Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Prakisi Pendidikan)
Aha, sungguh indah pernyataan Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Uu Ruzhanul Ulum dihadapan para ASN. Ia mengatakan, “Kita adalah kepanjangan tangan pemerintah. Pemerintah saat ini puncak komandonya ada di seorang Presiden. Presiden kita saat ini adalah Jokowi. Maka simpulannya setiap ASN adalah kepanjangan tangan pemerintah”.
Artinya kita semua para ASN adalah “Jokowi Kecil”. Saya jadi ingin ketawa cekikikan sa’at itu? Mengapa? Karena Saya tahu persis di forum itu ada teman Saya yang sangat benci sosok Jokowi entah kenapa? Padahal Dia adalah ASN. Sampai hasil Pilpres pun Dia tetap ngotot suka menjelekan Jokowi.
Pernyataan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Rizhanul Ulum sangat indah didengar. Faktanya memang demikian, setiap ASN adalah satu badan dengan Jokowi sebagai pimpinan para ASN. Aparatur Sipil Negara semuanya harus merepresentasikan wajah negara dalam profesi dan kinerja masing-amsing. Dimana pun ASN adalah “Jokowi kecil” mewakili negara.
Para ASN yang suka nyinyir pada sosok Jokowi segeralah “bertobat” putar haluan, jangan terlalu jauh tersesat. Jokowi adalah pilihan rakyat yang syah. Kita para ASN dibayar oleh uang rakyat dan yang memenangkan Jokowi adalah rakyat. Bukankah jagoan anda pun Prabowo sudah jadi pembantu Jokowi? Anda yang ASN? Padahal Prabowo bukan ASN!
Prabowo saja lawan politik di Pilpres 2019 kini menjadi pembantu Presiden Jokowi sebagai Menhan. Sungguh sangat aneh bila saat ini ada ASN masih “nyinyir anyir” pada Presiden Jokowi. Jagoannya saja sudah jadi pembantu Presiden. Apalagi kita para ASN wajib mendukung Presiden terpilih dan mewakili Jokowi dalam melayani publik, sebagai ASN.
Presiden Jokowi pada hakekatnya, ma’af lebay adalah majikan para ASN. Maka semua ASN wajib satu visi misi dengan Presiden Jokowi. Sang Presiden terpilih yang syah. Jangan ikuti kata Habieb Rieziek yang mengatatkan Jokowi sebagai Presiden Ilegal. Habieb Riziek bukan ASN. Kita ASN wajib ikuti “Imam Besar” Jokowi. Apa pun perasaan ASN yang tidak suka Jokowi, wayahna (terpaksa) harus seirama dengan Jokowi.
Memang ASN yang sejak lama mengagumi Jokowi merasa beruntung jagoannya menang. Namun bagi ASN 72 persen pasti enek atau tertimpa beban mental sa’at Jokowi unggul. Ini risiko dari hasil dinamika politik. Sejauh apa pun “tersesat” menjelekan Jokowi mari putar haluan kita kembali ke jalan yang benar, ke barisan ASN. Satu komando sebagai pelayan masyarakat mewakili Jokowi atas nama negara.
ASN mengkritik Jokowi boleh-boleh saja menurut Saya. Ibarat dalam badan kita ada yang gatel, garuk-garuk dikit mengapa tidak. Hal yang jangan adalah menjelek-jelekan Jokowi seperti saat menjelang Pilpres. Padahal Ia ASN. Ia adalah bagian dari tubuh besar negara. Ia punya NIP, Ia punya KTP sebagai PNS. Ia punya anak istri yang dilindungi negara. Bila sampai sa’at ini Ia masih menjelek-jelekan Jokowi maka Ia sama dengan meludahi muka sendiri.
Saatnya waras. Mari kuatkan layanan kepada publik sebagai ASN. Bila ada yang protes dan tidak puas pada pemerintah, pada negara dan pada Jokowi jelaskan oleh ASN sebagai bagian dari negara. ASN digaji oleh negara. Negara itu dipimpin oleh Presiden Jokowi. Ayo para ASN belajar menerima, mendukung dan secara mental “berdamai” dengan Jokowi.
Mari kita kuatkan rasa kebangsaan, kuatkan toleransi, kuatkan layanan pada publik dan mulai belajar mewakili perasaan Jokowi pada masyarakat. Siapa pun ASN dimana pun Ia adalah bagian dari negara dan sistem pemerintahan yang hari ini berkuasa. Stop nyinyir pada Jokowi, lanjutkan visi misi Jokowi dari hati yang paling dalam. Bila tidak maka anda terlihat “kurang asem” sebagai ASN di negeri ini.