Pewarta : Avenk
Kabupaten Bogor – SMAN 1 Parungpanjang adalah sekolah yang mempunyai unikasi sejarah sosial tersendiri. Sekolah ini, menurut Koordinator Pengawas SMA/SMK Kab.Bogor, Dr.Ade Nurhudaya, sekolah ini malah pernah akan direlokasi karena kekurangan siswa, sebabnya letak sekolah sangat tidak strategis.
Sekolah ini disebut juga sebagai SMAN BORJU artinya Bogor Ujung, karena memang leraknya berada paling jauh dari Kab.Bogor, Kota Kecamatan Parungpanjang.
“SMAN 1 Parungpanjang adalah sekolah terluar, dan terbelakang. Terluar karena perbatasan Jawa Barat dan Banten. Terbelakang karena jauh dari sentuhan kunjungan para pejabat atau perhatian pemerintah,” tutur H.Soleh, salah satu pengawas sekolah senior di Kab.Bogor.
Bahkan lanjutnya, seorang pejabat pendidikan mengatakan sekolah ini identik dengan sekolah buangan bagi GTK, tambahnya.
Disebutkan, bagi guru atau kepala sekolah yang ditempatkan di sekolah ini, dianggap atau dirasa sebagai penugasan buangan. “SMAN 1 Parungpanjang identik dengan sekolah buangan, dahulu buangan Petrus selanjutnya buangan GTK. Ini gossip yang berkembang,” katanya.
Sindiran masyarakat setempat kepada SMAN 1 Parungpanjang adalah sekolah tempat pembuangan anak Jin, bahkan sebagian masyarakat mengatakan sekolah ini dibangun diatas tanah pembuangan Petrus, era Suharto.
“Petrus” adalah preman korban penembakan misterius era Suharto dimana jenazah korban biasanya dibuang ke satu lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk.
Menurut informasi yang berkembang di masyarakat, lahan yang kini dibangun SMAN 1 Parungpanjang menjadi “pilihan” pembuangan Petrus karena jauh dari mana-mana.
Namun kini, sekolah tersebut mulai berubah dan berbenah, mindset masyarakat mungkin mulai berubah. “Dahulu sekolah ini dianggap tempat pembuangan anak Jin, kini anak Jin pun ingin bersekolah di sini”. Itu kelakar saat ini.
Menanggapi hal tersebut, Kepala SMAN I Parungpanjang Kab.Bogor, Dudung Nurullah Koswara, atau akrab disapa DNK, sambil berkelakar mengatakan, “Mungkin karena kebingungan kelebihan calon siswa yang mendaftar. Anak Jin pun ikut daftar, bingung tingkat tinggi mengingat sekolah ini ada unikasi sendiri sebagai sekolah perbatasan dan terbelakang,” ucapnya.
Menurutnya, SMAN 1 Parungpanjang adalah “Wajah Jawa Barat” di perbatasan Provinsi Banten dan bahkan DKI Jakarta. “Banyak siswa SMPN Parungpanjang Jawa Barat sekolah di Provinsi Banten,” ujar DNK lagi.
Unikasi dan pengecualian “geografis” ini, lanjutnya, harus menjadi “pertimbangan” sejumlah pihak, terkait pembangunan dan pengembangan mutu layanan pendidikan di SMAN1 Parungpanjang.
“Jabar Juara wujud suksesnya bisa dilihat di pinggiran, terluar dan perbatasan. Bukan di tengah kota atau dilihat dari sekolah favorit pusat kota. SMAN1 Parungpanjang mendukung Jabar Juara Lahir Batin dari perbatasan,” tandasnya.