Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Kepala SMAN1 Parungpanjang)
Rumah ibadah di semua agama punya hari sakral. Di hari sakral itu selalu penuh dengan umat beragama yang beribadah. Ada yang hari Minggu, Sabtu dan Jum’at. Satu hari istimewa dalam setiap penganut agama menjadi momen meningkatkan ibadah. Ritual dan membaca kitab suci di tempat ibadah adalah sebuah kemuliaan.
Ada satu tempat ibadah yang kita lupakan kesakralannya. Bahkan di rumah ibadah ini “hari sucinya” mulai hari Senin sampai Sabtu. Artinya jumlah hari suci lebih banyak. Jumlah kegiatan beribadah lebih intensif. Di rumah ibadah ini tidak hanya kebiasan ritual yang diwajibkan melainkan hal-hal praktikal, kontekstual pun dipelajari. Rumah ibadah ini bernama sekolah.
Sekolah adalah “Rumah Ibadah” terbaik di muka bumi. Mengapa menjadi rumah ibadah terbaik? Alasan logisnya karena menuntut ilmu adalah ibadah terbaik umat manusia. Para Nabi adalah para penuntut ilmu. Andaikan zaman para Nabi sudah ada sekolahan formal tentu mereka punya ijazah dari “rumah ibadah” bernama sekolah.
Bila ada oknum tertentu yang bertindak slonong boy, premanik, lebay dan kasar di rumah ibadah yang bernama sekolahan. Sungguh orang itu menurut Rhoma Irama, “teralu” artinya tak punya etika di rumah ibadah. Termasuk pejabat tinggi sekali pun harus tahu diri. Publik harus diedukasi bahwa masuk sekolah sama dengan masuk rumah ibadah. Rumah ibadah pendidikan, rumah ibadah peradaban dan keadaban manusia.
Imam Sufyan Ath-Thauri dan Asyafii berkata, “Tiada satu amalan yang lebih afdhal setelah amalan kefardhuan selain daripada menuntut ilmu”. Menuntut ilmu adalah amalan dan ibadah terbaik. Tempat dimana menuntut ilmu dan beribadah dilakukan sangatlah sakral. Tempat menuntut ilmu dan beribadah adalah rumah ibadah. Sekolah adalah rumah ibadah terbaik di muka bumi.
Sebelum PJJ, jutaan anak didik, ratusan ribu pendidik dan ribuan kepala sekolah menuju sekolah setiap pagi, setiap hari mereka adalah pelaku ibadah terbaik. Tidaklah heran kita memahami bahwa siapa saja yang wafat saat bersungguh-sungguh menuntut ilmu adalah syahid. Bahkan kita pernah dengar seorang guru jatuh sakit saat KBM dan akhirnya meninggal.
Bagi Saya guru meninggal saat belajar atau melayani orang lain (anak didik) lebih beruntung daripada saat melaksanakan ritual. Ritual itu untuk pribadi bukan untuk orang lain. Padahal sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat dan memberi manfaat pada sesama. Guru yang meninggal saat akan melaksanakan tugas, saat melaksanakan tugas dan bahkan saat selesai melaksankan tugas adalah syahid.
Siapa pun umat manusia yang juhud melakukan ibadah demi kebermanfaatan bagi orang lain apalagi memberi ilmu sungguh mulia. Pepatah cukup menohok kita, mengatakan “Hidup Mulia atau Tidak Sama Sekali”. Beruntunglah orang-orang yang bekerja di rumah ibadah terkait menuntut imu dan mengamalkan ilmu. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang orientasi akhirnya adalah mencetak manusia berakhlak mulia.
Sekolah adalah real rumah ibadah terbaik. Sekolah bagaikan “tanah suci” perkataan, perbuatan, penampilan dan keteladanan harus sangat ditonjolkan di sekolahan. Di ruang rumah ibadah agama tertentu kadang masih ada orang merokok dan minum kopi berkelompok. Di ruang kelas sekolah tidak ada yang merokok bahkan minum kopi. Ruang kelas adalah ruang ibadah yang sakral.
Maaf Saya katakan. Rumah ibadah keagamaan di beberapa negara barat sebagian sudah mulai dijual karena kosong aktivitas. Sekolah sebagai rumah ibadah, mayoritas tidak pernah kosoong. Di negara kita mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00 WIB, biasanya, sekolah masih banyak kegiatan “ibadah” menuntut ilmu.
Mengapa Saya katakan sekolah menjadi rumah ibadah terbaik? Pertayaan Saya, “Tempat atau bangunan manakah di muka bumi ini paling bermanfaat bagi masa depan generasi bangsa dan kemanusiaan? Adakah yang lebih efektif memanusiakan manusia selain sekolahan saat ini? Dalam ajaran semua agama dinyatakan “Menuntut ilmu adalah ibadah terbaik dan inti kemanusiaan kita”.
Mengapa manusia Allah bedakan dengan makhluk lain dengan memberinya akal? Malaikat, Jin, Syeitan bahkan binatang tidak diberi akal. Hanya manusia yang mendapatkannya. Derajat manusia lebih tinggi dari makhuk Tuhan yang lain hanya karena akal. Akal dan rasa yang ada pada manusia perlu dimanfaatkan dan bermanfaat, maka sekolahlah tempat mengembangkannya. Sekolah menjadi rumah ibadah terbaik!