Senin, Oktober 6, 2025

Surga Harapan, Surga Garapan

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)

Semua orang beriman dan tak beriman pun akan dengan mudah mengatakan bila kelak di beri Surga, pasti mau, berharap. Surga adalah harapan semua orang beriman dan tak beriman sekali pun.

Bila kita mencubit pendapat Prof. Yuval Noah Harari, Surga bukanlah fakta yang bisa kita kunjungi sa’at ini. Surga adalah realitas fiktif, reward indah agar kita berakhlak baik untuk mendapatkannya.

KH Syaiful Karim menyatakan Surga dan Neraka bukanlah realitas geografis, melainkan dimensi psikologis. Ia menekankan bagaimana kita hidup sa’at ini lebih utama dari nanti kita di Surga.

Walikota Sukabumi, Muslikh Abdusyukur pernah melontarkan dan membuat visi Kota Sukabumi terkait Pradigma Surgawi. Muslikh Abdusyukur mengajak warga Kota Sukabumi untuk berparadigma Surgawi dalam keseharian.

Bila kita lihat dari judul tulisan di atas, “Surga Harapan, Surga Garapan” Saya ingin sampaikan bahwa harapan masuk Surga itu manusiawi. Namun garapan, pekerjaan, ikhtiar dan tindakan yang membangun kehidupan Surgawi, sebagaimana KH Syaiful Karim, Muslikh Abdusyukur narasikan, adalah lebih utama.

Bila kita berjalan di siang hari, maka kita akan mendapatkan bayangan tubuh kita. Kemana pun kita bergerak bayangan tubuh kita tak bisa lepas dan akan menyerupai badan dan gerakan kita.

“Teori Bayangan” ini adalah ayat kauniyah yang menjelaskan bahwa bagaimana kita nanti, terkait bagaimana kita sa’at ini. Bila tubuh kita mirip genderewo maka bayangan pun akan genderewo.

Bila tubuh kita di dunia menggarap Surga, kehidupan yang penuh cinta kasih, welas asih dan bermanfaat optimal bagi sesama dan semesta maka, bayangannya “kelak” akan menyerupai.

KH Syaiful Karim mengatakan, “Orang yang masuk Surga itu berasal dari Surga”. Bisa jadi orang-orang ahli Surga adalah orang-orang yang “menggarap” Surga sa’at hidup di dunia. Bukan yang mengharap.

Tidaklah mungkin sebuah bayangan tubuh berbeda dengan aslinya. Tidaklah mungkin sa’at kita bercermin yang muncul wajah orang lain. Hidup pun demikian.

Surga kelak melekat dengan Surga garapan yang kita buat sa’at ini. Penebar “Neraka” tidak lah mungkin mendapatkan Surga garapan dan Surga harapan.

KH Syaiful Karim bahkan mencubit kita dengan menyindir bahwa kita semua masih menyoal batas suci, hari suci. Semua tempat dan waktu harus suci, tak dibatasi.

Terkait sholat pun KH Syaiful Karim membagi dua realitas. Pertama sholat syari’at yang berwaktu, bertempat. Kedua sholat hakikat, tak mengenal waktu dan tempat.

Ungkapan celakalah bagi orang-orang yang sholat, lebih kepada pelaku sholat syari’at. Orang yang merasa sudah sholat, sholatnya terjaga namun tak tersambung dengan implementasi.

Agama, ritual, kitab suci adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak terkait hubungan baik manusia dengan Tuhan, sesama dan semesta.

Akhlak di atas agama, ritual, kitab suci dan segala syari’at. Surga adalah akhlak. Surga harapan dan Surga Garapan terkait akhlak. Akhlak akan tetap ada sampai ke Surga, agama, kitab suci, ritul, tak dibutuhkan lagi.

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru