Pewarta : Jeky EPSA
Koran Sinar Pagi, Sumedang – Silsilah Goong Renteng yang lokasinya berada di Dusun Ciwaru, Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kab. Sumedang, Jawa Barat, ternyata erat kaitanya dengan Kerajaam Mataram dan penyebaran Agama Islam di tanah Sumedang.
” Dulu, Pangeran Angka Wijaya alias Pangeran Kornel menerima Goong tersebut dari Pangeran Geusan Ulun, dari Kerajaan Mataram sebagai cindera mata, di tahun 1791 – 1828 yang merupakan lungsuran ( peninggalan) dari Pangeran Geusan Ulun”, ujar Abah Soma pemegang Goong Renteng juga merangkap penanggung jawab, saat ditemui di rumah nya, Rabu ( 11/1/23).
Goong itu lanjut dia, semasa Pangeran Kornel diperlengkap dengan mengambil sebagian dari Gamelan Sari Oneng. Adapun tujuanya saat itu yaitu ;
1. Untuk mengumpulkan masyarakat
2. Menyebarkan Agama Islam secara diam – diam.
3. Pagelaran Goong Renteng mesti dibaca dengan simbol – simbol.
Dalam penyebaran agama Islam, ditandai dengan jumlah Bonang 17 untuk jumlah rakaat Sholat, ada Gambang jumlah nya 20 untuk sifat 20 yang ada pada diri manusia dengan sifat welas asih nya. Ada penerus, jumlahnya 5 artinya rukun Islam ada lima, dan satu penabuh nya jadi 6 untuk rukun Iman yang jumlahnya ada 6.
” Jadi Goong Renteng merupakan salah satu alat seni dalam upaya penyebaran Agama Islam di tanah Sumedang yang dilakukan leluhur Sumedang melalui perangkat seni budaya” , tandas Soma.
Dan untuk kata Renteng, kata Soma, artinya satu rentet atau rangkaian yang sejajar, jadi Goong Renteng berarti Goong yang satu rangkaian sejajar.
Dari silsilah pemegang Goong Renteng , jelas Soma, dia merupakan generasi ke – 5. Pertama – Eyang Sepuh, ke dua – Uyut nya yang bernama Rd. Ahmad Eni Manggala, ke tiga – anak nya Uyut dia yang bernama Rd. Ahmad Hasan Tanu Manggala, ke empat – ibu Ooh alias Nyimas Dewi Cakra Wulung merupakan ibunya Bah Soma, dan ( sekarang) ke lima – dia sendiri Abah Soma alias Bah Janggot.
” Saya dipercaya memegang Goong Renteng ini sejak tahun 1992 langsung dari ibu Ooh, ibu saya”, tutur nya.
Untuk penggunaan Goong Renteng, tambah Soma, bebas dipergunakan diacara hajatan diantaranya acara nyunatan, pernikahan, dan ruwat jagat.
” Untuk Ruwat Jagat saya pernah melakukan untuk pembangunan lapang udara Kertajati Majalengka dan Ruwat Jagat Pembuatan Jalan tol Cisumdawu yang lokasinya dilakukan di Kebon Jati Satim Ujungjaya”, ucap nya.