Minggu, Desember 15, 2024

Tradisi Munafikun Lecehkan Pemimpin!

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)

Masih ingat kisah Nabi Muhammad diludahi? Dulu belum ada medsos lho! Masih ingat Nabi Muhammad mau dibunuh? Selalu kaum munafikun kafirin Quraisy berusaha melenyapkan Nabi Muhammad dari keterhormatan publik Quraisy. Nabi Muhammad adalah ancaman bagi Quraisyan mapan. Ancaman bagi kehormatan keluarga “politik” Umayyah.

Padahal dua keluarga besar itu adalah saudara, sama-sama “bangsa” Quraisy. Betul kata Bung Karno, “Lebih Sulit Berjuang Menghadapi Bangsa Sendiri Daripada Melawan Kompeni”. Faktanya, kehidupan masyarakat kita pun terbelah secara politik. Seperti ada kelompok “Abasyiah” dan “Umayyah”. Padahal semuanya saudara!

Siapa pun pemimpinnya, maka kelompok sebelah pihak yang tak berkuasa akan berusaha menghujat penguasa. Sebaliknya bila suatu saat kelompok yang kalah menjadi penguasa maka akan berbalik menghujat. Inilah entitas politik residuan yang tidak sehat dalam dunia kita. Keduanya tidak sehat. Bagaikan keluarga Abi Sufyan dan Muawiyah, selalu tak terima atas kehormatan keluarga Nabi Muhammad.

Rasulullah berabda: مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللّهُ. Artinya “Barangsiapa yang menghina sultan Allāh (penguasa/ pemimpin) di bumi, maka Allāh akan menghinakan orang tersebut” Namun apa yang disampaikan Rosulullah ini bagi sebagian orang tak ngaruh. Malah terus-terusan suudhon pada pemimpin atau Presidennya.

Ungkapan DNK mengatakan, “Kebaikan apa pun yang dilakukan oleh orang yang kita benci akan selalu salah. Sebaliknya kesalahan apa pun yang dilakukan oleh orang yang kita sukai cenderung akan dibela”. Inilah realitas manusiawi dalam kehidupan kita. Sabda Rosulullah di atas pun adalah “best practice” dari pengalaman Nabi sendiri. Jangan hujat pemimpin! Karena Nabi merasakan persis bagaimana hujatan ditujukan kepadanya.

Saat ini kita sedang dapat ujian musibah Covid-19. Dunia medsos masih penuh dengan kata-kata sampah dan suudhon pada pemimpin. Faktanya memang dunia medsos adalah dunia “bebas berpendapat” bahkan mungkin adaikan monyet bisa megang gadget, Ia akan buat status. Dunia medsos adalah wajah real entitas semua lapisan sosial dan intelektual kita.

Saya membaca sejumlah komen di medsos saat seseorang menjelaskan akan ada kebijakan yang pro rakyat dalam bentuk gratis pengguna listrik 450 VA. Membayar 50 persen pengguna 900 VA ditanggapi dengan suudhon, bukan disambut baik. Dianggap sebagai “lagu” kebohongan politik, atau Presiden lagi nge prank.

Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyiapkan sembilan jurus untuk melawan dampak wabah virus corona pada ekonomi di dalam negeri. Tetap saja sebagian residuan (orang-orang yang belum move on karena kekalahan Pilpres) atau orang-orang sisa limbah politik masih saja suudhon. Sebagai orang beragama suudhon pada usaha pemimpin adalah tuna adab.

Presiden Jokowi harus dikritik dan dilawan bila melakukan sebuah kejoliman. Presiden Jokowi adalah pelayan rakyat dan terhormat pun karena rakyat. Rakyatlah yang memiliki kedaulatan bukan Presiden Jokowi. Namun Presiden Jokowi pun adalah manusia biasa banyak keterbatasan. Maklum Ia adalah pemimpin yang lahir dari darah biasa, bukan darah biru.

Para Residuan selalu tak percaya kepada apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Ucapan seperti, “omdo” atau “prank” sungguh melecehkan. Menganggap ucapan seorang pemimpin adalah omong doang atau gurauan adalah tunda adab dari para residuan. Baiknya kritik saja dengan elok, buat tulisan di media nasional. Itulah kekurangan dunia medsos pernyataan emas dan sampah bercampur.

Menurut Saya kita husnudhon saja dahulu, termasuk program Sembilan Jurus Lawan Corona. Program ini adalah :

Pertama, memerintahkan seluruh menteri, gubernur, wali kota memangkas anggaran yang tidak penting, seperti perjalanan dinas, rapat, dan belanja yang tak berpengaruh langsung pada peningkatan daya beli masyarakat. Ini bagus, tidak sedikit dari anggaran ini di korupsi, mending alirkan untuk lawan Covid-18.

Kedua, meminta seluruh kementerian/lembaga di pusat maupun provinsi harus melakukan realokasi anggaran untuk penanganan virus corona. Artinya, pemerintah akan fokus pada sektor kesehatan dalam penggunaan APBN 2020. Tepat, saat ini sedang “Darurat Kesehatan”, lakukan relokasi, banting setir anggaran lawan Covid-19.

Ketiga, Jokowi meminta seluruh ‘pembantunya’ baik di pusat dan daerah untuk menjamin ketersediaan bahan pokok dan mempertahankan daya beli, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini akan fokus pada lapisan bawah masyarakat, seperti buruh, petani, dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Keempat, Presiden Jokowi meminta agar masing-masing kementerian/lembaga memperbanyak program padat karya tunai. Namun, semua kegiatan itu harus tetap mengikuti protokol kesehatan demi mengurangi risiko penyebaran virus corona. Termasuk penggunaan dana desa dengan skema padat karya tunai. Hal ini untuk membantu masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti petani dan buruh di Indonesia.

Kelima, menambah tunjangan Kartu Sembako Murah dari Rp 150 ribu menjadi Rp 200 ribu per bulan untuk satu keluarga. Pemerintah mengalokasikan untuk program ini sebesar Rp 4,5 triliun.

Keenam, mempercepat penyaluran kartu prakerja. Hal ini untuk mengurangi dampak risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat virus corona.

Ketujuh, menanggung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atau pajak gaji karyawan. Kebijakan ini akan berlaku selama enam bulan. “Alokasi yang disediakan Rp 8,6 triliun.” Alhamdulillah selama enam bulan, Pajak Penghasilan ditanggung pemerintah. Semala musibah dan wabah saja.

Kedelapan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan relaksasi kredit untuk UMKM dengan nilai di bawah Rp10 miliar. Relaksasi ini akan diberikan oleh perbankan dan industri keuangan non bank (IKNB) lain. “Ini diberikan asalkan digunakan untuk usaha, jadi diberikan penurunan bunga dan penundaan cicilan selama satu tahun.”

Kesembilan, kesembilan, pemerintah akan membayar subsidi selisih bunga dengan bunga di atas 5 persen selama 10 tahun bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang akan mengajukan kredit pemilikan rakyat (KPR) bersubsidi. Kemudian, pemerintah akan memberikan subsidi uang muka bagi masyarakat yang mengajukan kredit untuk rumah bersubsidi (CNNIndonesia).

Saya pikir kesembilan jurus melawan Covid-19 ini sangat penting. Harus kita kawal eksekusinya di lapangan. Jangan sampai kebijakan ini terjadi kebocoran, masuk angin, masuk dompet pribadi, demam, atau tidak tepat sasaran. Bukan nyinyir anyir dan suudhon dari para residuan melainkan sama-sama kita kawal dengan baik. Kritik pemimpin dan beri solusi. Daripada suudhonan lebih baik apresiasian.

Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa’ ayat 59 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ : 59). Terus kalau kita tidak mengikuti firman Allah mau ikut “firman” Syeitan? Karena hanya Syeitan yang kebalikan dari Allah. Residuan atau Syeitanik?.

Mari saling maafkan, yang lalu biar berlalu, buka lembaran baru. Prabowo menjadi Menhan adalah “Saling memafakan secara politik” dan membuka lembaran baru. Jokowi dan Prabowo adalah “Duo Satria” teladan bangsa dalam berpolitik. Move onan jangan residuan. Kasihani diri sendiri karena kebencian itu adalah penyakit dimana Syeitan masuk dalam darah. Beda dengan saling mencintai dan mengasihi dimana nurullah masuk di hati.

Sebagai umat Rosulullah sebaiknya kita ikuti pesan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dengarkan dan taatilah, walaupun seorang yang dijadikan pemimpin untuk kalian seorang budak hitam seakan kepalanya bagaikan sebuah anggur kering.” (HR. Bukhari). Walu pun pemimpin dari budak atau wong cilik, taati. Ini perintah Nabi!

Sabda lainnya dari Rosulullah kita, “Dengarkan dan taatilah, karena sesungguhnya kewajiban mereka menjalani apa yang menjadi tanggung jawab mereka, dan kewajiban kalian menjalani apa yang menjadi tanggung jawab kalian.” (HR. Muslim).

Jadilah pemimpin yang amanah dan jadilah rakyat (penonton) yang terpelajar jangan kurang belajar! Jangan jadi penonton yang suka lempar botol air mineral dan radikal saat kalah sepak bola, atau kalah politik. Menyukai sepak bola itu manusiawi, namun fanatik dan radikal jangan!

Kolumnis Abu Ubaidah As Sidawi menuliskan, “Banyak para pengkritik pemimpin dari jarak jauh tadi jika berhadapan langsung dengan pemimpin mereka, justru menjadi manusia pengecut. Hal seperti ini dinilai oleh ulama salaf dahulu sebagai suatu “kemunafikan” sebagaimana kata Ibnu Umar dalam riwayat Al Bukhori (7178).

Abu Ubaidah As Sidawi memberi judul tuisan, “Menasehati Pemimpin, Yes, Menghina Pemimpin, No!”. Bahkan bukankah dahulu Nabi Musa mengkritik Raja Fir’aun dengan mendatanginya? Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk mendatangi Firaun secara langsung dan menasehatinya dengan lembut. (QS. Thoha: 43-44). Stop jadi munafikun! Jadilah muslimun yang kamil!

Botol berisi saus mengeluarkan saus. Botol berisi kecap mengeluarkan kecap. Botol berisi air susu mengeluarkan susu. Botol air mineral bening mengeluarkan air mineral yang bening. Botol berisi air cairan munafikun akan mengeluarkan status dan kata munafikun. Subhanallah, kita semua bisa terjebak!

Related Articles

Media Sosial

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Berita Terbaru