Senin, Januari 20, 2025

Memaknai Hari Ibu

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua PB PGRI Dan Dewan Pembina PGRI Kota Sukabumi)

Seorang Ibu muda cantik berbatik PGRI dalam sebuah acara di PB PGRI Saya ajak dialog. Saya lupa nama Beliau. Ia seorang guru honorer di DKI Jakarta. Saya tanya dengan pertanyaan yang menguji. Pertanyaan Saya adalah, “Ibu mau masuk surga?”. Ia menjawab, “Tentu Pak, semua orang ingin masuk surga”.

Selanjutnya Ia Saya tanya dalam pertanyaan yang menguji “keibuannya”. Pertanyaan lanjutan Saya, “Ibu mau gak masuk surga saat ini?”. Ia menjawab, “Saat ini Saya tidak mau”. Saya tanya, “Mengapa?”. Ia menjawab, “Kalau Saya masuk surga saat ini artinya Saya harus wafat atau meninggal dahulu”.

Selanjutnya Ia menjelaskan mengapa tidak mau masuk surga saat ini? Ia menjawab, “Karena Saya masih punya anak-anak kecil yang membutuhkan nafkah dan kasih sayang Saya sebagai seorang ibu”. Subhanallah inilah jawaban seorang Ibu dan tentu akan sama dengan semua ibu yang ada di muka bumi.

Saat seorang ibu ditawari masuk surga atau pilih mendidik, melindungi anak dan membesarkannya. Ia akan memilih mendidik, membesarkan dan menjaga anaknya. Ini adalah sebuah jawaban seorang ibu sejati. Ia tidak butuh surga bila harus ditukar dengan anak-anaknya. Kasih ibu kepada anaknya tak terbatas menduplikasi kasih Tuhan yang tak terbatas.

Kasih manusia pada manusia lainnya mayoritas modus dan pulus. Namun kasih ibu kepada anaknya tanpa modus, tulus, mulus, lahir dari basic insting kesejatian seorang ibu. Seorang ibu adalah “malaikat perempuan” bagi setiap anaknya. Tidaklah heran dalam ajaran agama terkenal istilah, “Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu”. Derajat sakralitas seorang ibu tiada tara.

Dalam ajaran agama terkenal ucapan, “Ibumu, Ibumu, Ibumu…” Tidak ada ucapan Bapakmu, Bapakmu, Bapakmu. Mengapa? Karena sakralitas seorang bapak di bawah seorang ibu yang mengandung sembilan bulan. Seorang bapak malah identik dengan pencari nafkah yang kadang tak maksimal memberikan sentuhan kasih sayang pada setiap anaknya.

Lebih unik lagi malah seorang bapak terkadang melupakan anaknya demi “ibu yang lain”. Bahkan para orang alim mencontohkan punya “ibu” lebih dari satu. Ucapan, “Ibumu, Ibumu, Ibumu bertransformasi jadi “tiga ibu” dalam konsep poligami. Lupa ibu kandung, lupa anak kandung lebih ingat istri muda. Itulah sisi lain kasus “bapak-bapak”.

Mengapa seorang ibu begitu sakral dalam kehidupan manusia beda dengan seorang bapak. Fakta biologisnya, semua manusia lahir dari rahim seorang ibu. Ibu adalah seorang “pencipta” manusia. Ia sangat sakral, Ia adalah jenis manusia yang mampu mengeluarkan jenis manusia dari tubuhnya. Ia adalah manusia yang Tuhan beri amanah menerima ruh manusia dalam rahimnya. Tuhan tiupkan ruhNya pada rahim seorang ibu.

Sakralitas seorang ibu tiada tara. Surga pun dibawah sakralitas seorang ibu. Tuhan menciptakan makhluk paling sempurna di atas ciptaanNya yang lain yakni jenis manusia. Diantara jenis manusia yang paling suci dan sakral adalah seorang ibu. Tidaklah mungkin seorang umat manusia masuk surga tanpa “restu” ibunya. Orang yang durhaka pada ibunya tidaklah mungkin masuk surga.

Kisah Alqomah yang sulit meregang nyawa karena dosa pada ibunya menjadi pembelajaran bagi kita. Meregang nyawa saja tidak bisa, apalagi masuk surga. Karena ridha seorang ibu maka Allah ridha. Allah menciptakan dan melahirkan manusia melalui rahim seorang ibu. Seorang ibu pada hakekanya adalah makhluk teristimewa di muka bumi.

Dalam bahasa yang puitis dijelaskan bahwa seorang ibu adalah “Malaikat tanpa sayap”. Ia adalah utusan Tuhan dalam wujud manusia untuk melahirkan manusia-manusia penghuni muka bumi. Semua nabi lahir dari rahim seorang ibu. Semua orang mulia yang memberi manfaat pada jutaan dan milyaran umat manusia lahir dari rahim seorang ibu.

Ungkapan DNK mengatakan, “Semua manusia pada dasarnya adalah modus, kecuali para ibu bagi anak-anaknya, tulus tanpa modus”. Surga dibawah telapak kaki ibu. Tidak ada ungkapan surga dibawah telapak kaki para nabi atau orang soleh. Tetap surga di bawah telapak kaki ibu. Betapa sakralitas dan keistimewaan seorang ibu di atas segalanya. Selamat hari ibu, nilaimu di atas surga!

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine

Berita Terbaru