Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikian)
Saat wabah Covid-19 ini setidaknya kita harus makin menguatkan tiga hal. Apa tiga hal itu? Tiada lain adalah iman, imun dan imam. Iman terkait kesehatan bathin, imun terkait kesehatan lahir dan imam terkait kesehatan bersosial dalam berkehidupan.
Arti iman dalam ajaran agama versi Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Pengakuan atas Tuhan dalam ucap, hati dan tindakan. Jamaah Tabligh mengatakan, “Bila alam jagat raya ditimbang dengan iman maka lebih berat iman”
Dalam ajaran agama Islam ada kalimah iman yakni Laa ilaaha illallah. Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusanNya. Tiada kekaguman dalam hati yang paling dalam selain kepada Allah saja. Jangan sisakan, dedak, residu duniawi dalam hati. Semua urusan dunia harus dikeluarkan dalam hati. Masukan Allah, nurullah ke dalam hati. Hati hanya untuk Allah saja!
Saya coba ketengahkan terkait iman dari sebuah sumber. Semoga jadi bahan belajar. Sekecil-kecilnya Iman akan dibalas dengan surga 10 kali lipat dunia besarnya. Iman membuat seluruh jasad kita dapat taat kepada Allah, dan terhindar dari perbuatan maksiat. Tidak terkesan dengan segala suasana tetapi membuat kesan pada setiap suasana
Berkeyakinan bahwa kebahagian hidup di dunia dan di akhirat hanya terletak pada sempurnanya Iman dan amal sholeh. Berkeyakinan bahwa kebahagian hidup di dunia dan di akhirat terkait iman. Jangan terlalu mengandalkan pada kebendaan, harta, pangkat, kekuasaan atau keduniaan lainnya. Selalu melihat kebaikan orang lain dan melihat keburukan diri sendiri
Tanda iman sempurna adalah tidak terkesan dengan maju mundurnya serta hiruk pikuknya keduniaan, tetapi akan merasa rugi dan menyesal apabila ada amal sholeh yang luput atau tertinggal. Orang yang beriman sempurna mengungguli orang-orang lain dalam upaya berbuat kebajikan. Qur’an juga merujuk ke mereka “yang lebih dahulu berbuat kebaikan” (QS Fathir, 35: 32).
Arti imun dalam dunia kesehatan terkait kekebalan tubuh, terkait daya tahan tubuh kita dari sebuah penyakit. Terutama saat ini daya tahan tubuh merupakan kunci melawan Covid-19. Kekebalan tubuh tetap harus dijaga dan ditingkatkan meski kita sudah mengisolasi diri di rumah demi mencegah penyebaran virus corona.
Imun, imunitas adalah kekuatan kita dalam menghadapi tantangan wabah dan serangan jenis penyakit lainnya. Tak bisa ditawar tubuh kita harus imun. Makanan, minuman, olahraga, pikiran, perasaan, situasi dan bahkan terkait keimanan yang sudah dibahas di atas dapat mensuplai imunitas pada diri kita.
Terakhir apa itu imam. Sederhana saja, imam adalah pemimpin. Kita harus selalu punya pemimpin sebagai rakyat atau ma’mum. Imam adalah sebuah posisi pemimpin dalam agama Islam. Keimaman dalam kehidupan kita di Indonesia adalah berada di tangan Presiden. Presiden adalah imam dalam berbangsa dan bernegara. Wajib diikuti.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4]: 59). Kalau kita kaitkan dengan judul di atas ayat ini sangat terkait. Setidaknya terkait kepada dua variabel yakni variabel Iman kepada Allah, Rosulullah, dan variabel imam yakni kepada ulil amri. Tentu imam yang kita ikuti adalah imam yang taat kepada Allah dan RosulNya.
Variabel imam identik dengan ulil amri. Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengurus kepentingan-kepentingan umat. Ketaatan kepada Ulil Amri (pemimpin) merupakan suatu kewajiban umat, selama tidak bertentangan dengan nash yang zahir. Adapun masalah ibadah, maka semua persoalan haruslah didasarkan kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Intinya betapa pentingnya terutama disaat wabah kita kuatkan iman, imun dan keimaman kita. Apalagi di bulan suci Ramadan saat ini. Kuatkan iman dengan berbagai upaya. Jaga imunitas dengan berbagai cara. Plus kuatkan ketaatan kita pada pemimpin. Berpikir dan berprasangka positiflah pada ketiganya.
Positiflah kepada Allah. Allah senbagaimana prasangka hamba-Nya. Positiflah kepada kekebalan diri kita, tentu dengan berikhtiar seperti hal di atas. Jangan parnoan, latah, galauan dan suudzon. Positiflah berpikir bahwa kita insyaallah sehat. Hal ini penting ditanamkan pada bawah sadar kita. Agar alam bawah sadar “bekerja” membangun kekuatan tubuh kita. Agar kita “mengebal”.
Terakhir positiflah pada pemimpin kita. Bila kita berpikir negatif pada pilot pesawat saja bisa tak tenang. Percayalah, pesawat akan sampai. Atau seorang istri selalu berpikir negatif pada suaminya sebagai imam, bisa stress. Apalagi pada kepala negara sekelas Presiden. Berpikirlah positif. Seorang Presiden tidak hadir ujug-ujug. Ia dipilih sebagai imam oleh mayoritas jutaan umat manusia. Pemilihnya ada guru, kiyai, ulama, habieb, ilmuwan, rakyat jelata dan jenis lainnya.
Iman, Imun dan Imam semoga ketiganya bisa menjadi milik kita yang terbaik. Iman kita terbaik. Imun kita terbaik dan imam kita pun terbaik. Ya Allah semoga wabah Covid-19 yang saat ini sudah memapar belasan ribu dan ratusan orang sudah meninggal. Semoga cepat berlalu. Kabulkan doa kami ya Allah. Bangsa Indonesia segera bangkit kembali dan Covid-19 segera pergi. Sungguh pertemuan dengan Covid-19 sangat disesali dan perpisahannya sangat diharapkan segera!