Pewarta: Dwi Arifin
Koran SINAR PAGI (Malang)-, “Digital Komunikasi adalah sarana yang secara tidak langsung merubah pola hidup kita. Kemanfaatan digital komunikasi membawa pengaruh positif atau negatif tergantung bagaimana kita meggunakannya. Bisa membantu mengartikulasikan kreatifitas kita menuju masyarakat madani atau berperadaban, atau justru menjadi sarana organisasi dan individu berbahaya untuk menyebarkan perilaku kriminalitas,” tutur Prof. Rachmah Ida, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga Surabaya dalam kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya (UB) Malang (6/10/2020).
Kuliah umum yang mengangkat tema “Digital Communication Dalam Membangun Masyarakat Madani” diikuti oleh puluhan mahasiswa magsiter UB, alumni dan para akademisi dari beberapa universitas lain, serta anggota Ikatan Sarjana Komunikasi Jatim. Menurut Prof Rachma Ida, saat ini kita memasuki Post Human Era atau era setelah manusia, aktivitas kehidupan sehari-hari dialihkan ke dunia digital atau cyber space. Konsep seperti kebangsaan, pemerintahan, aktivitas politik dan berbagai aktivitas komunikasi kita perlahan berubah. Namun hal yang berbahaya adalah jangan sampai kita terhayut dalam cyber space dan diperbudak oleh teknologi. Sosial media, salah satu teknologi yang banyak disalah gunakan sebagai celah perilaku negatif individu.
“Saat ini teknologi berhasil memanipulasi kebahagiaan dan kepuasan semu yang hanya didunia maya seperti sosial media dengan budaya teks bukan didunia nyata. Fenomena ini sering digunakan oleh kaum muda dinegara demokrasi untuk menegakan hak-haknya sebagai warga negara dewasa untuk berekspresi yang ditolak didunia nyata, hingga mereka mencapai usia dewasa. Mereka bebas menjadi sosok lain yang mereka impikan dengan menanipulasi identitas. Kaum muda dengan bebas menyebarkan konten pornografi dan melakukan aksi bulliying yang bisa berdampak buruk bagi orang lain,” pungkasnya.
Selanjutnya di dalam ruang digital, Prof Rachma Ida menuturkan, kita harus juga memperhatikan organisasi-organisasi berbahaya yang memanfaatkan digital komunikasi untuk melancarkan aksi kejahatannya. Organisasi-organisasi berbahaya tersebut seperti perdagangan barang-barang illegal, celah para predator anak memburu sasarannya, hingga organisasi yang bebas menyebarkan ideologi terorisme, dan kebencian terhadap suatu kelompok tertentu. Untuk mencegah berbagai hal negatif yang muncul dari ruang digtal, kita harus bisa memanfaatkan komunikasi digital dengan berperan membangun komunitas-komunitas virtual untuk pemberdayaan individu, saling mendukung dan memberi ruang masing-masing individu untuk berkreatifitas tanpa terbatas ruang.
“Dengan ruang digital, menjadi kesempatan kita untuk belajar berbagai hal positif dengan memanfaatkan kecepatan komunikasi, konetivitas sosial dan kemudahan fitur digital seperti screenshoot, merekam dan kemudahan lainnya. Jika kita bisa mengambil peran dalam ruang digital, kita bisa membentuk membangun masyarakat madani atau berperdaban. Sekarang pilihan ditangan kita, ingin ikut kemuraman dunia dengan berbagai aktifitas negatif di dunia maya atau sanggup mengontrol diri kita untuk tidak memposting hal-hal negatif yang dapat merugikan orang lain,” pungkas dosen yang mengambil pendidikan magister dan doktoral di Australia tersebut.
Disisi lain, tema trekait Digital Komunikasi dalam Membangun Masyarakat Madani pada kuliah tamu tersebut merupakan hal yang cukup penting difahami oleh para mahasiswa dan akademisi. Menurut Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UB, Rachmat Kriyantono, instansi pendidikan memiliki tanggungjawab moral untuk menyiapkan lulusan yang menjadi agen perubahan masyarakat madani di era demokrasi ini. Komunikasi digital sangat berpotensi menjauhkan kita dari prinsip-prinsip masyarakat madani.
“Sejatinya mahasiswa bertugas menjaga komunikasi digital ini dengan perilaku-perilaku yang menuju harmonisasi kehidupan. Bukan berisi hoaks, ujaran kebencian atau social harassment (pelecehan sosial),” tutupnya.
Acara dibuka Dekan FISIP, Dr Sholih Mu’adi, SH, MSi. Pak Dekan: “Acara ini bukti bahwa aktivitas akademis di FISIP tidak terganggu pandemi sebagai bentuk karya dan perjuangan yang tidak menyerah pada pandemic,” kata Dekan.