Pewarta : Agus Lukman
Kabupaten Garut – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia (RI), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dan Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, menggelar acara Bincang Kreatif dengan tema “Membuat Film dengan Nilai Sosial Budaya Daerah” yang dilaksanakan di Ballroom Favehotel, Jalan Cimanuk, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Minggu (24/4/2022).
Diskusi ini menghadirkan produser film ternama, Ody Mulya Hidayat. Belakangan, Ody yang pituin Garut ini menghasilkan karya fenomenal lewat filmnya Dilan.
Wakil Bupati (Wabup) Garut, dr. Helmi Budiman, yang hadir bersama 90 peserta dari kalangan komunitas film, mengapresiasi acara ini, terlebih, film dan animasi ini merupakan salah satu upaya penyadaran kepada masyarakat dalam upaya membangun dan mempertahankan nilai sosial budaya (sosbud) suatu daerah.
Ia berharap melalui film bisa turut mempromosikan nilai sosbud Kabupaten Garut sebagai destinasi wisata di Jawa Barat.
“Dengan upaya ini, setidaknya turut mempromosikan sosial budaya Kabupaten Garut sebagai destinasi wisata terbaik di Jawa Barat,” ujar Wabup Garut di hadapan Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah dan Direktur Musik, Film dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Mohammad Amin.
Mohammad Amin sendiri, mengungkapkan, pembuatan film yang berisi nilai sosbud suatu daerah itu akan memberikan dampak tersendiri bagi daerah tersebut, yaitu dua di antaranya daerah menjadi terkenal dan mengetahui perspektif dari daerah itu sendiri.
“Pertama daerah itu sendiri menjadi lebih terkenal, jadi film sebagai sarana untuk sosialisasi atau promosi daerah, yang kedua angle (atau) perspektif dari daerah itu sendiri seperti apa, jadi perspektif daerah itu bisa muncul gitu,” ungkap Amin.
Salah satu contoh yang ia sebutkan adalah mengenai pembuatan film dengan mengambil perspektif intan, di mana kata intan tersebut merupakan satu kata kunci untuk memahami Garut.
“Saya sendiri jadi tahu, oh intan itu merupakan satu kata kunci untuk memahami Garut, dan kemudian ternyata ada kaitannya dengan gelar yang diberikan oleh Bung Karno terhadap daerah (Garut). Nah seperti itu, nah itu kemudian menjadi selling point kalau menurut saya, jadi bagaimana itu menjadi alat komersialisasi,” papar Amin.
Guna mendukung film lokal sendiri, imbuh Amin, pihaknya menyiapkan bantuan promosi sebagai stimulan bagi industri maupun komunitas film hasil karyanya berhasil lolos kurasi yang dilakukan pihak Kemenparekraf RI.
“(Stimulannya) Rp. 100 juta kalau untuk komunitas (film) ya, tapi kalau untuk industri ya banyaklah (sekitar) Rp. 1.5 M (miliar) untuk industri, dan itu (untuk) promosi, jadi filmnya sudah jadi tinggal dibantu promosi, tahun lalu kita bantu 1.5 M juga,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, menuturkan bahwa guna mendorong berkembangnya industri film maupun tumbuhnya bioskop-bioskop di daerah, maka para produsen film harus bisa menggali sosbuf dan kearifan lokal atau keunggulan di suatu daerah.
“Dengan hadirnya film-film bertemakan kearifan lokal, (maka) dapat mendorong tumbuhnya bioskop-bioskop di tiap kabupaten atau kota di seluruh tanah air.” tandasnya.