Oleh : Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd.
(Ketua DPP Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia)
Sebagai pemimpin kepala sekolah dalam sebuah organisasi, tentu saja Saya harus memberikan penguatan, minimal secara literatif, dalam bentuk tulisan. Sengaja judul KS Mental Lokal, Saya persembahkan pada entitas KS terutama yang baru promosi.
KS (Kepala Sekolah) adalah sebuah jabatan terhormat, secara profesi. Walau dalam prakteknya bisa saja sebagian menjadi “follower” dari sebuah proses anomali birokrasi yang salah implementasi. Di India, para KS menjadi budak birokrasi, di Indonesia (semoga) tidak.
Nah terkait Jum’at ini (di Jawa Barat) ada promosi dan rotasi KS. Dalam Promosi dan Rotasi setidaknya ada dua mental entitas KS. Pertama mental lokal, kurung batok, kurang gaul. Inginnya ditempatkan di tempat yang dekat dengan rumah. Bagi KS muda, KS promosi ini tak elok, manja dan tak baik bagi karir, kurang tantangan.
Bahkan ada pula entitas KS lokal, KS yang ada di suatu daerah menganggap KS dari daerah lain adalah “orang lain”. Kalau ada KS masuk ke daerahnya dianggap “orang lain”. Ini mental lokal yang kurang gaul. Padahal ASN itu perspektifnya harus NKRI.
Kedua KS Jagoan adalah KS yang berprestasi sampai ke tingkat nasional dan bisa menjadi pejabat Kementerian sekaligus. Bukan mulek, bagai hamster yang berputar-putar dalam daerahnya. Tak mau belajar di daerah lain, mengabdi di daerah lain. Kecuali sudah tua, mendekati pensiun, wajar dekat rumah.
KS mental lokal pasti perspektifnya lokal pula. KS yang globalis, nasionalis, dimana saja siap ditempatkan, walau tentu tidak akan jauh melintasi provinsi berbeda. Mari para KS jagoan bermental global, nasionalis, NKRI dan tidak primordialis kurung batok.
KS hebat dimana pun berprestasi dan dirindukan para guru dan anak didik. Ini sangat sulit dan sangat tak mudah. Semoga tidak ada KS yang anak didik tak kenal, guru pun susah bertemu. KS yang “ningrat” jarang senyum dan jarang hadir di sekolah tentu tak elok.
KS adalah pelayan guru (GTK) dan anak didik dalam mengimplementasikan kepemimpinan pembelajaran. KS sejatinya hadir di sekolah sebelum semua guru hadir dan anak didik hadir. Bila di sekolah hadir sesudah guru dan sering terlambat, Ia bukan KS, melainkan “ningrat”.
Sahabat guru yang baru saja ditugaskan/promosi jadi KS, selamat menempuh hidup baru. Bukan jarak dan sekolahan yang membuat kita baik, melainkan jarak diri dengan Tuhan dan rasa syukur atas amanah yang hanya bisa didapatkan oleh 1 dari 1000 orang.
Menjadi KS adalah menjadi pribadi tak merdeka, berbeda dengan menjadi guru biasa, pengawas dan dosen. Menjadi KS menjadi tak merdeka, karena harus lebih sosialis, manajerialis, adaptatis, eksisis, layalis dan bahkan modusis. Selamat berjuang! Tidak bisa tegak lurus, melainkan tegak situasional.