Diriwayatkan dari Auf bin Malik al-Asja’i, Rasul ﷺ bersabda :
اعْرِضُوْا عَلَيّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ
”Coba tunjukkan mantra (ruqiyah) mu itu padaku. Meruqiyah itu tidak apa-apa selama di dalamnya tidak mengandung kesyirikan.” [HR Muslim]
Masih ingatkah anda dengan lirik lagu yang diciptakan oleh endang kurnia dan dinyanyikan oleh penyayi pendatang baru saat itu yang bernama Alam? “Ada Mbah Dukun Sedang ngobatin pasiennya Konon katanya Sakitnya karena diguna-guna… Sambil komat-kamit mulut Mbah Dukun baca mantra Dengan segelas air putih lalu pasien disembur (Setan Gendeng, Setan Bandel, Setan Gombal Setan-setan, semua yang namanya setan) Jangan ganggu, yeuh! Jangan suka mengganggu! Pergilah kau setan, jangan ganggu!….
Lagu itu menceritakan tentang aktifitas dukun yang banyak didatangi orang karena diyakini bisa menjadi solusi alternatif bahkan solusi terakhir sehingga ada ujaran “cinta ditolak dukun bertindak”. Masalah yang ditangani juga berbeda-beda, mulai sakit jasmani-rohani, pekerjaan, karir bahkan masalah cinta.
Cara menangangi pasiennya, biasanya sang dukun membaca jampi-jampi atau dikenal juga dengan istilah mantra adalah kata-kata atau kalimat yang dibaca atau diucapkan untuk mendatangkan daya gaib guna mengobati penyakit dan sebagainya. [kbbi web id]
Mantra itu telah ada di zaman jahiliyah dan pada umumnya para dukun dalam mantranya mengandung syirik karena meminta pertolongan kepada selain Allah sehingga Rasul SAW melarangnya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, Ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
إنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantra, azimat dan pelet (pengasihan atau mahabbah) adalah perbuatan syirik.” [HR Ahmad]
Ketika mendengar hadits ini dari sang suami, Zainab (istri dari Abdullah bin Mas’ud RA) berkata, “Kenapa engkau mengucapkan hal ini? Demi Allah! Sungguh, mataku telah mengeluarkan air mata dan kotoran dan aku bolak-balik datang kepada Fulan (dukun) seorang Yahudi yang menjampiku, apabila ia menjampiku maka mataku menjadi tenang (nyaman)” Kemudian Abdullah menjawab, ‘Sesungguhnya hal tersebut adalah perbuatan setan. Setan telah menusuk mata menggunakan tangannya, kemudian apabila orang yahudi tersebut menjampinya maka setan menahan tusukannya. Sebenarnya cukup bagimu membaca apa yang dibaca Rasulullah SAW:
أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
(Wahai Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, sesungguhnya Engkau Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan efek penyakit) ‘.”[HR Abu Dawud]
Hadits larangan membaca jampi-jampi itu juga sampai kepada Auf bin Malik al-Asja’i yang mana ia dahulu pada zaman Jahiliyah suka mengobati pasien dengan membaca jampi-jampi. Lalu ia bertanya mengenai hukum membaca jampi-jampi. Lalu Rasul ﷺ bersabda : ”Coba tunjukkan jampi-jampimu itu padaku. Membaca jampi-jampi itu tidak apa-apa selama di dalamnya tidak mengandung kesyirikan.” [HR Muslim]
Mantra atau Jampi-jampi dan dalam Bahasa arab disebut dengan Ruqyah yang secara bahasa berarti perlindungan. Ruqyah didefinisikan sebagai bacaan perlindungan yang dibacakan untuk orang yang sakit dan jika bacaan tersebut ditulis lalu di kalungkan / digantung maka namanya Tamimah (jimat). [almaany com] Ruqyah itu diperbolehkan dengan syarat tidak mengandung unsur kesyirikan. Lebih jelasnya, Ibnu Hajar Al-Atsqalany berkata :
وقد أجمع العلماء على جواز الرقى عند اجتماع ثلاثة شروط
Para ulama sepakat bahwa jampi-jampi atau ruqyah diperbolehkan jika memenuhi 3 syarat, yaitu : 1. Harus menggunakan (ayat-ayat) Al-Quran atau Sifat Allah dan Asma-Nya. 2. Menggunakan bahasa Arab atau bahasa lain yang diketahui maknanya. 3. Berkeyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun karena ruqyah itu sendiri namun karena (idzin) Dzat Allah SWT. [Fathul Bari]
Selanjutnya orang yang menekuni profesi berkenaan dengan jampi-jampi (ruqyah syirkiyyah) itu di masyarakat dikenal dengan sebutan dukun. Adapun mereka yang menggunakan media berupa doa-doa Islami (ruqyah syar’iyyah) disebut dengan Praktisi Ruqyah atau kadang juga disebut ustad atau kyai. Meskipun pada kenyataannya sebutan itu (mana yang dukun mana yang praktisi) terkadang lebih dititik beratkan oleh masyarakat kepada pakaian atau penampilannya.
Praktisi ruqyah itu merupakan profesi yang sangat bermanfaat bahkan dibutuhkan oleh banyak orang karena tidak hanya bisa membantu menangani penyakit batin akan tetapi juga penyakit jasmani seperti disengat kalajengkaing dll. Dari Jabir RA berkata : Rasulullah SAW melarang Ruqyah (jampi-jampi). Kemudian datanglah Keluarga ‘Amr bin Hazm dan berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya dulu kami memiliki ruqyah yang kami gunakan jika ada yang terkena sengat kalajengking. sedangkan anda melarang ruqyah. kemudian ia menunjukkan kepada nabi bacaan ruqyah itu. Lalu beliau bersabda:
مَا أَرَى بَأْسًا مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَنْفَعْهُ
Tidak apa-apa (boleh mengamalkan ruqyahmu tersebut). barangsiapa yang mampu untuk memberi manfaat bagi saudaranya, silahkan lakukan [HR Muslim].
Rasul SAW juga pernah diruqyah. Diriwayatkan dari Abi Sa’id bahwasanya Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW kemudian berkata : Ya Muhammad apakah engkau sakit?, Beliau menjawab: ya, lalu Malaikat Jibril membaca :
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dari keburukan setiap jiwa dari mata orang yang dengki, semoga Allah menyembuhkan-mu dengan nama Allah aku meruqyahmu”.[HR Muslim]
Nabi SAW juga pernah mengajarkan qruqyah kepada sahabat. Utsman bin Abi al-‘Ash suatu saat mendatangi Nabi SAW untuk mengadukan sakitnya, ia berkata, aku sakit dan hampir-hampir aku binasa, Rasulullah SAW bersabda: “Usapkan tangan kanan-mu pada bagian yang sakit sebanyak tujuh kali dan ucapkanlah:
أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ
“Aku berlindung denga kemuliaan Allah dan kuasa-Nya dari kejelekan penyakit yang aku rasakan”
Utsman berkata : Akupun melakukan hal itu, kemudian Allah menghilangkan penyakit-ku, lalu aku senantiasa menyuruh keluarga-ku dan orang lain (untuk membaca ruqyah tersebut)”. [HR Abu Dawud].
Rasul SAW juga juga melakukan ruqyah untuk diri sendiri. Sayyidah ‘Aisyah RA berkata : ”Sesungguhnya Rasulullah SAW meniupkan (bacaan) mu’awwidzaat (Doa-doa perlindungan) kepada dirinya ketika sakit yang menyebabkan beliau meninggal dunia. Ketika beliau sudah lemah, maka aku meniupkan bacaan tersebut untuknya dan aku mengusap dengan menggunakan tangan beliau, karena mengharapkan berkahnya.” [HR Bukhari] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tetap istiqmah dalam ajaran Rasul SAW bahkan ketika sakit dan mencari kesembuhan sehingga tidak menghalalkan segala cara dalam berikhtiyar.
Penulis:
Dr. H. Fathul Bari (Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim, Sarana Santri ber-Wisata Rohani & Jasmani, “Ayo Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
Catatan:
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copy paste perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya, maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]
JOIN Bekerjasama BKPRMI Jeneponto, Gelar Pelatihan Jurnalis Dakwah
Kenikmatan Pandangan Mata Sebanding Dengan Ibadah Selama 500 Tahun