Sabtu, Februari 8, 2025

Miris, Hari Jadi Kota Tasik ke 22 Korbankan Pedagang Pribumi, Untungkan EO luar Daerah

Keterangan Foto : Tenda Tenda Berbayar yang disiapkan EO kini sudah mulai berdiri dan sudah mulai ditempati pedagang dari luar.

Pewarta : Tono Efendi

Koran Sinar Pagi, Kota Tasikmalaya,- Rangkaian Kegiatan Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke 22 tahun 2023, salah satu event ternyata menimbulkan polemik di tataran pedagang yang sudah biasa berjualan khususnya di lokasi GOR Sukapura Dadaha, Kota Tasikmalaya.

Dari data yang berhasil di himpun Koran Sinar Pagi di lapangan menyebutkan, sebanyak 18 pedagang yang sudah biasa “matuh” berjualan tahunan di area halaman GOR Sukapura Dadaha dan GOR Susi Susanti, kini nasibnya merasa di dzolimi, mereka (para pedagang) di usir dari lokasi halaman GOR Sukapura dan kini harus menempati berjualan di atas trotoar yang seharusnya jalur itu diperuntukan untuk para pejalan kaki.

Alasan 18 pedagang yang di usir entah oleh EO atau panitia dari Diskoperindag Kota Tasikmalaya itu, karena lokasi halaman GOR Sukapura dan GORb Susi Susanti akan didirikan tenda tenda “berbayar” yang harganya bervariasi dari mulai Rp.3,5 juta hingga Rp.7 juta bahkan bisa lebih. Ada sekitar seratus lebih tenda berbayar di lokasi tersebut yang ukuran serta harganya bervariasi.

Sementara tenda tenda gratis untuk para pedagang UMKM yang jumlahnya 70 pedagang di tempatkan di tempat dilokasi yang sangat tidak strategis di bawah Gedung Creativ Center (GCC).

“Seharusnya kami para pedagang yang sudah biasa berjualan di Halaman GOR Sukapura dan GOR Susi Susanti, oleh panitia atau pihak EO ditempatkan secara manusiawi di tenda tenda, bukan di usir keluar area GOR dan berjualan diatas tempat terlarang seperti diatas trotoar seperti sekarang,” ujar salah satu pedagang yang sudah tahunan berjualan di Halaman GOR Sukapura kepada wartawan yang minta jati dirinya dirahasiakan.

Bahkan para pedagang yang merasa di anak tirikan itu mengakui, dengan ditempatkannya mereka di atas trotoar mereka sadar telah menyalahi aturan karena trotoar diperuntukan khusus bagi pejalan kaki.

“Coba kalau besok lusa kami di usir lagi oleh Sat Pol PP mau kemana lagi kita berjualan. Apalagi event ini waktunya cukup lama dari tanggal 9-22 Oktober 2023,” kata Pedagang tadi.

Seharusnya sebelum memulai event ini, pihak panitia dan EO mencarikan solusi untuk para pedagang. Bukan di buang keluar area seperti sekarang ini, timpal pedagang lain yang bernasib sama.

Sementara saat Koran Sinar Pagi menghubungi Rinda Gunawan salah satu EO dari PT.BCP menyuruh wartawan menghubungi panitia hari Jadi ke 22 dari dinas terkait.

“Pak saya udah koordinasi dengan pimpinan kami,masalah tersebut silahkan konfirmasi ke Panitia Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke 22,” ungkapnya nya enteng.

Terpisah saat wartawan menghubungi pihak Panitia dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Kota Tasikmalaya ternyata jawabannya seolah main lempar, tidak ada yang bertanggung jawab dengan permasalahan tersebut.

“Kalau tenda yang berbayar langsung ke sponsor atau EO PT Buana Kang, karena yang ikut rapatnya pa Kadis dan Pa Dais coba hubungi pa Dais yang nanggani pameran dibidang perdagangan,” ungkap salah satu Kabid di Disperindag Kota Tasikmalaya.

Ditempat terpisah kasie perdagangan Dais saat dihubungi dikantornya sedang berada diluar. Namun saat dihubungi melalui pesan singkat What’s App pribadinya, hanya menjawab singkat seolah tak ingin berkomentar banyak.

“Yang pas mah infonya langsung ke pa kadis,” ujarnya singkat.

Sementara Kadis Diskoperindag dan UMKM Kota Tasikmalaya, Apep Yosa saat diwawancarai Koran Sinar Pagi usai menghadiri pelantikan pejabat tinggi Pratama di Aula Bale Kota Tasikmalaya, Kamis (5/10/2023) siang hanya menjawab singkat.

“Para pedagang itu sudah kita tempatkan dilokasi yang tidak jauh dari lokasi pameran, jadi kami tidak mengusirnya,” imbuhnya sambil meninggalkan wartawan.

Andi Abuy salah satu aktivis kebijakan publik mengaku prihatin dengan sikap Dinas dan EO yang seolah saling lempar dan cuci tangan untuk permasalahan tersebut.

Bahkan aktivis yang dikenal vokal dalam setiap aksinya itu mengaku prihatin jika kegiatan event Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke 22 ini harus mengorbankan pedagang kecil yang sudah biasa berjualan di sekitar GOR Sukapura dan GOR Susi Susanti.

“Pemkot Tasikmalaya dalam hal ini Diskoperindag dan EO seharusnya bersikap adil dan bijak menyikapi permasalahan para pedagang yang merasa diusir. Jangan sampai dengan event rakyat kota Tasikmalaya dijadikan bisnis aji mumpung dan menguntungkan sepihak,” ujar Abuy.

Bahkan dirinya merasa miris dengan event sekelas lokal Kota Tasikmalaya kenapa harus menggunakan serta menguntungkan pihak EO luar daerah bukan EO pribumi.

“Memangnya Kota Tasik tidak punya EO lokal, seharusnya menguntungkan orang Kota Tasik bukan orang luar Tasik. Ini malah pedagang asli daerah sendiri di usir dari lokasi. Tidak mungkin pihak Dinas kalau tidak ada pemasukan dari pihak EO berbuat semena mena. Tapi harusnya kalau mau bisnis yang sehat jangan korbankan Pedagang lokal,” katanya.

Abuy sendiri menyoroti kegiatan Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke 22, dimana event Tasik Oktober Festival (TOF) yang biasanya tiap tahun mengedepankan Seni dan budaya, ini malah digunakan ajang bisnis dan jualan serta menguntungkan segelintir orang.

“Ini mah event Tasik Fair atau Tasik Festival seperti dulu, cuma yang sekarang seakan dibalut dengan judul TOF. Jadi disini sudah jelas kesan bisnisnya sangat kental di event yang di adakan di GOR Sukapura ini,” pungkasnya.

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru