Oleh : Sugama
Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat
Konteks pemanfaatan hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan, sebagai sumber daya alam penghasil kayu akan mendorong eksploitasi kayu secara intensif untuk memenuhi permintaan pasar, tanpa memperhatikan nilai manfaat lain yang dapat diperoleh dari hutan tersebut. Sebagai akibatnya telah terjadi penurunan luas dan kualitas ekosistem hutan.
Penggalian potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan salah satu cara untuk dapat memenuhi kriteria dalam salah satu prinsip pengelolaan hutan secara lestari, mencari informasi pemanfaatan hutan yang berkelanjutan melalui produk HHBK, dimana pengelolaannya berfokus untuk lebih mengoptimalkan produk HHBK, yang manfaatnya bisa dirasakan bukan hanya saat sekarang saja, melainkan dapat dirasakan juga pada masa-masa yang akan datang (berkelanjutan).
Hasil hutan bukan kayu merupakan semua benda biologis termasuk jasa lingkungan yang berasal dari hutan atau tegakan hutan, kecuali produk berupa kayu. Hasil hutan ini penting untuk dikembangkan karena dengan memanfaatkan HHBK, kita telah mengurangi emisi karbon.
Selain itu pengembangan HHBK pun sangat strategis karena dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, memperluas lapangan pekerjaan, peningkatan nilai tambah dan pendapatan, serta pemerataan pembangunan daerah.
Selama ini Pemanfaatan HHBK yang kita kenal berupa bagian dari pohon seperti; getah, buah, kulit, dan lain-lain atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang diperlukan masyarakat, seperti rotan, bamboo, atau tanaman yang tumbuh di lantai hutan. Dapat juga berupa usaha lain yang menggunakan bahan baku dari hasil hutan seperti; jamur kayu, Budidaya lebah, dan ulat sutera.
Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan semakin cendrung kepada pegelolaan jasa lingkungan hutan (ekosistem hutan secara utuh), yang juga telah menuntut diversifikasi HHBK. Jasa lingkungan merupakan produk sumber daya alam hayati dan ekosistem berupa manfaat secara langsung maupun tidak langsung.
Produk jasa lingkungan secara umum berupa: Penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon sequestration and storage), Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection), Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection) dan Keindahan bentang alam (landscape beauty).
Kampung teuweul Ciseupan adalah sebuah perkampungan yang terletak di Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, Kab. Sukabumi, yang berbatasan langsung dengan Wilayah Kota Sukabumi. Kampung ini sejak tiga bulan lalu telah mengembangkan model pengelolaan jasa lingkungan wisata alam yang berbasis Budidaya Teuweul (Lebah Trigona).
Di kampung yang terdiri dari 20 KK ini, pada setiap halaman rumah terdapat stup atau kotak-kotak tempat pemeliharaan Lebah Trigona, serta tanaman bunga-bungaan yang indah sebagai pakan lebah tersebut.
Adalah seorang tokoh masyarakat yang bernama Uga Nugraha, yang menginisiasi pengembangan Kampung teuweul tersebut. Berawal dari keinginannya untuk dapat memberdayakan masyarakat kampung ciseupan yang belum tersentuh kegiatan pembangunan, agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Dipilihnya usaha Budidaya Trigona, karena ditempat tersebut banyak terdapat rumpun bambu yang merupakan habitat alami koloni lebah trigona. Untuk mendukung kegiatan tersebut dengan bimbingan Penyuluh Kehutanan setempat, Deni Rayaguna, dibentuk lah Kelompok Tani Hutan (KTH) dan dinamai KTH Ciseupan Bee Farm, dengan keanggotaan sejumlah 40 orang.
Jumlah stup trigona di Kampung Ciseupan telah mencapai sekitar 200 kotak, yang tersebar di setiap rumah penduduk, dan yang paling banyak terdapat di sebuah bukit yang merupakan lokus destinasi wisata alam yang luas nya sekitar 0,150 Ha.
Sedangkan potensi lahan hutan rakyat yang dimiliki kelompok tani tersebut sekitar 10 Ha. Semua koloni lebah trigona yang dikembangkan diperoleh dari hasil berburu (hunting) disekitar hutan bambu di kawasan lokasi kampung tersebut.
Pada lokus destinasi wisata alam tersebut telah dibangun bangunan berupa saung-saung bambu dengan berbagai ukuran, tempat istirahat para pengunjung, lengkap dengan pepohonan dan taman bunganya yang berfungsi sebagai pakan lebah. Sayangnya pada waktu kunjungan bertepatan dengan musim kemarau sehingga lokasi tersebut terlihat masih gersang. Pengembangan Kampung Teuweul Ciseupan murni merupakan swadaya masyarakat, sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah.
Potensi wisata alam yang dapat dikembangkan dari Kampung Teuweul Ciseupan ini adalah berupa bentang alam dengan topografi berbukit, aliran Sungai Cimandiri dan saluran irigasi yang dapat digunakan sebagai wisata air, areal persawahan/pertanian, rumpun bambu yang merupakan vegetasi dominan, tegakan pohon pinus, kebun buah-buahan serta pohon kayu-kayuan lainnya.
Walaupun tempat wisata kampung teuweul tersebut baru berumur tiga bulan dan belum resmi dibuka, tetapi pada setiap hari sabtu dan mingggu ramai dikunjungi masyarakat, baik yang berasal dari kampung sekitar maupun dari Kota Sukabumi. Sebagai daya tarik untuk pengunjung, pengelola kampung teuweul pada setiap hari minggu mengadakan acara senam aerobic dan permainan anak-anak.
Keberadaan Kampung Teuweul ini telah mampu menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat, terbukti dengan bermunculannya lapak-lapak kuliner yang menyediakan makanan dan minuman seta hasil-hasil produk pertanian setempat yang dikelola olah ibu-ibu di kampung tersebut.
Dalam kunjungan kerjanya, Kepala Bidang Pengelolaan DAS Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat yang sekalighus sebagai PLT. Cabang Dinas Kehutanan Wialayah III Sukabumi, Irawan, mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk turut mendukung pengembangan kampung teuweul tersebut,
Melalui penggalian potensi unggulan setempat dan kearifan lokal Kampung Ciseupan, sesuai dengan profesinya masing-masing. Sebagai contoh petani dapat menampilkan kegiatan pertaniannya kepada pengunjung.
Terkait dengan pengembangan Budidaya Teuweul, Irawan, menganjurkan untuk stop hunting, dan star breeding. Artinya pengembangan Budidaya Teuweul selanjutnya mengoptimalkan dari stup yang telah ada, dan tidak dilakukan lagi perburuan teuweul di alam.
Selajutnya Irawan juga menjanjikan penyusunan design landscape Kampung Teuweul Ciseupan agar lebih menarik dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi, selain bantauan berupa materi lainnya dari kegiatan Dinas Kehutanan yang dapat dialokasikan ke tempat tersebut.