Hari Literasi Internasional 2020: “Melestarikan Budaya Baca Menguatkan Daya Baca”

  • Whatsapp
banner 768x98

Peulis: Dwi Arifin

Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian atau disiplin ilmu tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Dari bahasa latin istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar.

Setiap tanggal 8 september seluruh dunia memperingati hari aksara yang juga disebut sebagai Hari Literasi Internasional. Peringatan tahunan ini bertujuan untuk mengingatkan publik akan pentingnya literasi untuk membangun potensi diri / jati diri dan kemajuan bangsa.

Dahulu masa prakemerdekaan memang banyak manusia yang buta huruf karena keterbatasan akses belajar atau kurangnya keminatan belajar. Dan setelah lama merdeka dengan berbagai langkah dan gerakan literasi yang diprogramkan pemerintah dan dikembangkan masyarakat. maka budaya baca meluas disetiap generasi.

Namun tumbuhnya budaya baca tidak cukup untuk membangun dan mempercepat kemajuan bangsa. Maka perlu adanya perubahan budaya baca yang menjadi hobi di masyarakat menjadi daya baca. Lalu pertanyaannya, apa bedanya budaya baca dan daya baca?…

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI ). Budaya merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta buddhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.

Sedangkan Baca atau membaca diartikan kemampuan untuk memperoleh infomasi, ilmu, untuk membangun keterampian. Baik membaca dengan melihat buku, mendengarkan ceramah dengan telinga, atau membaca perasaan dengan hati. Dengan tujuan memperoleh apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Kalau dicermati budaya baca berbeda dengan daya baca, karena daya baca sangat erat dengan keterampil menangkap makna yang tersaji dalam paragraf. Kecepatan mengemas menyimpulkan, menganalogikan, memahami atau mempraktekan tautan makna antarteks, antarteks dengan grafik, antarteks dan simbol, serta relasi makna antargrafik. Dengan modal perbendaharaan kata dari sang pembaca.

Orang suka membaca, tapi belum tentu mudah paham apa yang dibaca?…

Orang ingin membaca tapi karena tulisannya berbahasa asing, dia tidak jadi membaca?…

Orang suka membaca tapi sulit untuk menghasilkan karya tulis, buah dari membacanya?

Orang suka membaca pesan singkat, tapi dia tak kuat membaca karya tulis ilmiah?

Orang suka meluangkan membaca judul, tapi dia tidak menyempatkan membaca isinya?

Orang suka membaca, tapi dia tidak pandai bercerita seperti buku yang dibacanya?…

Orang mudah mendapatkan ilmu dari membaca, tapi dia kesulitan mempraktekannya?…

Orang membaca karena penawar kebosanan, bukan karena niat penelitian?…

Orang membaca asal-asalan karena kebiasaan, bukan karena kebutuhan dan haus akan ilmu pengetahuan?

Pertanyaan diatas menjadi modal renungan dan perubahan momen metamorfosis dari budaya baca ke daya baca. Karena kualitas selalu menjadi target setelah kuantitas.

Selamat hari literasi internasional, mari kita pertahankan budaya baca, kita kuatkan daya baca untuk menumbuhkan potensi diri dan mengakat derajat bangsa. Karena sejarah mencatat bahwa mereka yang menjunjung tinggi ilmu, mereka akan dimuliakan oleh ilmunya.

banner 728x90

Pos terkait

banner 728x90