Pewarta: Dwi Arifin
Koran SINAR PAGI (Bandung-Banyumas)-, Budaya literasi, budaya baca, dan minat bakat jurnalistik hingga linguistik yang digeluti sejak remaja menjadi bekal untuk bersaing meraih masa depannya. Koransinarpagijuara.com sempat menghimpun tentang sejarah kedekatan antara ulama dengan budaya literasi hingga kebiasaan jurnalistiknya atau pahlawan tokoh nasional yang tidak bisa lepas dari budaya membacanya.
Hobi budaya baca yang berbuah jadi karya jurnalistik memang istimewa. Bagi penggermar hobi ini akan melatih mereka memiliki akal yang banyak untuk mensikapi setiap kondisi, mereka mampu berpikir kritis, visioner dan memotivasi publik melalui tinta yang keluar dari jarinya.
Lalu seperti apa kondisi sekarang tentang budaya literasi, budaya baca, bakat jurnalistik tumbuh digenerasi milenial saat ini. Jurnalis koransinarpagijuara.com membuka interaktif dengan pelajar M.A Persis Katapang Bandung Risna Oktaviani yang memiliki bakat menerbitkan buku dan Nur Fadilah pelajar aktivis Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama SMK Ma‘arif NU 2 Ajibarang Kabupaten Banyumas yang memiliki bakat menulis puisi dan berita.
Risna Oktapiani menilai pentingnya darah literasi sejatinya telah diperkenalkan sejak dini oleh orang tua kita. Kita diperkenalkan dengan alat-alat tulis seperti buku dan pensil, kita diajarkan cara menulis dan diperkenalkan huruf-huruf sesuai metode orang tua masing-masing. Hingga anak masuk ke dunia sekolah dan mempunyai kemampuan membaca, disitulah ia mulai aktif di dunia literasi.
Zaman yang semakin berkembang, teknologi canggih semakin memudahkan gerak pikir manusia. Budaya literasi pun kian menurun. Dalam sebuah sekolah pasti hanya beberapa yang suka membaca, itupun bagi yang benar-benar peduli dengan sekolahnya maupun jiwa ingin tahunya tinggi. Seperti yang dialami Risna Oktapiani siswa MA Persis 60 Katapang, perpustakaan yang kian sepi justru dimanfaatkannya dengan baik. Disana ia dapat melahap buku-buku sesuka hatinya. Hingga hobbynya tersebut membuatnya tertarik untuk menciptakan sebuah buku ia luapkan ketika kelas 11 menuju semester 2.
Meski Risna pemalu, tetapi murah senyum, dan memiliki daya tarik untuk akrab dengan teman dekat maupun teman barunya. Ia selalu optimis dengan mimpi-mimpinya akan terwujud. Diam bukan berarti tidak berbuat. Ia kaya dengan perbendaharaan kata. Sebelum berhasil menulis buku hingga bisa diterbikan oleh penerbit, Risna sempat ikut beberapa lomba, mengikuti berbagai group WhatsApp tentang dunia menulis untuk belajar online.
Sosok Risna telah membuktikan bahwa dengan ia menekuni dunia literasi ia dapat menciptakan sebuah karya dan dapat menghasilkan uang melalui keahlian menulis. Risna yakin dengan jalan ini ia akan jauh lebih sukses di kemudian hari.Dan semoga dengan bakat yang berupa nikmat terbesar dari Allah ini menjadi jalan menuju kesuskessan dunia dan akhirat.
Risna mengutip pepatah sahabat nabi. “Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib)
Seorang ulama besar Imam Al- Ghazali juga mengatakan “Kalau kau bukan anak raja, dan kau bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis”. Karya adalah warisan bagi anak cucu keturunan karena hidup di dunia tidaklah selamanya dan semoga dapat menjadi amal jariyah. Diriwayatkan dalam hadits bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Banyak manfaat yang dapat diambil dengan membaca dan menulis, khususnya dapat menghilangkan kejenuhan. Jiwa kesabaran dan komitmennya kepada target yang harus dituju membuahkan hasil dapat menciptakan sebuah novel berjumlah 287 halaman. Ia mulai menulis sejak bulan februari hingga beres di bulan juni. Bersyukur sekali terbit 2 tahun sebelum waktu yang telah di tentukan di target tahun 2021. Sekarang sedang proses penerbitan 2 buku antologi puisi dan proses penulisan 1 buku edukasi dakwah.
Risna saat di sekolah masuk Organisasi RG-UG semacam osis. Di masyarakat juga aktif di Pemudi Persis juga di bidang dakwah/pengajian ibu-ibu di daerahnya. Kalau prestasi paling ya juara kelas, juara 1 lomba puisi di KAT (Kegiatan Akhir Tahun) sekolah.
Setelah lulus Rusna rencana lanjut ke Imarat di Bandung mendalami bahasa arab untuk mudah mentadaburi al qur’an. Kegiatan selama pandemi ini sedang mempelajari kitab-kitab, pembinaan mubalighah, menulis berita, novel, puisi.
Risna tentunya pengin banget berbagi dengan teman-teman dan menimbulkan semangat membangkitkan literasi pada kaum muda sekarang. Karena jujur itu sesuatu yang sudah hampir melemah. Untuk membaca buku saja terkadang sulitnya minta ampun, makannya kita butuh memotivasi dan memberi tipsnya pada mereka.Perlahan ajak mereka masuk dalam dunia angan. Dan kita perlihatkan seperti apa jiwa besar di dalamnya. Sehingga terbentuklah motivasi besar mereka juga untuk berliterasi. Kalau boleh ada satu harapan dari saya, yaitu bisa membagi darah literasi, motivasi dan berbincang hebat ke arah sana dengan para generasi muda. Ya meskipun dengan berbekal sedikit ilmu yang saya punya. Untuk dapat berinteraksi dengan Risna dapat menghubungi: IG : bismillah_mujahidahDi Wattpad : RisnaOktapiani8
Disisi lain, Dila Nurfadilah memandang literasi dalam maknanya merupakan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, jiwa literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Jiwa literasi lebih banyak dikenal dengan jiwa pembaca dan penulis. Di sinilah munculnya banyak karya yang dapat di rasakan khususnya oleh para peminat karya.
Dalam pengolahan jiwa literasi khususnya dalam literasi menulis, menurut sebagian orang adalah suatu jalan menyuarakan hati dan mengekspresikan keadaan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Dila si penggiat puisi dari Banyumas. Baginya puisi adalah cara hati berkata dan cara dia mengekspresikan olahan kata dari keadaan dunia. Kepekaannya terhadap sekitar membuat ia memiliki potensi besar dalam dunia literasi.
Walaupun usianya masih sangat muda, Dila adalah wanita yang berpengetahuan luas, aktivis, dan berjiwa semangat 45. Awalnya Dila sangat menyukai dunia jurnalistik atau opini baik argument maupun ilmu pengetahuan yang mengarah pada edukasi. Namun, melihat kenyataan anak zaman sekarang tidak memiliki minat untuk membaca tulisan yang panjang sehingga Dila mengolah argument atau ilmu pengetahuan tersebut menjadi sebuah puisi supaya dapat terbaca dan dipahami dengan cepat.
Untuk mengirim jurnal yang Ia buat, Dila biasanya mengirimkan ke pihak redaksi yang dikelola Humas Pemkab Banyumas karena kebetulan ia aktif dalam kegiatan pramuka. Selain sebagai penggiat sastra, Dila juga aktif sebagai Dewan ambalan Saka Bakti Husada di pramuka, sebagai PMR Pranadipa di sekolah, Forpis PMI Banyumas, IPNU-IPPNU di ranting sambirata dan komasariat sekolah.
Semangat 45 nya ia buktikan dengan mengikuti berbagai lomba dimana pun sampai ia harus berhasil mendapatkan juara pertama. Bahkan sekarangpun Dila aktif mengikuti putri inspirasi 2020 sebagai motivator dan bisnis. Dila meminta do’a kepada seluruh pembaca supaya dia bisa menjadi putri inspirasi di tahun ini.
Bagaimana tidak luarbiasa? Dila membuktikan bahwa seorang wanita tetap bisa aktif di berbagai aktivitas, baik di dalam sekolah atau di lingkungan masyarakat pada umumnya. Ia juga membuktikan bahwa bakat, potensi yang di miliki merupakan nikmat Allah yang sangat besar bagi kita manusia yang Allah ciptakan memiliki akal untuk mentadaburi setiap kekuasaan-Nya. Sungguh, pada setiap insan Allah beri setiap kelebihannya masing-masing.
Semoga karya beliau menjadi sebuah inspirasi dan motivasi bagi para generasi muda untuk tetap berkarya, meraih juara, dan menjadi manusia yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Untuk bisa menikmati karya beliau, bisa langsung membukanya di Wattpad : user54326585 (Galeri Puisi)
Berikut diantara karya Nur Fadilah:
Buku Jendela Dunia
Ku pandang buku setebal kamus
Hingga terbesit dalam pikiran
Memutar otak timbul pertanyaan
Bagaimana ia dapat tercipta
Menulis kata tidaklah mudah
Apalagi isi dari buku itu
Merangkai kata hingga berubah kalimat
Ku sadari tangan-tangan hebat penciptanya
Buku sumber ilmu
Jendela dunia kata orang-orang berkata tentangnya
Meski catatan telah usang
Ternoda oleh debu-debu nakal
Namun isi tetaplah sama
Ingatlah begitu banyak orang-orang hebat
Yang tak berpendidikan tinggi
Namun otaknya terasah cerdas berkat sebuah buku
Zaman semakin maju
Otak-otak kian terpasung terbawa arus kemalasan
Lihatlah orang tua kita
Wawasannya lebih luas dibanding kita
Akankah kita hanya terpaku
Terduduk lesu, mulut membisu
Tanpa pengalaman seluas orang tua yang telah berkeliling dunia
Maka bacalah buku agar kau mengetahuinya
Tak semua dapat menciptakan buku
Bukan sulap buka sihir ia nampak di dunia
Jika tangan ini tak mampu menciptakan sebuah karya buku
Setidaknya bisa membaca karya penulis semata
Koran Temannya Buku Temannya Manusia
Lembaran kertas lebar terbentang
Di dalamnya menyimpan penuh rahasia
Bilamana kau membacanya
Kau mengetahui seluruh isi dunia
Menjadi teman sejati di kala pagi
Oleh bapak dan kakek kita
Hingga anak cucu mengikuti jejaknya
Mengedukasi para pembaca
Bertahun-tahun lamanya
Koran mengisi dunia
Sebuah media yang kekal abadi
Hingga sampai akhir hayat nanti
Meski kini berita elektronik beredar menguasai jagat maya
Namun koran tetap takkan tergantikan
Tak seluas samudra ilmunya
Takkan bisa di duakan
Hingga minat baca semakin meraja
Budaya literasi terlupa
Koran bukanlah pembungkus makanan saja
Bacalah sebelum kau membuangnya
Bangkitkan semangat ingin tahu
Jadikan ia teman sejati kembali
Rangkul keluarga tercinta
Harmonis dengan membaca saling bercerita