Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua Pengurus Besar PGRI)
Sungguh indah melihat geliat PGRI Kota Cilegon, ada geliat yang akan tumbuh melesat. Kini wajah PGRI Kota Cilegon secara sekilas dalam diskusi yang Saya ikuti terlihat ada semangat baru bersama ketua yang baru Humaedi. Hadir pula Kadisdik Kota Cilegon, Dr.H.Ismatullah. Plus pejabat Kemenag, Dr.H.Isomudin.
Sebelum diskusi dimulai, Ketua PGRI Kota Cilegon Humaedi dan Kadisdik Kota Cilegon Dr.Ismatullah memberikan pengantar sebagai “penghangat” diskusi keorganisasian. Sebagai Ketua Pengurus Besar PGRI Saya diminta menjadi pemberi motivasi dan menerima sejumlah aspirasi dan pertanyaan.
Sungguh wow pengurus PGRI Kota Cilegon. Terutama para ketua Cabang sangat kritis bertanya dan mengaspirasikan apa yang menjadi harapannya terkait PGRI. Saya coba tuliskan sejumlah pertanyaan yang muncul saat diskusi berlangsung. Pertanyaan ini terkait dengan masalah PGRI pada umumnya.
Pertanyaan dan aspirasi mereka tentu tak dapat Saya jawab dengan sempurna. Terlalu kritis mereka dan ini menunjukan cinta, peduli dan rasa memiliki pada organisasi. Militansi, rasa memiliki dan mencintai organisasi setidaknya akan terlihat dari hangatnya diskusi keorganisasian. Saya sebagai “narasumber” cukup kerepotan menjawab pertanyaan dan aspirasi kritis.
Penanya pertama adalah Lukman. Ia menyoal tentang kartu anggota PGRI yang masih terkendala. Sejumlah angota PGRI ada yang mencetak sendiri kartu anggota tanpa proses ke pengurus setempat. Tidak sedikit anggota yang terdata doble di PGRI pusat atau pun provinsi. Padahal mereka belum bayar iuran ke organisasi. Masalah kartu PGRI selalu jelimet !.
Penanya kedua Bahrudin. Ia menyoal dan autokritik pada PGRI. PGRI tedengar besar gaungnya tapi lambat bagai Dinosaurus. Sebaliknya ada sejumlah organisasi profesi guru yang masih kecil tapi gesit mengadakan kegiatan terkait peningkatan kompetensi guru. PGRI sebaiknya jangan kalah cepat dan kalah gesit. Ia pun menyoal terkait pentingnya sinergitas antara PGRI dan birokrasi di legislatif, eksekutif dan mitra lainnya.
Penanya ke tiga Hawasi. Ia menyoal tentang masih adanya sejumlah anggota PGRI yang tak tahu apa jasa PGRI pada anggota ? Apa keuntungan menjadi anggota PGRI ? Pertanyaan ini muncu dari anggota kritis yang belum kenal PGRI. Ia pun menyoal tentang pentingnya silaturahmi dengan anggota. Bahkan pentingnya membentuk cabang khusus SMA/SMK. Ia mengatakan walau pun SMA/SMK sudah alih kelola, tetapi di PGRI tidak ada alih kelola.
Penanya ke empat Hasanah. Ia menyoal terkait iuran anggota PGRI yang dianggap pengurus provinsi menyisakan utang masa lalu. Bahkan sejumlah guru anggota yang sudah pensiun yang sudah tidak aktif lagi membayar iuran masih kena tagihan. Ia pun berharap ada pemutihan utang organisasi. Ia pun berharap pengurus PGRI provinsi agar komitmen terhadap informasi lunasnya utang iuran organisasi.
Penanya ke lima Fadli. Ia menyoal peran PGRI dalam PPPPK. PGRI diharapkan mampu menjadi “penolong” yang memperjuangkan nasib para calon PPPK. Ia pun menyoal kartu PGRI “kalah” efektif dibanding kartu anggota AGPAII. Kartu AGPAII didalamnya ada perangkat administrasi dan manfaat lainnya yang dibutuhkan guru. Ia berharap ada inovasi yang lebih menguntungkan para guru.
Sejumlah pertanyaan kritis nampak mengemuka. Namun waktu diskusi terbatas, akhirnya acara pun ditutup dengan doa. Hebat PGRI Kota Cilegon sepintas Saya menangkap ada semangat yang membara untuk “merenovasi” organisasi agar lebih baik. Hal lainnya nampaknya Kadiskdik Kota Cilegon, Dr.H.Ismatullah dan Ketua PGRI Kota Cilegon Humaidi “sepakat” sukseskan perjuangan PGRI.
Sebagai Ketua Pengurus Besar PGRI Saya apresiasi Kadisdik dan Ketua PGRI Kota Cilegon yang kompak memulyakan entitas guru. Terimakasih Kadisdiik Kota Cilegon, Ketua PGRI Kota Cilegon dan semua pengurus cabang yang aktif dan punya militansi. Bekerja di PGRI tidak ada upahnya. Hanya berjuang demi guru dan pendidikan. Semoga pengurus PGRI di Kota Cilegon mendapatkan kesehatan, keberkahan dari Tuhan yang maha Esa.
