Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua Pengurus Besar PGRI)
Sebagai Ketua Pengurus Besar PGRI sering menerima keluhan, masukan dan aspirasi dari sejumlah guru, kepala sekolah, pengawas dan bahkan tenaga kependidikan. Suara-suara keluhan atas dinamika layanan birokrasi pendidikan di sejumlah daerah yang kadang dirasa tidak humanis. Kadang dirasa lebih mengemuka “perintah” dibanding melayani.
Birokrasi komando, atau birokrasi perintah sudah mulai tak relevan. Birokrasi inovatif kolaboratif humanis jauh lebih diterima dan kekinian. Nah bagaimana layanan Disdik Provinsi Jawa Barat dibawah kepemimpinan Dedi Supandi ? Apakah dirasa “memerintah” garis komando, atau humanis dialogis ? Sebagai “pendengar” suara guru karena mengurus organisasi guru, Saya menangkap sebuah respon positif.
Berikut Saya coba “copy paste” pendapat sejumlah kepala sekolah terkait kepemimpinan Kadisdik Jawa Barat Dedi Supandi. Copy paste ini Saya ambil dari jaringan WA para kepala sekolah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kepala Sekolah SMAN/SMKN/SLBN 69 (FKKS69) Jawa Barat. Forum ini adalah learning community entitas kepala sekolah tiga dimensi yakni SMK, SMK dan SLB.
Ibu Dian sebagai kepala sekolah baru mengatakan, “Pak Kadis keren emang….!!! Saya pikir pembinaan yang akan dilakukan bersifat 1 arah, ternyatan beliau duduk sejajar dengan kita. Beliau mendengar, mencatat, menyimak, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. Andai semua pemimpin di negeri kita melakukan itu semua. Insya Allah permasalahan akan terurai dan terselesaikan satu persatu.
Selanjutnya Ibu Dian mengatakan, “Itu penilaian dari satu sudut beliau dari penilaian singkat pertemuan kemarin di wilayah Cadisdik V. Terpenting ada karakter dasar yang terlihat. Beliau mendatangi kita dan menyapa kita satu persatu. Ini satu pendekatan yang wow. Demikian penilaian Ibu Dian pada Kadisdiknya.
Selanjutnya kepala sekolah H.Toto Warsito mengatakan bahwa Beliau adalah sosok yang rendah hati dan sangat menghormati guru. H.Toto Warsito menuliskan “Beliau sangat menghormati gurunya, waktu berkunjung ke almamaternya di SMAN 1 Majalengka, beliau panggil kedepan guru-gurunya dan juga wali kelasnya”.
Sebagai guru dan walikelas melihat murid yang sudah menjadi Kadisdik Provinsi tentu sangat bangga. H.Toto Warsito pun mengatakan bahwa, “Beliau tidak canggung berbaur makan minum, bersama dengan para kepala sekolah sambil mendengarkan aspirasi. Ini satu bentuk hubungan yang sejajar padahal faktanya secara birokrasi tidak. Mewakili kepala SMKN Hendra mengatakan, “Kadisdik Dedi Supandi seorang risk taker dan sangat menekankan kebersamaan serta kekompakan”.
Selanjutnya Dr.H.Yonandi kepala SMAN 10 Kota Tasikmalaya mengatakan, “Pak Kadis sosok pemimpin milenial yang mudah bersinergi dengan siapapun. Apalagi deng para entitas kepala sekolah yang tergabung ddalam FKKS69. Beliau selalu punya solusi untuk setiap permasalahan. Sepertinya penasaran ingin bertatap muka langsung deng beliau. Apa mungkin ya Pa Kadisdik berlabuh ke KCD wilayah XII ?.
Ikut berkomentar kepala SMKN 1 Sukanagara Cianjur, Muhamad Alwi, Ia mengatakan, “Beliau sangat terbuka akan masukan dan kritikan, dan Beliau mampu merangkul degan baik siapapun untuk memajukan pendidikan Jawa Barat. Insha Allah degan karakter dan kemampuan beliau yang memahami kondisi Real masyarakat Jawa Barat. Beliau pernah menjadi Lurah dan Mengurus Lurah Program-program SMK Membangun Desa akan dapat terlaksana dengan baik di Jawa Barat, menuju Jawa Barat Juara”
Sementara itu H.Nono Sudarsono kepala SMAN 1 Cigugur mengatakan, “Kemarin beliau di Kuningan, Saya berbicara semangat tentang SMAN1 Cigugur. Beliau memberi solusi dan mendoakan semoga SMAN1 Cigugur mendapatkan tambahan siswa 3 kelas di PPDB tahun ini. Gaya Kadisdik menganggap kita bukan bawahan, bagai partner gaul”. Terlihat egaliter dan tidak terlalu menjaga jarak sebagaimana biasanya pejabat pada umumnya.
Selain apresiasi dan kekaguman pada “Kadisdik Milenial” beberapa kepala sekolah SMAN/SMKN/SLBN pun memberi masukan dan aspirasi. Apa aspirasi mereka? Diantaranya adalah : 1) sekolah yang belum punya bangunan segera dibangun, 2) utamakan sekolah pinggiran dalam hal pemberian bantuan sarana prasarana, 3) utamakan pembangunan sekolah perbatasan, 4) SMKN, SMAN dan SLBN masih ada yang saran dan fasilitas jauh dari tuntutan idealnya sekolah.
Sejumlah kepala sekolah terutama yang bertugas di SMA/SMK pinggiran / pedesaan sangat berharap ada “perlakuan berbeda” terkait bantuan fasilitas sarana prasarana. Jangan sampai sekolah kota, besar dan fravorit malah lebih banyak diperhatikan dan mendapat bantuan dibanding sekolah pinggiran yang jauh dari pusat kota.
Para kepala sekolah yakin Kadisdik Dedi Supandi adalah sosok yang mengerti “jeritan” para kepala sekolah pinggiran. Mereka yakin Pendidikan Jabar akan lebih baik. Mereka pun sangat yakin sosok Dedi Supandi adalah soluter. Tidak akan ada lagi sekolah kumuh, tak memiliki bangunan dan tertinggal.