Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak & Online)
Tidak semua bapak biologis secara otomatis hadir menjadi bapak ideologis. Hal ini menjadi dasar banyak tokoh pejuang dahulu berupaya mencari memilih bapak angkat ideologisnya. Dan begitu juga para orang tua ideologis mereka banyak memilih anak angkat, khusus mereka yang terlihat mampu untuk meneruskan ideologinya.
H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si Kepala Dinas Pendidikan yang bisa disebut dengan bapak pendidikan Jawa Barat. Sangat terbuka kepada pelajar dan mahasiswa melalui akun media sosialnya untuk berkomunikasi langsung. Mereka mengeluhkan masalah hidupnya kepada Kadisdik Jabar seperti saat mengeluh kepada bapaknya. Tapi tak semua orang yang datang kepada beliau mengeluhkan sesuatu. Justru ada yang ingin dekat dengan beliau, karena ingin belajar banyak untuk modal membangun jati dirinya.
Setelah lama kenal karena kepentingan atau tugas profesi dan hubungan birokrasi. Kadisdik Jabar dulu saat menjabat Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Jabar sempat menghubungi lewat pesan singkat saat waktu sahur. Beliau menanyakan “kabar, keadaan dan posisi saya ada di mana “?… Tidak tau tiba-tiba ada kebahagian tersendiri yang berbeda dan baru terasa. Sebab hanya beliau saja, narasumber yang mengawali komunikasi disaat waktu sahur. Banyak hal lain juga yang menjadi terasa dekat dengannya. Sehingga kerena sering memanfatkan waktu bersama, jadi serasa punya ayah angkat ideologis.
Coba bayangkan juga seorang pejabat tingkat provinsi yang sangat sibuk, diwaktu dini hari menjelang pagi saat proses makan sahur. Lalu beliau teringat kepada saya seorang jurnalis muda dan mengajak berkomunikasi. Dari cara komunikasinya disimpulkan beliau menganggap saya ada, diantara orang yang diingat atau dianggap orang dekatnya. Padahal prinsip seorang jurnalis itu, diantaranya meyakini “jika ada 4 orang penting dan jurnalis sebagai orang ke 5 nya. Maka jangan ingin dianggap dirinya ada”.
Sejak kenal beliau, sering melihat dengan jarak dekat wajah senyum semringah atau wajah lelah karena beban kerja. Keduanya tetap terlihat indah dan wibawa. Selain itu jiwa muda yang melekat pada dirinya memudahkan lebih akrab dengan yang lebih muda. Dan kepada orang yang lebih tua, beliau terbiasa menghormatinya. Sehingga kepribadian Kadisdik yang multi talenta dan gemar beroganisasi. Kemudian sering bertemu dan memimpin generasi yang lebih muda. Kehadirannya terasa bagaikan bapak ke dua bagi mereka.