Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)
Sejak tahun 2000, hamdallah Saya belajar punya karyawan dalam sebuah usaha. Dinamika karyawan benar benar unik. Ada yang berkarakter A, B dan C, kesemuanya adalah “kuliah” gratis dalam memahami orang.
Sebelum memiliki karyawan, hamdallah Saya adalah karyawan terbaik dari sebuah perusahaan keluarga. Terbaik versi mereka. Sejak mahasiswa Saya sudah jadi karyawan sebuah perusahaan keluarga.
Hamdallah Saya satu satunya mahasiswa UPI yang sudah mampu membeli motor baru, padahal masih kuliah. Pernah menjadi “narasumber” dihadapan mahasiswa terkait kewirausahaan.
Ketika menjadi ASN pun Saya tetap melanjutkan usaha. Mengapa ? Karena usaha yang Saya jalani adalah “warisan” usaha keluarga. Hamdallah sejumlah karyawan bisa bekerja sama dalam usaha.
Sampai detik Saya masih punya usaha. Ada beberapa karyawan yang bekerja dan telah mendapatkan THR. Walau tentu saja usaha yang Saya jalani bukanlah usaha besar dan sebagaimana orang lain yang ahli.
Usaha Saya hanya bisa memberikan THR dalam jumlah yang sangat kecil pada sekitar 80 orang. Namun sungguh walau pun sangat kecil, telah memberi kebahagiaan batin. Kebahagiaan material adalah sisi lain.
Bagi orang China dan orang Yahudi, usaha adalah usaha. Bagi Saya usaha adalah memberikan rezeki dan nafkah bagi orang lain. Saya sendiri seorang ASN suami istri. Untuk sendiri, Saya rasa sudah cukup.
Sangat bahagia punya karyawan, karena mampu berbagi rezeki dengan mereka. Walau di tahun ini ada karyawan yang benar-benar “luar biasa” sampai akhirnya Saya harus memberhentikannya sebagai karyawan.
Selalu ada orang yang baik dan selalu ada orang yang tak baik, walau kita sudah sangat memanjakannya. Dua kali punya karyawan “meleset”, padahal sudah diberi motor, alat las untuk usaha dan pinjeman lainnya.
Semua kembali pada Allah. Hidup hanya melintasi puluhan tahun. Sadar, sabar, ikhlas, benar benar harus kuat melekat dalam diri. Bila tidak, hadeuh.