Kamis, Januari 16, 2025

Kepala Sekolah Penggerak Bicara

Oleh : Dr. Dudung Nurullah Koswara, M,Pd
(Kepala SMA Penggerak Angkatan 1)

Program Merdeka Belajar terus menggelinding dan menebarkan pesona perubahan. Terlepas pro dan kontra, program Merdeka Belajar efisode ke 7 hadirkan Program Sekolah Penggerak (PSP). Program ini menjadi lebih menarik dan memberi efek luar biasa bagi entitas kepala sekolah.

Mengapa menjadi lebih menarik dan memberi efek kejut luar biasa ? Tiada lain karena adrenalin berkompetisi sesama kepala sekolah tertantang. Kompetisi sehat menuju pengumuman hasil seleksi PSP Angkatan 1 benar-benar wow.

Berikut diantara narasi logis entitas kepala sekolah terkait PSP. Narasi dan diskusi para kepala sekolah penggerak yang lolos program unggulan kementerian Pendidikan dan Ristek. Mereka merasa wow.

Mengapa wow ? Selain dari 20 ribuan kepala sekolah terbaik ikut seleksi. Plus menjadi ajang pembuktian diri, apakah “Saya Layak Jadi Kepala Sekolah Penggerak”. Ini bagaikan “cinta pertama” seorang pemuda pada seorang gadis, diterima atau tidak ? Lolos PSP ibarat cinta pertama yang diterima.

Hal lainnya mengapa PSP menjadi sangat penting bagi entitas kepala sekolah ? Diantaranya adalah sebagai berikut : pertama aktualisasi diri entitas kepala sekolah “eksplorer” terwadahi. Hadirnya PSP memberi ruang ekspresi para kepala sekolah eksplorer yang tak bisa diam.

Kedua prestise sekolah. Lolos PSP adalah citra baik bagi sekolah. Mengapa citra baik ? Karena PSP adalah program baru Kementerian Pendidikan yang merancang paradigma baru layanan pendidikan. Sekolah yang lolos identik dengan sekolah terbaik versi Kementerain pendidikan Ristek yang siap di barisan depan sebagai pelopor perubahan.

Ketiga sekolah PSP wajib menjadi perhatian khusus pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota. MoU yang ditandatangani antara Mendikbud Ristek dengan para Gubernur/Bupati/Walikota menjelaskan program kolaboratif strategis. Salah satu pasal yang sangat menentukan implementasi PSP ini adalah pasal 5 tentang pembiayaan. Ini penting bagi sekolah!

Keempat sekolah PSP membawa amanah sakral lahirnya warga masyarakat masa depan yang Pancasilais. Sekolah PSP bertanggung jawab membidani lahirnya Profile Pelajar Pancasila (PPP). Pelajar yang religious, mandiri, kritis, kreatif, gotong royong dan berkebinekaan global.

Kelima sekolah PSP menjadi ajang silaturahmi dan ikatan kebangsaan entitas kepala sekolah terbaik yang lolos di program unggulan kementerian pendidikan dan ristek. Entitas sekolah PSP menjadi “learning community” para kepala sekolah terbaik dari seluruh Indonesia. Plus menguatkan silaturahmi, komparasi dan menguatkan rasa ke-Indonesiaan.

Bila ada pengamat pendidikan atau pihak lain yang menganggap PSP adalah program “seusia menteri” Nadiem Makarim, bahkan menyebut entitas kepala sekolah penggerak sebagai “Kelinci Percobaan” Nadiem Makarim, sungguh pesimistik.

Negeri ini dibangun dan bisa merdeka dari mental optimistik. Mental optimistik dan yakin pada Ilahi adalah diantara syarat sukses bangsa kita meraih kemerdekaan. Bukankah kemerdekaan bangsa Indonesia adalah “Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” ? Kalau hanya mengandalkan bambu runcing dan pesimistik, mungkin kemerdekaan RI bukan tahun 1945.

Begitu pun Merdeka Belajar dan PSP hanya akan sukses diraih dengan semangat optimistik dan “Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” maka PSP akan sukses dijalani. Pro kontra akan selalu ada. Bukankah saat Tuhan menciptakan Adam AS ada yang protes ? Siapa yang protes? Tentu entitas pesimistik yang terbuat dari api.

Apalagi Nadiem Makarim hanya manusia biasa, bukan Tuhan, tentu pro kontra dan protes akan selalu ada. Siapa yang optimis dan berpikir positif dalam menghadapi sebuah tantangan jauh akan lebih berhasil dibanding sesiapa yang pesimistik dan nyinyiran. PSP adalah sebuah program menantang yang harus dijalani.

Nadiem Makarim melihat dunia pendidikan kita masih jauh dari harapan. Perlu paradigma baru dan pendekatan pendidikan kontekstual holistik. Hasil PISA dan adanya “Tiga Dosa Besar Pendidikan” menjadi PR semua entitas dan ekosistem pendidikan dari hulu ke hilir.

Lemahnya literasi, numerasi dan karakter pada anak didik kita adalah PR besar. Masih hadirnya intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan di semua sekolah kita adalah tanggung jawab entitas kepala sekolah dan GTK di semua sekolahan. Sangat tidak mudah!

PSP membawa paradigma baru layanan pendidikan. Hal baru tidak akan bisa diraih dengan cara-cara lama. Cara-cara lama cenderung akan membentuk status quo dan jumud layanan. PSP membawa spirit diagnostik dan asesmen lebih personal pada setiap anak didik.

Pendidikan berpusat pada anak, berhamba pada anak dan menjadikan anak didik sebagai subjek adalah penting. Harta paling berharga di muka bumi ini adalah anak didik. Harapan masa depan bangsa ada di anak didik kita saat ini. Salah mendidik dan mendiagnostik potensi, karakteristik anak didik, bahaya.

Arnold Toynbe mengatakan “Challenge and Response”, setiap tantangan akan ada jawaban. Mari kita jadikan PSP sebagai tantangan dan ujian dimensi layanan pendidikan kita. Semoga kelak ada jawaban dalam bentuk lahirnya masa depan yang lebih baik dengan hadirnya masyarakat Pancasilais.

Dimulai dari sekolah PSP membidani lahirnya profile pelajar Pancasila. Dimulai dari kepala sekolah, guru dan anak didik unggul berkarakter masa depan bangsa kita akan lebih baik. Era disrupsi, era wabah, era refocusing, era nyinyir dan hoaxs, kita harus tetap maju dan optimis. “Kucing Mengeong, Kafilah berlalu!

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine

Berita Terbaru