internasional hendaknya terus berupaya menyampaikan pemikiran-pemikiran yang solutif dengan mendasarkan diri pada Pancasila sebagai ideologi bangsa. Demikian pula para duta yang diutus dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berada di Kedutaan Besar Indonesia di negara lain. Mereka hendaknya terus menyampaikan solusi-solusi atas persoalan dunia dengan nilai Pancasila.
Ketiga, keterbukaan nilai-nilai instrumental dan praksis Pancasila harus terus dikembangkan, sehinga nilai Pancasila adaptif terhadap perkembangan zaman. Hal ini untuk membuktikan bahwa ideologi Pancasila bukanlah ideologi yang rigid (kaku).