Pewarta : Jeky EPSA.
Koran Sinar Pagi, Sumedang – Sumur Bandung yang terletak di Kampung Sumur Bandung, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ternyata erat kaitanya dengan empat Kandaga Lante ( utusan Prabu Siliwangi saat meyerahkan Mahkota Bino Kasih ke Prabu Geusan Ulun Raja Sumedang Larang tahun 1578) yang berujung ke empat nya menjadi panglima perang nya Prabu Geusan Ulun Raja Kerajaan Sumedang Larang.
Dikisahkan Ence Sudarma kuncen Sumur Bandung, bila sumur ini muncul berawal saat Eyang Jaya Perkosa, Ki Nanganan, Eyang Kondang Hapa, dan Eyang Terong Peot ( Dipati Pancar Buana) mendapat tugas dari Prabu Angka Wijaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Prabu Geusan Ulun.
” Saat itu ke empat nya mendapat tugas dari Prabu Geusan Ulun untuk memerangi pasukan dari Cirebonan ditambah pasukan dari Mataram”, ujar Ence Sudarma, di lokasi Sumur Bandung, Rabu, ( 21/02/2024).
Lokasi perang campuh ( bubat) itu, tambah dia, tempatnya berada di Tegal Siawat – awat, Dusun Ciroyom Desa Palasah, Kecamatan Ujung Jaya.
” Menurut saya, perang itu merupakan perang bubat yang terjadi karena alasan Kesultanan dari Crebonan yang dibantu Mataram ingin memperluas wilayah nya. Namun kenyataan itu ditolak dan dilawan oleh Prabu Geusan Ulun”, ungkap Ence.
Namun tambah dia lagi, disisi lain juga kemungkinan kaitanya dengan peristiwa Haris Baya isteri seorang Sultan di Cirebon yang kecantol sama Prabu Geusan Ulun hingga ikut ke Sumedang saat tengah malam hingga berujung terjadi nya pengejaran dari pasukan Cirebon.
” (Dan) saat ke empat andalan Prabu Geusan Ulun itu akan berperang sebelumnya mereka melakukan semedi untuk mendapat petunjuk dan menambah kesaktian agar memenangkan pertarungan. Dan tempat semedinya itu ditandai dengan 3 sumur kejayaan”, jelas nya, sambil menunjuk ke lokasi sumur Bandung.
Selang beberapa lama, akhirnya dari semedinya itu mereka mendapatkan petunjuk dengan ditandai munculnya tiga sumur dekat ke empat orang sakti itu berada.
” Sejak pertanda munculnya air itu maka semedi mereka pun selesai”, tukas Ence.
Kemunculan air sumur itu , lanjut dia, lalu dipakai mandi oleh ke empatnya dan usai melakukan itu merekapun memulai peperangan.
” Alhamdulilah ke empat orang sakti itu pun dapat memenangkan peperangan”, tandas Ence yang sudah 7 tahun menjadi kuncen Sumur Bandung.
Selanjutnya Ence pun menyatakan bila kini tempat itu sudah dikunjungi para tamu dari luar Jawa Barat bahkan luar pulau jawa.
“Ada peziarah dari Riau, Lampung, Jambi, Jogya, Solo, Indramayu, Cirebon juga ada yang datang dari Ciwidey Bandung”, ucap nya.
Dari para peziarah itu maksud mereka pun bermacam – macam, diiantaranya ada yang untuk pelarisan, usaha, ketenangan hidup, untuk kajayaan, ada yang ingin sembuh dari pelet, hingga ada juga yang bertujuan untuk naik pangkat.
Ence pun berkata bila sumur keramat itu ada 3 sumur diantaranya Sumur Kajayaan, Sumur Kahuripan dan Sumur Kawedukan.
” Ketiga sumur itu dalamnya mencapai 3 meter dan anehnya ketiganya belum pernah kering walau saat kondisi sekering apapun pada musim kemarau “, terang nya.
Juga Ence menjelaskan, saat ke empat panglima perang itu bertapa, daerah ini masih merupakan hutan belantara yang tidak pernah diewati orang .
“Namun dalam perkembangannya lokasi ini kini sudah menjadi perkampungan”, terang nya.
Diungkap Ence, mengapa namanya menjadi Sumur Bandung, saat tahun 1930 an disini ada Padepokan Sumur Bandung tempat kumpulnya para Jawara yang dipipimpin 7 orang sepuh diantaranya, Abah Sukarma, Abah Osim, Abah Sukarta, Abah Iduy, Nyi Acih, Nyi Eme.
” Mereka itu merupakan putra – putri Mama Kuwu Majadinata yang Majadinata itu dulu nya seorang yang tidak mau jadi dalem hingga saking menolaknya diapun menghindar dan pindah dari Sumedang ke Darmawangi. Disana dia menikah dengan Ibu Ebod yang akhir nya lahirlah 7 anak itu”, ucap Ence.
” Nah dari nama Padepokan Sumur Bandung itu, saat padepokan itu pudar maka nama itu beralih menjadi nama ke tiga sumur petilasan Eyang Jaya Perkosa dengan nama Sumur Bandung”, pungkas nya.*****