Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Kepala SMAN1 Parungpanjang)
Rumah adalah satu tempat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Istilah rumah sakit, rumah ibadah dan rumah makan sangat penting dan sangat ramah di telinga kita. Kini Saya haturkan istilah baru “Rumah Ibadah Pendidikan”. Rumah ibadah pendidikan adalah sebutan untuk sekolahan.
Bila rumah sakit tempat menyembuhkan orang sakit, rumah makan tempat menangkal lapar, rumah ibadah tempat melaksanakan ritual, maka rumah ibadah pendidikan adalah tempat belajar sebagai ibadah terbaik. Belajar adalah diantara ibadah terbaik yang Tuhan perintahkan.
Belajar, mengajar dan mempraktekan ilmu adalah satu keunggulan manusia sebagai makhluk Tuhan terbaik. Manusia satu-satunya makhluk Tuhan yang berkebudayaan. Pendidikan adalah sebuah proses kebudayaan manusia. Jin, Syeitan dan binatang tidak “bersekolah” dan tidak berkebudayaan.
Mendirikan sekolah sebagai rumah ibadah pendidikan dan mendirikan tempat ritual keagamaan sebagai rumah ibadah adalah mulia. Terutama rumah ibadah pendidikan sangat-sangat kontributif pada lahirnya generasi bangsa yang unggul, berakhlak mulia dan bermental kebinekaan global.
Sekolah sejatinya bukan menjadi industri pendidikan atau bisnis pendidikan. Sekolah hakekatnya adalah “berbisnis” dengan Tuhan agar terlahir generasi soleh solehah. Lahirnya pelajar Pancasila pun tentu dari sekolah yang berspirit sebagai rumah ibadah. Sekolah adalah rumah ibadah pendidikan terbaik.
Mengapa banyak lulusan sekolah dan perguruan tinggi malah ahli korupsi? Mungkin diantaranya karena sekolah dipandang bukan sebagai rumah ibadah melainkan sebagai tempat menuntut ilmu semata. Mengejar gelar akademik, citra diri, prestise keluarga dan hanya untuk karir duniawi.
Bila sekolah dijadikan rumah ibadah pendidikan terbaik maka para guru, siswa, TU dan semua warga sekolah adalah jama’ah ahli ibadah. Civitas akademika bukan hanya entitas formalistik dunia pendidikan semata, melainkan entitas ahli ibadah dalam dimensi pendidikan. Ibadah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Dunia satuan pendidikan sebagai rumah ibadah setidaknya harus mengajarkan tiga pengetahuan. Pertama pengetahuan agama, kedua pengetahuan umum dan ketiga pengetahuan seni. Agama membuat generasi punya arah yang benar.
IPTEK membuat generasi unggul dan mendapatkan kemudahan menjalani kehidupan. Pelajaran seni memompakan daya keindahan dan sensitifitas berkesenian. Agama, IPTEK dan seni harus menguat di rumah ibadah pendidikan.
Mencari ilmu adalah khas manusia. Derajat entitas manusia akan naik karena ilmu. Bahkan ada ungkapan, “Tidur dan ngoroknya orang berilmu lebih baik dari seriusnya orang bodoh melakukan ritual dalam kesunyian”. Dunia ini maju bukan karena ketaatan ritual orang-orang bodoh melainkan karena orang-orang soleh yang terus menuntut ilmu dan mengamalkannya.
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699). “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11). Betapa dalam ajaran agama menuntut ilmu adalah satu amalan yang luar biasa. Artinya rumah ibadah pendidikan yang digunakan untuk menuntut ilmu sangat-sangat istimewa dihadapan Tuhan.
Seorang jama’ah tabligh mengatakan, “Satu profesi paling mulia di muka bumi ini di atas profesi lainnya adalah menjadi penda’wah, mengajak manusia kepada Tuhannya”. Profesi da’wah diambil para Nabi. Para Nabi adalah para penda’wah, penyampai, pengajak pada ajaran agama. Kini di jaman modern para penda’wah, pengajak pada kebaikan adalah para pendidik.
Para pendidik saat ini jumlahnya jutaan ada di dunia sekolahan sebagai rumah ibadah pendidikan. Para pendidik adalah pelanjut para Nabi dalam mensyiarkan ilmu dan mengajak manusia pada Tuhannya. Para guru guru agama dan guru IPTEKS adalah pelaku ibadah terbaik di satuan pendidikan.
Jadikan sekolah sebagai rumah ibadah pendidikan terbaik agar kelak lahir generasi soleh solehah. Plus pekerja pendidikan yang ada di dalamnya adalah para pelaku ibadah yang tujuan utamanya bukan mencari pekerjaan dan nafkah semata melainkan “berhamba” pada Tuhan dengan jalan bekerja di dunia da’wah yakni dunia pendidikan.
Sebagai contoh ini bukan endorse ada salah satu sekolah yang aura “Rumah Ibadah Pendidikannya” sangat menonjol. Sekolah ini milik seorang anak guru yakni Prof. Dr. Dadan Wildan Anas dengan nama SMP Prima Cendikia Islami di Bandung. Sekali lagi ini bukan endorse melainkan sudah ada satu sekolah punya aura “Rumah Ibadah Pendidikan”.
Mari kita jadikan sekolah sebagai “Rumah Ibadah Pendidikan” terbaik. Dari dunia sekolahanlah harus lahir manusia-manusia berakhlak mulia yang gandrung memuliakan orang lain dan melayani orang lain.
Semoga semakin banyak sekolah yang menjadi rumah ibadah pendidikan dan semoga tidak ada rumah ibadah tempat ritual keagamaan malah jadi tempat para penceramah memprovokasi politik praktis yang menghujat pemerintah yang sah.