Keterangan Foto : H. Suganda, Kades Pamentasan
Pewarta : Lili G (Kantor Berita FORPENA)
KORAN SINAR PAGI, Kab. Bandung,- Desa Pameuntasan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kutawaringin,Kabupaten Bandung.
Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Citarum,sebelah timur berbatasan dengan Walungan Ciwidey,sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kopo,dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Gajah Mekar.
Jarak ke ibukota kabupaten mencapai 7 km. Mata pencaharian penduduknya ada yang menjadi petani,pengrajin, pedagang, karyawan,TNI,Polri,dan ASN.
Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Pameuntasan berdiri pada tahun 1850, dengan Kepala Desa pertama bernama Surawijaya,yang di angkat langsung oleh pemerintah kolonial Belanda.
Tentang asal usul nama Pameuntasan, zaman dulu warga setempat dan warga yang berada di luar Desa Pameuntasan
,jika ingin bepergian ke luar daerah dengan cara menyebrang atau “meuntas” Sungai Citarum karena belum ada jembatan penyebrangan. Atau menggunakan eretan (rakit yang terbuat dari bambu) sebagai alat transportasi penyebrangan saat itu. Warga sudah terbiasa memilih lokasi tempat pameuntasan atau penyebrangan di tempat yang sekarang dibangun jembatan, dikawasan Kp.Sukalilah.
Dari kebiasaan orang-orang menyebut lokasi tersebut sebagai tempat pameuntasan maka kata “pameuntasan” dijadikan sebagai nama desa,yakni Desa Pameuntasan.
Itulah asal usul sejarah berdirinya Desa Pameuntasan.
Pada tahun 2008 mulai dibangun jembatan yang menghubungkan antara Desa Pameuntasan dengan Desa Mekar Rahayu menuju Kota Bandung.
Sejak dibangun jembatan mobilitas warga semakin lancar ,hal ini membawa dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dan membuka akses bagi pertumbuhan pembangunan di Desa Pameuntasan.
Seiring laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman mau tidak mau berdampak terhadap adanya perubahan sosial dan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dikalangan masyarakat Desa Pameuntasan. Roda perekonomian di Desa Pameuntasan terus menggeliat. Warung dan pertokoan makin marak. Yang paling menarik setiap hari Minggu muncul pasar dadakan di bawah jembatan Pemeuntasan dan sepanjang jalur oxbow Sungai Citarum.
Beberapa permasalahan yang dihadapi ; pertama masalah alih fungsi lahan. Berdasarkan hasil penelusuran bahwa hektaran sawah di Desa Pameuntasan kepemilikannya sudah berpindah tangan ke pihak investor. Bisa jadi kedepannya areal sawah tersebut akan berubah jadi kawasan pemukiman.
“Sembilan puluh persen diperkirakan lahan sawan di Desa Pameuntasan sudah jatuh ke tangan investos,hal tersebut berdampak terhadap kondisi warga Desa Pameuntasan,yang dulunya sebagai tuan tanah kini jadi petani penggarap.”Ujar Kades Pameuntasan,H.Suganda,kepada CLN di Kantor Desa Pameuntasan belum lama ini.
Permasalahan kedua yang dihadapi pemerintahan Desa Pameuntasan adalah masalah sampah. Menurut Kades pihaknya belum memiliki tempat pembuangan atau tempat pengolahan sampah. Diakuinya,sampah di Desa Pameuntasan belum dikelola dengan baik.
“Kami mencoba mengajukan proposal ke dinas terkait keinginan kami ingin memiliki tempat pembuangan atau tempat pengelolaan sampah.”Tandas Kades.