Pewarta: Dwi/Mely
Koran SINAR PAGI (Kabupaten Bandung)-, Pondok Pesantren Al-Basyariyah saat ini sedang membangun masjid pesantren untuk memaksimalkan sarana pendidikan bagi para santrinya. Selain untuk kegiatan santri, Masjid yang dibangun dapat dipergunakan kegiatan pengajian umum yang rutin dilaksanakan bagi masyarakat.
Al-Ustadz Dadang Aji Permana, M.Hum, Direktur Pengasuhan Pondok Pesantren Al-Basyariyah menjelaskan pesantren yang dikelolanya selama ini menerapkan proses pendidikan Muadalah. “Pendidikan muadalah merupakan pendidikan pesantren yang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berbasis kitab kuning atau dirasah islamiah dengan pola pendidikan. Muallimin sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang penyelenggaraannya diakui Undang-undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren,” Ucapnya saat wawancara khusus bersama media cetak dan online Koran SINAR PAGI di ruang tamunya, Jl. Mahmud Cigondewah Hilir, Rahayu, Kec. Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Menurutnya kegiatan para santri di ponpes ini dijadwalkan secara teratur. Mulai dari pukul 02.30 hingga 04.30 melaksanakan sholat qiyamullail. Kemudian dilanjutkan dengan ibadah sholat shubuh serta membaca Al Quran. Setelahnya sampai pukul 06.30 terdapat pengajian kitab kuning. Pembelajaran di dalam kelas dimulai pukul 08.00 sampai 13.00. Dalam pembelajaran ini disediakan waktu istrirahat dan makan siang sampai pukul 15.00. Selepas sholat Ashar para santri dapat mengikuti kegiatan olahraga, kursus dan lainnya. Malam setelah sholat Isya’, terdapat kajian kitab kuning kembali bagi santri untuk setiap jenjangnya hingga pukul 22:00 wib.
Kerena pendiri ponpes ini mempunyai sejarah mengenyam pendidikan di ponpes Gontor Ponorogo. Maka proses pendidikan yang diajarkan di ponpesnya juga sedikit banyak terinspirasi dari ponpes ternama di Jatim. “Misalnya, kurikulum pendidikan yang diterapkan di Pesantren Al Basyariyah di Bandung ini yakni TMI atau Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah. Kurikulum tersebut merupakan perpaduan dari sistem pembelajaran secara formal di kelas dengan pendidikan tradisional diniyah. Kurikulum ini hampir mirip dengan Gontor yang dikenal sebagai KMI atau Kuliyyatul Mu’allimin Al-Islamiyah Pondok Modern Gontor yang diramu dengan muatan lokal Ibadurrahman. Diharapkan dapat terus menjaga entitas kemodernan santri dan integrasi ilmu agama-umum secara komprehensif,”ucapnya
Muatan kurikulum tersebut dibagi menjadi 4 yakni Ilmu Bahasa, Kajian Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Sosial serta Sains & Teknologi. Jenjang pendidikan di ponpes ini yaitu Madrasah Tsanawiyah MTs dan Madrasah Aliyah MA yang menerapkan muatan lokal pondok pesantren. Masa studi di pondok pesantren Bandung ini juga dibagi menjadi dua yakni menempuh pendidikan dalam waktu 6 tahun bagi yang lulus dari jenjang SD. Sedangkan bagi yang lulus jenjang SMP akan memperoleh pendidikan dalam jangka waktu 4 tahun. Dinamakan sebagai kelas intensif, umumnya satu tahun awal berguna untuk penguatan bahasa serta dasar pendidikan Diniyyah.
Khusus di kelas 4, atau umumnya kelas 10, semua santri akan memperoleh program penjurusan ke 3 bidang yakni IPS, IPA dan Agama. Dengan artian pembelajaran umum seperti Fisika, Matematika, Kimia juga akan menjadi salah satu mata studi. Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Basyariyah sudah memiliki Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Madrasah/ Sekolah. Dengan demikian, pesantren di Bandung ini sudah memenuhi standar nasional.
Al-Ustadz Dadang Aji Permana, M.Hum mengungkapkan perihal biaya masuk bagi calon santri sekitar Rp.8 Jutan dan biaya bulanan Rp.450 ribu/bulan sesuai harga kebutuhan beras konsumsi harian. Setiap angkatannya hampir mencapai 650 santri baru. Sehingga totalnya ada 2500 santri dan guru. Mereka terdiri dari berbagai daerah dan latar belakang. Pesantren ini diminati karena mampu berperan untuk “berdiri di atas dan untuk semua golongan”. Pesantren berkomitmen untuk tidak meminta-minta untuk membangun kebutuhan sarana pendidikannya, tetapi terbuka untuk menerima bantuan dana dari berbagai pihak selama tidak mengikat atau mengintervensi,”tegasnya

Saat ini pondok pesantren sedang membangun masjid berlantai 3 dengan kapasitas 3000 orang. Dana yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp.16 Miliar. Bangunan masjid diharapkan dapat lebih memaksimalkan kegiatan santri dan pengajian umum yang rutin dilaksanakan untuk masyarakat.
Al-Ustadz Dadang Aji Permana, M.Hum juga mengingatkan bagi Santri di pesantren diwajibkan terbiasa berkomunikasi dengan bahas Arab dan Inggris. Hal itu merupakan upaya pesantren untuk mempermudah para santri mempelajari islam langsung dari sumbernya. Sedangkan untuk bahasa Inggris diharapkan santri mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang basis bahasanya memakai bahasa Inggris. Kalaupun belum bisa kedua bahasa itu seluruhnya, boleh menggunakan bahasa campuran, hal itu merupakan aturan dipesantren. Jika dilanggar atau tidak dilaksanakan, santri dihukum ada yang dibotakan dan jika ada yang pelanggaran berat, pihak pesantren sudah menyiapkan penjara bagi para santri untuk intropeksi di ruangan itu.
Berdasarkan sejarah berdirinya pesanteran ini, Buya Drs. KH. Saeful Azhar merupakan cucu Eyang Mahmud ke 9, kiprahnya mendirikan Pondok Pesantren Al-Basyariyah diawali sejak tahun 1982. Sekarang Pesantren Al Basyariyah memiliki berbagai sarana pendidikan di lokasi tanah seluas sekitar 17 hektar. Di lingkungan Pesantren menerapkan praktek ekonomi khusus untuk memenuhi kebutuhan harian atau jangka Panjang dan sarana kesehatan juga sudah ada untuk melayani kebutuhan guru atau santrinya. Puluhan ribu lulusannya sudah tersebar dan sukses berkiprah di masyarakat.
Munas BKPRMI Akan Berlangsung di Medan, Muswil BKPRMI Jabar Disepakati Desember 2023
Media Cetak Diprediksi Lebih Menyehatkan Akal Pikiran Dibandingkan Media Sosial