Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)
Kadang kita menemukan seseorang atau banyak orang, hampir tak pernah melihat memberi. Namun sering terlihat begitu bernafsu kalau menerima atau berharap sesuatu dari orang lain, atau dari pekerjaannya.
Sangat tak mudah bila diminta partisipasi, banyak bicara daripada banyak memberi. Kadang Rp 1000 pun jadi ribut.Kalau membeli, sekali pun pada pedagang kecil, nawarnya minta ampun.
Mereka lupa, nyawa, udara, dan rezeki lainnya gratis dari Allah, Tuhan yang maha Esa. Pengalaman mengatakan tidak sedikit orang yang penampilan dan wajah cakep tapi korunian, kikirnya ampun minta, minta ampun.
Semua ajaran agama mengajarkan memberi, perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Bahkan berikan yang paling kita cintai, sebagai bentuk uji spiritualitas kita. Bahwa kita hanya cinta pada Allah saja.
Bahkan seorang praktisi poligami mengatakan, “Pemberian atau berbagi terbaik adalah berbagi suami dengan istri lain yang lebih membutuhkan”. Kalimat ini sangat lebay dan modus, tapi ada esensi kebenarannya.
Saya pun bukan orang yang setuju bila istri ridha suaminya poligami akan masuk Surga. Rasanya bukan itu. Intinya berbagi dan pedulai pada orang lain adalah utama dalam semua ajaran agama.
Bagi para wanita umumnya Surga itu tak lebih penting dari suami setia. Secara emosional mereka berpikir demikian. Hal terpenting adalah kebahagiaan dunia. Hal ini manusiawi tapi tidak benar.
Kembali pada mental korunian. Sehebat apa pun hapalan ayat suci, tersimpan di pikiran dan terlontar dalam mulut kita, bahkan ritualnya terjaga dengan baik, tapi kikir. Semuanya adalah hanya teori.
Manusia kikir, keked mengkene, tak peduli sesama. Inginnya menerima, menyukai yang gratisan dan menolak atau anti memberi. Sekali pun bolak balik ke tanah suci, rumah mewah, usaha sukses, tetap saja Ia adalah manusia paling bermasalah.
Bisa juga manusia yang pantang memberi, tak peduli orang lain, inginnya menumpuk harta, terlihat sebagai manusia, padahal bukan manusia, secara sosial dan mental. Manusia itu punya pikir dan hati.
Pikiran dan hati yang ada imannya akan selalu mudah memberi dan malu menerima. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jauhilah sifat pelit, karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat pelit”.
Irang-orang yang sangat pelit, mempraktikan ilmu ekonomi secara ketat. Bukanlah umat Nabi Muhammd SAW. Melainkan umat JK (Jamaah Korun). Orang kikir dan pelit itu, sekali pun diminta oleh Allah, Ia menolak memberikan.
Sesungguhnya Allah “meminta” kepada kita agar memberikan sebagian rezeki kita pada orang lain. Allah meminta dan orang-orang kikir menolak permintaan Allah. Pejabat, orang kaya, bahkan pensiunan yang kikir adalah pelawan Tuhan. Surga bukan tempatnya para pelawan Tuhan.