Minggu, November 3, 2024

Berperan Menggaungkan Kadaulatan Palestina Di Dunia Nyata & Dunia Maya

 Pewarta: Dwi Arifin

Koran SINAR PAGI (Indonesia)-, Merebaknya isu yang menarik perhatian nitizen pekan ini terkait pihak Google yang tidak menuliskan negara Palestina di Google Maps memicu banyak kecaman dari masyarakat Muslim, bahkan #Palestina sempat menjadi tranding topik di twitter dengan 46,1K Tweets. Warganet baru menyadari bahwa di bahwa saat mereka mencari Palestina di Google, layar Google Maps hanya menunjukan garis putus-putus wilayah dengan label “Jalur Gaza” dan “Tepi Barat”(Sabtu, 18 July 2020).

Halaman Ruang Publik media cetak dan online Koran SINAR PAGI mencoba interaktif dan menghimpun informasi terkini dari Nikmatus Sholikah (Nicmah) Jurnalis Independent Magister Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Brawijaya menelusuri sebenarnya apa yang terjadi dengan Palestina dengan tidak adanya label wilayah di google maps. Mari simak penjelasnya melalui data dan fakta sejarahnya.

Lokasi yang ditunjukan Google Maps ketika kita mencari lokasi “Palestine”,tidak ditemukan. Hingga Sabtu 18 July 2020, masih banyak warga net di twitter dengan menggunakan hastag #Palestina mempertanyakan kejanggalan tersebut. Seperti dalam sebuah postingan berikut, @akib_ridwan yang berkomentar “ Dimana keadilan dunia? Apakah keadilan hanya ditentukan dengan versi yang kuasa? Dunia mengapa begini?PBB? Perjuangan hak asasi? Dimana mereka? Dimana keadilan? #Palestina”. Kemudian salah satu nitizen yang lain @fauzaanafriadi berkometar, “Sibuknya kita dengan dunia masing-masing sampai melupakan kiwa bahwa negara seiman dan salah satu negara terawal yang mengakui Indonesia merdeka, Palestina resmi dihapus di Google Map”.

Sebagai seorang muslim hal ini sangat mengecewakan dan perlu dilawan. Tindakan Google yang hingga saat ini belum menuliskan nama negara Palestina dalam aplikasi Googlep Map atau peta digital yang ada. Kita mengetahui bahwa tahun 2016 isu ini sempat hangat diperbincangkan, bahkan Google juga sudah memberikan stateman melalui Juru Bicaranya kepada media Inggris yaitu The Guardian 10 Agustus 2016 yang berisi:

Tidak pernah ada label Palestina di Google Map, namun pihaknya telah menemukan ‘Bug’ yang menghilagkan label Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kami akan bekerja dengan cepat untuk mengembalikan  label tersebut”. Tapi hingga saat ini belum ada nama label Palestina di Google Maps ataupun Apple Maps. Isu ini kembali muncul pada awal pekan ini, tepatnya tanggal 15 July bahkan sempat menjadi tranding di social media twitter.

Kemudian selain menjadi tranding topic di Indonesia yang notabene adalah negara yang mayoritas masyarakat berpenduduk muslim tersebar di Indonesia, hal senada juga terjadi di Arab Saudi. Dikutip dari Arab New pada 17 Juli 2020, banyak unggahan twitter di Arab megecam dan menuduh Google menghapus Palestina dari semua peta online. Para pengguna Google Maps menunjukan garis besar peta dengan label untuk “Jalur Gaza” dan “Tepi Barat” berdampingan dengan label “Israel”.

Sebenarnya kita tahu bahwa Palestina merupakan sebuah wilayah di Timur Tengah antara Laut Tengah dan Sungai Jordan yang hingga saat ini status politiknya masih diperdebatkan, ada dua entitas politik yang menguasai yaitu Wilayah Penduduk Israel dan Otoritas Nasional Palestina. Fakta lain, jika kita menelisik lebih dalam Palestina merupakan negara yang sangat penting bagi umat Islam diseluruh dunia karena Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, Palestina yang menjadi kiblat pertama Umat Muslim berada disana.

Kemudian, jika dilihat kebelakang pada tahun 2016 lalu para wartawan Palestina telah melakukan upaya untuk menekan pihak Google agar bersedia memberi label wilayah di tanah Palestina dalam peta digitalnya dengan aksi pengumpulan tanda tangan. Dikutip dalam Washingtonpost.com 2016, Forum Jurnalis Palestina dalam postingannya mengecam keras dengan apa yang dilakukan oleh Google dalam menghapus nama Palestina dan menyerukan agar Google menanggapi keputusannya dan meminta maaf kepada rakyat Palestina.

Mereka beranggapan langkah ini dirancang untuk memalsukan sejarah, geografi, dan juga orang-orang Palestina di tanah air mereka, dan merupakan upaya yang gagal untuk merusak ingatan orang-orang Palestina dan Arab serta Dunia. Dengan inisiasi Zak Martin memulai tindakan untuk mendesak Google memasukan Palestina di Google Maps membuat petisi pengumpulan tanda tangan melalui Change.org. Dalam waktu 24 jam, mereka mendapat lebih dari 300 ribu tanda tangan. Namun hingga kini nyatanya tindakan tersebut tak berdampak signifikan.

Menurut laporan The Express, sebanyak 138 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai sebuah negara yang diakui kemerdekaanya dan Organisasi Kerjasama Islam atau OKI yang terdiri dari 57 negara Islam juga telah mengakui keberadaan Palestina. Namun sebagaian besar negara Barat belum mau mengakuinya, termasuk Amerika yang notabene adalah negara yang menjadi kantor pusat perusahaan raksasa Google. Memang masih banyak unsur politik yang membalut hal tersebut.

Diketahui Palestina bukanlah negara yang menjadi anggota penuh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Statusnya di PBB adalah negara pengamat non-anggota (non-member observer state). Pada 29 November 2012, Palestina Majelis Umum PBB mengesahkan sebuah mosi mengubah status ‘entitas’ Palestina menjadi “negara pengamat bukan anggota” setelah didukung 138 negara saat voting. Namun Sembilan negara menolak mengakui Palestina sebagai sebuah negara yang berdiri sendiri, 41 negara lain menyatakan abstain. Sehingga Palestina diakui sebagai negara, tetapi tidak memiliki hak suara dalam voting.

Dengan berbagai fakta-fakta tentang lemahnya posisi Palestina di PBB, tak sepatutnya menyurutkan semangat negara-negara Islam lainnya untuk terus memberi dukungan kepada kadaulatan Palestina. Penulis berharap, semoga masyarakat muslim diseluruh dunia bisa bersama-sama mendukung kedaulatan Palestina, meskipun di Google Maps tidak ada label negara Palestina. Namun, kita bisa tetap menggaungkan ke masyarakat muslim lainnya, terutama generasi muda bahwa Palestina merupakan negara Muslim yang wajib kita akui keberadaanya.

media cetak & Online
media cetak & Online
Sungguh-sungguh, semangat, hati-hati, berkarya, bekerjasama & Berdo'a

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru