Oleh : Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
Saat mengikuti upacara bendera di SMAN 1 Parungpanjang, Senin tanggal 25 September 2023, anak didik berjajar dengan rapih dan tertib. Upacara adalah “KBM kolosal” yang bermanfaat bagi anak didik dan GTK di setiap satuan pendidikan.
KBM kolosal (upacara Senin), KBM klasikal (di ruang kelas) dan KBM personal (berdua, guru dan anak didik) adalah sebuah pengalaman belajar yang mesti optimal. Idealnya demikian, optimal dan ideal.
Saat upacara Senin ini anak didik mendapatkan “petuah” dari Sang Pembina Upacara. Pembina upacara adalah guru muda ASN PPPK yang baru dua tahun bertugas. Ia memberi sajian narasi motivatif.
Sang Pembina Upacara mengatakan pentingnya tiga hal bagi setiap anak didik. Pertama “Setiap Anak Didik Harus Tahan Banting”. Kuat dan sanggup mengikuti lelahnya belajar. Dalam psikologi dan teori mendidik dikenal resiliensi atau advercity quotient.
Kedua “Setiap Anak Harus Tahu Potensi Diri”. Dalam kurikulum Merdeka Belajar dikenal istilah asesmen awal. Anak didik dan guru sejatinya menggali apa bakat, talenta dan hobi anak didik ? Potensi diri adalah modal masa depan setiap diri.
Ketiga “Setiap Anak Harus Tahu Waktu, Cerdas Memanfaatkan Waktu”. Semuan manusia berpacu dalam waktu yang sama, tapi setiap manusia punya hasil yang berbeda. Anak didik harus sadar waktu, tidak rebahan, melainkan produktif.
Selain ketiga pesan di atas Sang Pembina Upacara memprovokasi anak didik dengan mental para pelaut. Ia mengatakan, “Pelaut Yang Tangguh Tidak Lahir Dari Laut Yang Tenang”. Bukankah nenek moyang bangsa kita adalah pelaut yang tanggguh ?
Disusul dengan motivasi dari Imam Syafii, Sang Pembina Upacara mengatakan, “Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.
Setelah selesai upacara, Saya jabat tangan Sang Guru Pembina Upacara dan Saya katakan, “Bila Anak Tak Sanggup Menahan lelahnya Belajar, Ia Akan Dihajar dan Dihina Orang Lain Di Masa Depan”. Madesu tentunya.
Sahabat guru dimana pun berada mari kita terus berupaya optimal dalam mengedukasi setiap anak didik. Faktanya ombak dan badai yang ganas di tengah lautan tidak kalah ganas dan bahaya dari “ombak” dunia maya.