Pesan Milad SMAN 1 Cisolok

  • Whatsapp
banner 768x98

Oleh : Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd
(Ketua FKKS 69 Jawa Barat)

Kejelian media dalam “menjual” berita memang cerdik. Media masa, baik online maupun cetak punya fungsi mengedukasi dan menyebarkan informasi yang bermanfaat. Termasuk “Kisah Milad SMAN 1 Cisolok”. Menjadi berita yang dapat “dijual” disaat pandemi Covid-19 masih belum hilang.

Bila sebuah sekolah butuh keceriaan anak dan kebahagiaan anak sebagaimana konsep SRA (Sekolah Ramah Anak) maka media pun punya konsep bagaimana menaikan oplah dan citra media. Media menaikan oplah adalah hak media. Sekolah mengadakan kegiatan yang membahagiakan anak pun hak sekolah.

Sebagai Ketua Forum Kepala Sekolah SMAN/SMKN/SLBN 69 Jawa Barat, Saya melihat Milad SMAN 1 Cisolok dalam narasi berikut : pertama Milad sekolah memang harus dirayakan dengan meriah dan membuat semua anak didik larut dan menguatkan militansi, spirit almamater.

Kedua melihat sejumlah guru, komite sekolah dan kepala sekolah larut berjoget karena desakan dan permintaan anak didik adalah hal yang wajar. Bahkan sangat baik sebagai sebuah pola layanan pendidikan bahwa anak harus dihargai keinginannya. Kolaborasi dalam sebuah moment happy milad anak didik, guru, komite sekolah dan kepala sekolah adalah sangat baik.

Ketiga ketakutan learning loss yang selama ini menghantui dunia pendidikan kita, tidak terjadi. SMAN 1 Cisolok telah berhasil membangun spirit semangat masuk sekolah, lawan learning loss yang menyeramkan. Milad ke 22 SMAN 1 Cisolok menjadi momen mengembalikan semangat bersekolah. SMAN 1 Cisolok telah menebarkan kegembiraan dan spirit bersekolah.

Keempat dalam video yang viral nampak kepala sekolah “terpaksa” berjoged dengan kaku dan tertekan dalam paksaan anak didik yang dicintainya. Menjadi pemimpin satuan pendidikan tentu tidak boleh mengecewakan anak didik sebagi subjek layanannya. Dirjen GTK, Dr. Iwan Syahril mengatakan pentingnya “berhamba” pada anak didik”.

Kelima terkait ada prokes yang dilanggar tentu bukan hal positif. Walau pun dalam video yang tersebar terlihat sejumlah anak didik pria dan anak didik berjilbab tetap menggunakan masker. Hal yang bisa menjadi masalah adalah ketika saat PTMT prokes tidak dilaksanakan. Hal-hal spontan membuka masker memang masih banyak terjadi dimana-mana.

Photo bersama para pejabat pun dalam waktu tak lama biasa buka masker. Mari kita semua mengambil pelajaran dari apa pun yang terjadi. Hindari menghakimi, mengasasinasi dan membuli sebuah sekolah atau GTK dan anak didik yang ada di sekolah hanya karena “sesaat” melanggar prokes. Dalam kajian psikologi massa kejadian ini bisa difahami.

Sebagai Ketua Forum Kepala SMAN/SMKN/SLBN Jawa Barat mengajak mari kita budayakan apresiasi, afirmasi dan jauhi menghakimi siapa pun. Semua manusia bisa salah dan khilaf. Apalagi atas desakan emosi massa anak didik yang larut dalam spirit almamter, dalam Milad ke 22 yang penuh kebersamaan “terpaksa” GTK dan kepala sekolah joged sesaat.

Semoga semuanya sehat dan tetap semangat mendukung hadirnya PTMT dan proses pembelajaran kembali normal. Video GTK dan anak didik joget sebagian tanpa masker dan tidak jaga jarak ini akan menjadi kenangan indah saat Covid-19 telah tiada. Mungkin nanti kita akan berkata “Segitunya zaman Covid-19, joget bareng dan bahagia bareng saja terlarang”.

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90