leh : Lisyanah
(Guru PAI di SMAN 1 Parung Panjang)

Awalnya tidak pernah terbayangkan akan melaksanakan tipe Pembelajaran Jarak Jauh yang diterapkan saat ini, memberi materi dan penugasan melalui bebagai macam aplikasi yang sebelumnya tidak pernah dikenal, seperti Google Classroom, Zoom, Google Meeting dan seabrek aplikasi lain yang bikin mumet, apalagi untuk guru yang pengetahuan dan kemampuannya soal IT minim.

Tapi Allah Maha Kuasa, dengan master plan Nya, melalui makhluk kecil bernama Virus Corona membuat semua berubah, belajar Luring menjadi belajar Daring, lembaran tugas di buku menjadi foto di WA (whatsapp), belum lagi absensi diganti dengan aplikasi.

Toh, semua harus dijalani, dicarilah solusi pembelajaran ideal di masa pandemi. koordinasi dengan Walas, guru, wali murid dan anak didik sekaligus. pemberian kuaota gratis, pinjaman tablet gratis dari sekolah dan home visit ke rumah siswa juga menjadi solusi.

Tapi masalahnya ternyata tidak selesai sampai disitu, tidak sesederhana seperti yang kita mau. mungkin Tuhan sedang menguji, ujian yang sama dalam bentuk yang berbeda ketika kita memberi ujian PTS atau PTA ke anak. Sulit, tapi pasti ada jawabannya.

Contoh anak didik saya yang satu ini, sebut saja “Kumbang” namanya, kenapa saya begitu ingat sosoknya, karena banyak hal ´nyeleneh´ dalam dirinya. mengambil soal PTS berbasis kertas disekolah sehari sebelum pengembalian l jk, dan luar biasanya besoknya memang dikembalikan 16 mapel sekaligus ke sekolah. tidak pernah mengerjakan tugas tapi selalu hadir di Whattapps story dengan cerita dewasa, dan lagi-lagi alasannya membuat saya tersenyum miris, Whatsapp di hack mantan pacar katanya.

Itu baru satu anak saja, ada beberapa anak juga yang punya keunikan yang membuat saya meringis, bahkan mau menangis, contohnya Bambang, yang harus menangkap ayam peliharaannya dan menjualnya ke tetangga hanya untuk membeli quota yang hanya cukup dipakai sebulan.. Bambang, blabambang.. kalau Ayammu habis, kamu mau jual apalagi nak ?.

Cerita tak kalah bikin hati ini mengharu biru ketika anak curhat kalau mereka tidak percaya diri karena situasi ekonomi keluarga yang morat marit, rasa percaya diri yang hampir pupus ketika teman segrup kelas tidak menanggapi ketika ditanya tentang tugas 2 hari lalu saat pulsa belum terbeli.. sabar ya anakku..

Pada akhirnya, pembelajaran jarak jauh juga harus ramah anak, guru, Walas, Wakasek, Kepsek dan seluruh stakeholder sekolah harus lebih memahami, mengayomi dan menanggapi dengan bijak situasi dan kondisi anak.

Toh, akhinya kita juga harus memaklumi diri sendiri, bisa bernego dengan keadaan dan berbuat yang terbaik yang kita bisa. semangat !