Pelajaran Sejarah Diaborsi ?

  • Whatsapp
banner 768x98

Oleh : Dudung Nurulah Koswara
(Kepala SMAN1 Parungpanjang dan Ketua PB PGRI)

Ada satu jenis tindakan aborsi yang sangat berbahaya dan sangat berisiko tinggi hadirnya cacat mental kebangsaan. Cacat nasionalisme, nir kepahlawanan dan nir adab. Tiada lain adalah aborsi sejarah suatu bangsa dalam sebuah kurikulum di dunia pendidikan. Bila seorang ABG gagal aborsi maka bisa melahirkan cacat fisik seorang anak. Namun upaya aborsi mata pelajaran sejarah di dunia pendidikan adalah dosa tak terampuni.

Sebagai Sarjana Sejarah, Guru Sejarah dan pengurus organisasi profesi guru di tingkat nasional, Saya merasa geli sudah lama. Tanda-tanda aborsi itu sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Presiden Jokowi dan Nadiem Makarim menjadi Presiden dan Menteri. Bukankah mata pelajaran sejarah tidak diolimpiadekan ? Bukankah dahulu tidak ada OGN sejarah ? UN pun tidak ada Mata Pelajaran Sejarah !.

Saya pernah “berdebat” dengan Pak Anas M. Adam yang saat itu menjabat di Kemdikbud. Saya protes, mengapa dana negara mengalir milyaran rupiah untuk OSN dan OGN nir pelajaran sejarah ? Mengapa Mata Pelajaran Sejarah. Guru Sejarah dan siswa IPS peminat sejarah tidak difasilitasi dalam “OSN Sejarah”. Bangsa dan birokrasi “Malin Kundang” cenderung mengabaikan sejarah.

Sebelumnya Saya pun mendapatkan pengaduan tentang mata pelajaran sejarah di SMK yang mulai “diaborsi”. Kembali Saya sempat berdialog langsung dengan Hamid Muhammad. Saya melihat Hamid Muhammad dan Anas M. Adam adalah sosok yang baik dan sangat mengerti tentang pendidikan. Namun terkait sejarah, Saya anggap belum memahaminya. Ini masalah kedalam pengetahuan tentang sejarah. Tidak ada yang salah bagi yang tidak tahu.

Tanpa sejarah, suatu bangsa akan bermasalah. Bangsa tuna atau nir sejarah adalah bangsa yang tak punya nilai kebangsaan. Bahkan tanpa mengisahkan sebuah sejarah masa lalu, para Nabi sekali pun akan sulit diterima jamaah atau suatu kaum. Bukankah ajaran semua agama di muka bumi ini berkisah tentang “Sejarah Perilaku Para Nabi?”. Ajaran sejarah kebangsaan dalam mata pelajaran sejarah adalah wajib !.

Tanda-tanda “mengaborsi” mata pelajaran sejarah nampak terlihat. Bila pengaborsian mata pelajaran sejarah karena ketidaktahuan dan wawasan yang kurang, tidak terlalu masalah. Namun bila ada indikasi niatan dan modusan maka akan berdampak pada dua masalah besar.

Pertama nilai-nilai kesejarahan terkait keteladanan kepahlawanan dan nasionalisme akan melemah. Kedua kelak akan lahir generasi “tak tahu diri”.

Generasi “tak tahu diri” adalah generasi yang tidak tahu dirinya sebagai bangsa apa ? Siapa diri dan leluhur bangsanya. Padahal untuk mengetahui Tuhan saja dimulai dari mengetahui siapa diri kita dahulu. Mengetahui siapa diri kita maka kita akan tahu siapa Tuhan kita. Menghilangkan dan mengaborsi mata pelajar sejarah dalam “modus” menjadi mata pelajaran pilihan bukan mata pelajaran wajib, sama dengan “kejahatan” kebudayaan.

Manusia wafat karena covid-19 adalah sebuah takdir. Namun bila mata pelajaran sejarah terkena “Covid Modus” bukanlah takdir. Bisa jadi malah diduga sebuah permufakatan atau konspirasi yang menganggap bangsa yang cinta sejarah adalah jadul dan tidak move on. Ini bahaya dan masalah ! Jas Merah kata Bung Karno ! Apa Bung Karno pun akan dianggap tidak pernah ada ?

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90