Pewarta: Dwi Arifin
Koran SINAR PAGI (Kabupaten Bandung)-, Hampir 10 tahun SMK Negeri di wilayah Jawa Barat belum memiliki lahan mandiri atau masih menumpang ke sekolah dasar. SMK Negeri 1 Rancabali yang didirikan sejak tahun 2013 dan melaksanakan oprasional layanan pendidikan mulai dari tahun 2014, hingga saat ini belum memiliki tempat sendiri untuk guru-guru dan siswa-siswinya.
Tisna Saefudin, S.Pd., M.M. Kepala SMKN 1 Rancabali Kabupaten Bandung mengungkapkan saat ini kami terus berupaya untuk memperjuangkan pengadaan lahannya dengan mengajukan ke pihak pemerintah daerah. Sebelumnya sudah ada langkah-langkah dari kepala sekolah yang dulu, sehingga saya tinggal menindaklanjuti saja. Mudah-mudahan segera terkabul, karena itu harapan dari masyarakat, keinginan guru-guru dan siswa-siswi. SMK Negeri ini memiliki lahan yang betul-betul representative untuk digunakan, ungkapnya kepada media cetak dan online di halaman hotel MS yang disewanya untuk sarana sekolahnya.
Tisna memaparkan lahan untuk pembangunan bagi SMK Negeri 1 Rancabali sudah lama diharapkan. Melihat potensi siswa yang luar biasa dan cukup luar biasa juga semangat guru-gurunya hingga masyarakat yang ada di Kecamatan Rancabali, Ciwidey, Pasir Jambu dan sekitarnya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SMK Negeri. Sudah semesetinya perkembangan itu diimbangi dengan pengadaan lahan sesegera mungkin.
Menurutnya sebelumnya sudah menyampaikan pengajuan lahan yang ada di sekitaran atau ditengah-tengah antara Rancabali, Ciwidey dan Rancabali. Lahannya sudah sangat mendukung sekali untuk pembangunan SMK Negeri, namun sampai sekarang belum ada kepastiannya dari dinas. Kurang lebih ada kawasan sekitar 8 hektar tanah. Tetapi bagi SMK ini barangkali juga tidak harus seluas itu, yang penting ada dulu titik lokasinya. Misalnya minimal untuk 6-10 ruang belajar, lalu ada lahannya yang cukup untuk lapangan upacara, tempat praktek siswa dan ruang kantor bagi gurunya. Jadi intinya pembangunannya bertahap, apalagi sekolah yang ada jurusan pertaniannya perlu ruang praktek yang lebih luas dari jurusan lainnya.
Perihal harga tanah yang diajukan, Tisna memastikan siapapun tidak ada yang bermain dengan masalah harganya. Karena harga sudah jelas ada NJOP atau Nilai Jual Objek Pajak yang menjadi salah satu langkah awal bertransaksi atau proses jual beli tanah dan batasan rata-rata dasar penentuan harga jual beli tanah.
Selain itu Tisna merasa riskan selama hampir 4 bulan setelah dilantik jadi kepala sekolah, karena guru dan siswanya masih menumpang ke sekolah yang sudah ditempati oleh pihak lain. SMK Negeri 1 Rancabali yang didirikan sejak tahun 2013 dan melaksanakan oprasional layanan pendidikan mulai dari tahun 2014, hingga saat ini belum memiliki tempat sendiri untuk guru-guru dan siswa-siswinya.
Dari data sekolah, informasi terakhir ada 271 siswa. Mereka meminati jurusan Agribisnis pengolahan hasil pertanian, agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, lalu perhotelan dengan tata boga. Jumlah siswanya naik dari tahun ke tahun, karena semakin banyak orang tua yang mendaftarkan ke sekolah ini.
Tisna menyimpulkan jika sekolah yang dipimpinya memiliki lahan mandiri akan menguatkan optimisme yang begitu besar. Melihat dari semangat bapak ibu guru dengan semangat para siswanya. Semuanya itu menjadi modal kedepan untuk berkembang lebih besar untuk SMKN 1 Rancabali. Saya yakin sekolah ini bisa berkembang atau maju seperti sekolah-sekolah negeri lainnya.