Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)
Saat kami sekeluarga sedang di rumah, tiba-tiba terlihat ada seseorang menenteng sebuah barang. Siapa Dia ? Oh ternyata orang yang Saya kenal lama. Ia adalah seorang guru honorer yang viral dengan sepatu bolongnya. Ia menjajakan cireng, aci goreng untuk cemilan di malam bulan puasa.
Diskusi sebentar bersamanya. Dapat Saya Tarik sebuah kesimpulan bahwa bagi guru honorer saat wabah Covid-19 sungguh menyedihkan. Pekerjaan sambilan sulit dikerjakan. Dahulu Saya tuliskan sejumlah profesi tambahan para guru honorer untuk “menambal” kebocoran finansial.
Ada Guru Tukang Ojek (GTO), Guru Jasa Privat (GJP), Guru Penjual Es (GPE), Guru Jualan Cireng (GJC) dan profesi tambahan lainnya, kini sulit. Mengapa? Karena PSBB dan ketakutan masyarakat untuk keluar rumah menjadikan sejumlah pekerjaan tambahan tidak lancar. Dalam tulisan sebelumnya Saya menulis, “Guru Honorer Dalam Bahaya”.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji pun sebenarnya menyitir tentang nasib getir guru dan dosen honorer. Namun disisi lain Ia “menampar” perasaan guru dan dosen PNS yang disebutnya bisa tiduran tapi tetap di gaji. Kata tiduran adalah diksi yang merendahkan profesi terhormat sebagai guru.
Kembali ke guru honorer. Pemerhati pendidikan Dr.H.Tatang Sunendar Iskandar,MSi, Widyaiswara senior Jawa Barat mengatakan, “Guru honorer kurang mendaptkan perhatian, mereka diam karena punya etika. Mereka diam tetapi faktanya mereka pinjam beras ke tetangga atau jual barang berharga yang ada di rumahnya”. Ya, nampaknya para guru honorer terlihat diam padahal menyimpan seribu harapan dan bantuan.
Guru sepatu bolong yang jualan cireng adalah representasi dari realitas entitas guru honorer. Nah bagaimanakan dan siapakah yang harus menyelamatkan para guru honorer saat wabah Covid-19? Jawabannya tentu semua pihak yang punya kemampuan untuk membantu. Diantara pihak terkait yang dapat melakukan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Keadaaan) guru honorer adalah :
Pertama pihak terdekat yakni Yayasan, kepala sekolah dan dewan guru. Kepala sekolah dan dewan guru yang sudah PNS melakukan galang dana. Galang dana dari gaji, TPG, THR, gaji ke 13. Plus anggaran BOS yang fleksibel sesuai arahan Nadiem makarim saat wabah lebih ke penyelamatan pendidik dan anak didik. Mayoritas sekolah sudah melakukan ini.
Kedua pemerintah daerah yang sudah puluhan tahun dibantu oleh guru honorer, saatnya balas budi. Ini namanya politik etika. Data semua guru honorer terutama yang belum THL atau belum menjadi pegawai yang ber SK pemda. Berikan santunan, nominal no 2. No 1 adalah rasa penghormatan saat mereka terdampak.
Ketiga bank BJB, BUMD dan perusahaan-perusahan besar, titipkan bantuan pada Disdik, Dewan Pendidikan dan organisasi profesi agar disalurkan pada guru-guru honorer. Sungguh pemberian bantuan pada guru honorer dari perusahaan besar itu menunjukan kebesaran perusahaan yang sebenarnya.
Keempat pemerintah pusat menunda sejumlah proyek infrastruktur alihkan pada sufrahonorer. Atau sejumlah dana bansos melalui pemerintah desa diselipkan untuk guru honorer yang terdata di desa. Setiap desa punya data warganya yang jadi guru honorer atau guru honorer lapor diri. Bersama warga masyarakat golekmah lainnya.
Bila ada istilah “Indah Kabar Dari Rupa” yang artinya kabar selalu melebihi keadaan sebenarnya. Pepatah ini cocok untuk para oknum politisi di senayan, selalu ada pencitraan atau pengkabaran yang indah dari rupa aslinya. Bahkan saat wabah Covid-19 saat ini, menurut Nazwa Shihab para politisi Senayan kurang respek.
Namun dalam dunia guru honorer pribahasa itu terbalik menjadi “Indah Rupa, Dari Kabar”. Itu persis guru honorer. Mereka terlihat rapih, gagah, sarjana dan berbaur tak beda dengan guru PNS. Indah rupa mereka, bahkan ada yang sangat cantik dan cakep. Namun kabar finansial mereka, apalagi saat Covid-19 sungguh harus dibantu.
PPPK (Pertolongan Pertama Pada Keberadaan) guru honorer kalau pemerintah daerah abai dan terlihat lambat. Maka kita sebaiknya mengikuti pola KH Abdullah Gymnastiar, yakni dengan 3M. Mulai dari Kepala sekolah, Mulai dari Dewan Guru dan Mulai saat ini, setiap bulan himpun anggaran. Walau sedikit, tapi manfaat!